Di tengah rintik hujan, ku ayunkan kaki ku dengan sangat cepat. Menerobos kerumunan orang tanpa memperdulikan sepatuku yang basah akibat melewati beberapa genangan air hujan.
Sedikit lagi. Papan pengumuman itu mulai terlihat.
Nafasku tersengal. Kedua tangan ku memeluk tumpukan buku yang ada di depan dadaku. Tuhan, ku mohon. Namaku harus ada di papan itu.
"Permisi tuan, permisi nona.." ucap ku seraya menyibak kerumunan yang tepat berada di depan papan pengumuman.
Nafasku memburu. Dengan cepat ku amati setiap nama demi nama, baris demi baris yang ada di sana. Tangan ku terulur, menjelajahi kertas putih yang tertempel itu dengan ujung jariku yang basah.
Hingga aku terjingkat kala sebuah benda hangat bertengger di pundak ku. Aku menoleh dan ku lihat seorang pemuda berdiri tegap di belakang ku. Ah iya, ku lihat dia juga mengenakan seragam sekolah, sama sepertiku. Hanya saja sepertinya sekolah kami berbeda. Seragam yang ia kenakan, itu adalah seragam sekolah menengah yang ku tahu sangat elite dan populer.
Tersadar dari lamunan ku, kini pandangan ku turun dan berganti pada area pundakku. Terdapat sebuah jaket yang kini menempel di sana. Aku mengernyit padanya.
"Bra mu tercetak jelas dari belakang. Aku hanya membantu menutupinya." Ucapnya seolah mengerti apa yang ada di benakku.
Kedua bola mata ku terbelalak. Wajahku memerah. Tentu saja aku merasa malu. Dan seolah dia yang paham sontak memutar tubuhku, kembali menghadap papan pengumuman.
"Jangan pedulikan aku. Cari lagi namamu di sana." Ucapnya padaku.
Tanpa bicara aku mulai kembali mencari namaku. Namun seperti tersadar sesuatu, aku kembali menoleh padanya.
"Kau tak mencari namamu tuan?" Tanyaku.
Dia tersenyum tipis. "Aku sudah menemukan namaku." Jawabnya.
Aku hanya mengangguk pelan. Meskipun ya.. aku merasa heran. Dia berasal dari sekolah ternama yang jelas terlihat dari seragam di tubuhnya. Lantas, mengapa ia membutuhkan beasiswa?
Ah sudahlah, tak perlu ku pikirkan.
Pandangan ku kembali fokus pada papan pengumuman di depan ku. Sungguh, aku mulai merasa cemas. Mengapa namaku tak juga ku temukan? Rasanya aku ingin menangis saja.
Perlahan rasa putus asa mulai memenuhi angan ku. Aku benar-benar ingin menangis sekarang. Mungkin mataku sudah memerah, aku merasa genangan air sudah memenuhi pelupuk mataku.
"Siapa namamu?" Tanya pemuda itu dengan tiba-tiba.
Aku terjingkat, menoleh, dan mengernyit.
"Aku tak sedang mengajakmu berkenalan. Katakan siapa namamu? Akan ku bantu."
"Ah, namaku Lalisa. Lalisa Kim." Ucapku padanya.
Dia mengangguk. Langkahnya merangsek maju dan kini ia berdiri bersejajar denganku. Aku mendongak padanya, melihat bagaimana kedua matanya kini menjelajahi papan pengumuman itu. Raut wajahnya, terlihat sangat tegas dan.. tampan.
Ah bodoh! Kenapa aku malah mengagumi ketampanannya? Baiklah, aku akan kembali fokus. Namaku belum ku temukan.
Kami berdua kembali bergelut pada papan pengumuman itu. Menjelajahi ratusan nama di sana yang entah terdapat namaku atau tidak. Hingga sekejap berikutnya aku terjingkat saat pemuda itu sedikit menggebrak papan pengumuman. Membuatku mengalihkan atensi penuh padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
IF YOU || Lizkook ( END ) ✓
Fanfic[ Rate : Mature ] Lalisa Kim, wanita cantik bak boneka itu tak pernah mengeluh kendati ia harus hidup dan besar di sebuah panti asuhan, Lalisa Kim sama sekali tidak mengenal siapa orang tuanya. Kehidupannya sangat keras, bahkan ia harus berjuang mel...