Candrawama 2

7 2 0
                                    

Hujan sudah reda pagi ini, meninggalkan jejak sejuk yang disukai banyak orang. Daun daun dan jalanan masih basah karena hujan turun semalaman tanpa henti. Banyak genangan air tercipta pada jalanan yang berlubang, membuat orang orang harus memperhatikannya benar benar.

Seperti biasa setelah selesai membantu bibi menyiapkan sarapan, Kara membersihkan tubuhnya dan mengganti piyamanya dengan seragam putih abu abu. Hari ini Kara bisa mengendarai motornya ke sekolah karena sudah tidak dipakai Rian.

"Kara berangkat ya." Pamitnya lalu menyalimi paman dan kakaknya setelah selesai sarapan. Bibinya tidak ada disini karena sedang pergi kepasar bersama tetangga sebelah pagi tadi.

"Nanti langsung pulang Ra, kakak berangkat jam 4." Teriak Rian karena Kara sudah menjauh dari meja makan.

Kara menghela nafasnya panjang. Heran dengan tingkah kakaknya yang terus mengulang kalimat itu dari tadi.
Sore ini Rian memang akan kembali ke Yogyakarta melanjutkan kuliahnya di tahun ke tiga.

Memakai jaket parasut berwarna pink dan jam tangan hadiah dari Rian ditangan kirinya serta helm bogo yang terpasang nyaman dikepalanya. Kara mulai melajukan motor matic nya dengan hati hati ke sekolah, dia sesekali bersenandung kecil untuk menghidupkan suasana.

Dibelakangnya ada sebuah motor sport merah melaju satu arah dengan kecepatan sama seperti Kara. Hampir setiap pagi mereka berangkat ke sekolah bersama.

Dibalik helm fullface nya pengendara itu terus memperhatikan motor didepannya yang tak lain adalah Kara.

"Itu Alan kan ya?" Gumam Kara sendiri setelah tadi sempat melirik kaca spion sekilas.
"Haduh so sweet banget sii... Serasa digiring pacar deh." Halunya sambil sesekali tertawa membayangkan hal itu.

Tak terasa Kara sudah sampai di depan gerbang SMA nya. Ia segera memarkirkan motor ditempat yang strategis agar nanti mudah keluar saat pulang sekolah. Apalagi sore nanti ia harus cepat cepat pulang untuk ikut mengantar kakaknya ke bandara.

Berjarak beberapa motor darinya Alan juga sedang memarkirkan motornya dengan hati hati. Sekilas Kara melirik kearah cowok itu.

Dari dulu sampai sekarang masih saja tampan, pikirnya.

Kara melepas helm bogonya dan sedikit merapikan kunciran rambutnya yang sedikit mengendur karena memakai helm. Biasanya Kara mengurai rambutnya, namun karena hari ini ada jam olahraga ia jadi menguncirnya.

"Kara"
Suara panggilan dari belakang membuat Kara langsung memutar tubuhnya untuk melihat siapa sang pemanggil. Disana adalah seorang gadis berseragam sama dengannya sedang melambaikan tangan sambil tersenyum manis.

"Fani." Balas Kara sambil mendekat kearah gadis itu.
"Tumben berangkat pagi." Sindir Kara membuat Fani sontak menatapnya tajam sambil berdesis kesal.

"Ishh... Berangkat telat salah, berangkat pagi juga salah. Gue harusnya berangkat jam berapa sih biar nggak salah mulu." Oceh Fani kesal, membuat Kara terkekeh bangga telah berhasil membuat sahabatnya naik pitam.

"Nggak usah marah marah mulu deh. Ayoo ke kelas." Kata Kara lalu menarik tangan gadis itu menuju ke kelas mereka. Kelas XII MIPA 3.

Suasana kelas sama seperti pagi pagi sebelumnya, kacau. Anak laki laki duduk diatas meja dan saling melempar kertas ada juga yang saling bercanda dan main game. Anak perempuan membuat kelompok kelompok kecil dan melakukan hobi bergosip seperti biasanya.

Setelah meletakkan tasnya, Kara berniat menunggu bel masuk dengan mendengarkan musik menggunakan earphone. Namun rencananya harus gagal begitu saja karena tiba tiba tangannya ditarik dan diseret paksa menuju kantin. Siapa lagi pelakunya jika bukan sahabat gilanya, Fani.

"Ehh.. Fan apaan sih lo. Tarik tarik orang sembarangan." Kesal Kara lalu melepaskan tangan Fani yang masih menggenggamnya.

"Hehe... Ya maaf. Lagian kalau gue nggak narik lo, lo nggak mungkin mau nemenin gue sarapan." Katanya sambil duduk disalah satu kursi kantin.

"Kemana sih Deon? Kenapa nggak minta temenin dia aja?" Tanya Kara. Dia malas harus menemani Fani sarapan dikantin. Ia malu jika tidak memesan apapun, apa yang akan Kara lakukan nanti saat fani sedang makan. Tidak mungkin kan Kara hanya melihatnya saja, uang sakunya sedang menipis gara gara Kara membeli coklat panas di cafe kemarin.

"Deon mana mungkin jam segini udah berangkat." Jawab Fani lalu beranjak memesan makanan.

"Haiss dasar, punya pacar sama sama suka telat. Cocok deh kalian berdua." Kata Kara yang tidak didengar Fani, karena Fani sudah menghilang disalah satu stand kantin.

Sambil menunggu Fani datang, Kara memainkan handphonenya dengan membuka aplikasi instagram. Ada foto baru dari Alan muncul disana. Foto Alan kecil yang sedang tersenyum ceria sambil membawa bola basket. Disana juga tertulis "ini caraku. Berbeda dengan mereka, aku malah pergi menghindarimu. Aku menyukaimu, namun takut mendekatimu."

Banyak komentar yang muncul disana, Kara tak heran lagi. Memang di SMA ini siapa yang tidak mengenal Alan. Cowok pembuat onar yang mempunyai sejuta pesona. Wajar saja banyak kaum hawa yang tergila gila padanya.

Kara membaca sekilas isi komentarnya.

"Kak Dita ya?"
"Wahhh Dita pasti nih."
"Dita."
"Bukannya yang pergi Dita ya?"

Semua komentar itu kebanyakan mengira tulisan tadi ditujukan untuk Dita.

"Kara." Panggil seseorang membuat Kara langsung menyembunyikan handphonenya.

"Eh Aldi. Gimana Al?" Tanya Kara pada Aldi, ketua OSIS di SMA ini yang sebentar lagi akan lengser dan tergantikan oleh siswa kelas 11. Kara menanyakan hal itu, karena biasanya Aldi menemuinya saat ada hal penting.

"Kita disuruh Bu Rika buat bantu rekap nilai kelas 11. Lo bisa kan?" Tanya Aldi balik.

Kara menangguk.
"Kapan?"

"Jam pertama. Bu Rika udah izinin kita buat nggak ikut pelajaran kok, tenang aja." Jelas Aldi.

"Wehh ada Aldi ternyata. Ngapain Al?" Tanya Fani yang sudah tiba membawa 1 piring nasi goreng dan 2 gelas teh hangat.

"Ada urusan sama Kara." Katanya pada Fani.
"Ya udah Ra, nanti gue tunggu didepan kelas lo ya."  Lanjut Aldi lalu beranjak pergi meninggalkan mereka berdua.

"Ngapain Ra?" Tanya Fani masih penasaran.

"Biasa, rekap nilai." Jawab Kara lalu mengambil salah satu teh hangat yang dibawa Fani. Sudah biasa dirinya dan Aldi dimintai bantuan untuk merekap nilai. Aldi yang notabenya ketua osis dan Kara yang termasuk pintar itu, sudah pasti dipercaya para guru.
"Makasih ya." Lanjut Kara sambil mengangkat teh hangat yang tadi diambil dari Fani.

"Iya sama sama. Baik kan gue?" Kata Fani sombong. Membuat Kara memutar bola matanya malas melihat tingkah Fani, sedangkan Fani malah terkekeh geli melihat Kara sebal.

___

See you next chapter ya🥰

Karena part masih awal dan masih ada stok beberapa part, jadi bakalan update setiap hari sampai part 4 atau 5.
Abis itu bakal update 2 hari sekali, takutnya kalau setiap hari malah ngga kekejar karena banyak kesibukan juga😅
(sok sibuk banget sih author)

Jadi tetep stay toon ya🥰🥰

CANDRAWAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang