Candrawama 6

0 0 0
                                    

Permainan telah selesai beberapa menit yang lalu. Sambil menunggu yang lain berganti pakaian, Kara duduk dipinggir lapangan sambil meminum air mineral yang sudah ia siapkan dari rumah. Badannya terasa lengket karena keringat, tapi Kara terlalu malas untuk mengganti bajunya dengan baju lain.

Anak laki laki sudah selesai mengganti baju sedari tadi, karena mereka bertanding terlebih dahulu.

Dering handphone terdengar nyaring dari handphone Kara.

Hallo

Sapa Kara setelah menekan tombol hijau pada layar handphone nya.

Kara kamu bisa pulang sekarang?

Tanya Bibi cemas.

Ada apa bi?

Temen ayahmu tiba tiba datang, sepertinya ada masalah dengan ayahmu.

Iya bi, Kara segera pulang.

Cepat ya, sepertinya pamanmu mulai terbawa emosi.

Buru buru Kara bangkit dari duduknya setelah sambungan telfon terputus. Ia menenteng tas yang tadi dibawanya. Kara berlari menuju gerombolan anak laki laki sekolahnya dengan cepat.

"Alan, tolong anter gue pulang." Teriak Kara karena jaraknya masih lumayan jauh.

Sebenarnya Kara malu menghampiri Alan lebih dulu ditambah anak anak lain menggodanya karena berinteraksi dengan Alan, tapi mau bagaimana lagi kali ini rasa cemas Kara lebih besar dari rasa malunya.

"Iya, sebentar lagi. Anak anak cewek belum pada selesai. " Jawab Alan yang sudah bangkit dari duduknya.

"Tolong banget, anterin gue sekarang ya." Kata Kara sedikit ngos-ngosan karena tadi ia berlari saat menghampiri Alan.

"Ya udah sekarang. Tapi lo nggak mau ganti baju dulu? " Tanya Alan karena Kara masih menggunakan jersey basket yang pastinya akan dingin saat dijalan nanti.

"Nggak keburu. Ayo cepet." Desak Kara tak sabaran sambil berjalan menuju parkiran.

"Bentar." Tahan Alan lalu melepas jaket hitam yang dipakainya dan melekatkan pada Kara.
Kara membeku beberapa saat setelah Alan melakukan hal itu.

"CIEEEE..... "
"Bang Alan so sweet bener. "
"Duh jadi baper gue. "
"Menangis hati ini melihat keuwuan mereka. "

Kira kira begitulah godaan yang diberikan teman teman Alan pada mereka berdua. Beruntung tak ada kedua sahabat Alan disini. Jika ada, sudah pasti suasana akan lebih ribut daripada ini.

---

"Seharusnya bapak pikir, dia tidak tau apa apa. Bahkan tidak tinggal bersama kedua orang tuanya 10 tahun terakhir. Bagaimana bisa kalian tega datang kesini menemui dia yang jelas tidak ada sangkut pautnya." Itu adalah suara paman yang pertama didengar Kara setelah sampai didepan rumah.

Tak hanya Kara yang mendengarnya, namun juga Alan.

"Ada apa?" Tanya Alan menatap Kara serius.

"Nggak papa, makasih ya. Gue masuk dulu." Kara melepas helm cepat dan segera berlari kedalam rumah.

"Maaf Pak, bicara tentang tega seharusnya saya yang mengatakan itu. Buat apa saya harus merasa tidak tega jika disini saya yang dirugikan?" Kata tamu tersebut tak kalah tegas.

"Tolong tenang dulu pak." Lerai Kara yang baru saja masuk ke ruangan.

"Bagaimana saya bisa tenang? Dari tadi bapak ini teriak teriak dan marah pada saya. Padahal disini saya datang tidak meminta pertanggungjawaban dari dia." Kata tamu tadi sambil menunjuk paman.

"Benar memang, anda tidak meminta pertanggungjawaban saya. Tapi anda meminta pertanggungjawaban anak yang tidak tahu menahu dan bahkan usianya belum 17 tahun. Siapa yang tidak emosi?" Jawab Paman tak kalah tegas.

"Paman dan om bisa duduk dulu, biar Kara yang bicara." Kata Kara yang sedari tadi berdiri didekat meja.

"Kalau boleh tau ada masalah apa om? " Tanya Kara pada tamu tadi.

"Masalah ini, semua karena ayahmu. Dia bilang mau membeli motor om dan benar memang dia membelinya tapi dia tidak membayarnya sampai sekarang. Dan malah menghilang dan tidak dapat dihubungi. Dia hanya membayar DP 3 juta." Jelasnya membuat Kara membelalak tak percaya.

Apa lagi yang dilakukan ayahnya kali ini. Kenapa banyak sekali masalah yang ia buat.

"Masih kurang berapa om?" Tanya Kara sopan.

"Masih kurang 9 juta yang belum dibayar. Dan saya ingin uang itu kembali malam ini, kalau sampai malam ini belum ada saya akan menuntut kamu sebagai anaknya untuk bertanggungjawab dalam hal ini."

"Apa apaan ini." Bentak paman tak terima.

"Sudah paman tenang dulu." Kata Kara membuat paman menghela nafas panjangnya, mencoba meredam emosi yang tadi sempat memuncak.

"Maafkan ayah saya om. Dia memang tidak bertanggung jawab, dia bahkan meninggalkan kedua anaknya dan tidak memberi nafkah apapun kepada mereka. Dia tidak pernah benar benar menjadi sosok ayah untuk saya dan kakak saya. Saya besar tanpa ada kasih sayang dan didikan dari orang tua, tanpa ada ayah dan ibu disamping saya. " Kara menjeda sebentar kalimatnya, air matanya sudah tidak dapat dibendung lagi. Satu tetes cairan asin itu turun membasahi pipinya, namun segera ditepis kasar menggunakan telapak tangannya sendiri.

"Om pasti tau siapa penyebabnya, ayah saya penyebabnya. Dia pergi bersama ibu saya dan tidak pernah kembali selama 10 tahun ini." Ucap Kara sambil tersenyum sendu.

"Kara" Gumam bibi merasa iba melihat Kara.

"Anda bisa dengar sendiri bukan? " Tanya paman pada tamu tadi.

"Ya saya mendengarnya dengan jelas. Tapi maaf, saya benar benar membutuhkan uang itu saat ini. Anak saya harus dioperasi besok pagi. Kalau sampai malam ini uang itu tidak ada, saya akan menuntutnya." Katanya sembari melirik Kara.

"Saya hanya punya motor dan HP, itu semua pemberian ayah saya beberapa tahun lalu saat dia datang kerumah temannya di daerah disini." Kata Kara membuat paman dan bibinya sontak melihat kearah Kara, khawatir akan keputusan Kara selanjutnya.

Kara mengangguk meyakinkan, melihat tanggapan dari paman dan bibinya.

"Kalau bapak benar benar butuh, silahkan ambil." Putus Kara.

"Baiklah saya ambil, dan masalah ini saya anggap selesai. " Jawab tamu tadi.

Setelah tamu tadi pergi, tersisa kara beserta paman dan bibinya di ruang tamu.

"Kara" Panggil bibi lembut.
Ia mengerti bagaimana kondisi hati Kara saat ini, menyakitkan pasti menjelekkan ayahnya sendiri didepan orang lain.

"Kara nggak papa bi, Kara ke atas dulu ya." Kata Kara mencoba tersenyum untuk mengurangi rasa khawatir bibi dan pamannya.

Kara berbalik, tepat saat itu air matanya turun dengan sendirinya.

__

Double up karena udah lama nggak update hehe:)

Author mau ngasih pengumuman nihh:D

Jadi, karena author beberapa bulan lagi lulus SMA dan buanyakk banget materi yang harus dikejar, Author mau pamit belajar dulu ya hehew.....
Jadi kemungkinan bakal lebih lama lagi updatenya.

Thanks for support ya🥰

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CANDRAWAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang