Sepulang sekolah, dengan tergesa-gesa Kara merapikan buku dan alat tulisnya yang tersebar dimeja. Rambutnya sudah tak karuan karena berlari dari kelas menuju ke tempat parkir. Jam sudah menunjukan pukul 3 sedangkan Rian akan berangkat ke bandara pukul 4.
Kara ingin menangis rasanya. Dibelakang motornya masih ada 1 motor besar terparkir. Dia tak bisa menggeser motor itu sendirian. Menggeser motornya sendiri saja butuh perjuangan ekstra, apalagi motor besar dibelakang.
Tidak ada yang bisa membantunya kali ini, Fani sudah pulang diantar Deon sedari tadi. Ini karena Bu Rika yang memanggilnya untuk berterima kasih, membuat Kara harus pulang sedikit terlambat.Dari arah koridor sekolah, Alan dan Bayu sedang berjalan menuju ke tempat parkir dengan santainya. Bayu yang sesekali menggoda anak perempuan yang lewat, membuat mereka cukup menarik perhatian.
"Bayu" Panggil Kara sambil melambaikan tangannya pada laki laki itu.
Dengan senyum sumringah Bayu mendekati Kara sambil berlari kecil.
"Ada apa cantik?" Tanya Bayu dengan nada yang di buat buat, membuat Kara geli mendengarnya. Namun tak ada pilihan lain saat ini, Bayulah satu satunya anak laki laki yang cukup dekat dengannya dalam kondisi ini.
Tak mungkin ia meminta bantuan pada Alan. Laki laki itu seperti tidak mengenalnya lagi."Bantuin gue pinggirin motor ini dong, biar motor gue bisa keluar." Pinta Kara sambil menunjuk motor yang dimaksud.
"Tapi ada syaratnya." Kata Bayu memanfaatkan kesempatan
"Apa cepetan." Tanya Kara tak sabaran.
"Minta no WA lo." Jawab Bayu sambil menaik turunkan alisnya cengengesan.
"Iya Iya. Ya udah cepet bantuin." Desak Kara.
Dibelakang Bayu, Alan berdiri tanpa minat memandang interaksi antara Kara dan Bayu.
Setelah motornya bisa keluar, dengan cepat Kara memakai helm bogonya. Ia masih menggunakan seragam olahraga sedari tadi. Jaket parasut yang tadi pagi ia gunakan sudah terpasang pas ditubuhnya. Bedanya dari tadi pagi, sekarang Kara tidak memakai jam tangan pemberian Rian karena tadi melepasnya saat bermain basket.
"Makasih ya." Teriak Kara sambil melesat keluar sekolah.
Sesampainya di rumah Kara melihat Rian bersama paman dan bibi sedang menunggunya sambil sesekali memberi wejangan untuk Rian.
"Bentar ya, Kara siap siap dulu." Teriak Kara sambil berlari menuju kamarnya.
"Jangan lama lama Ra, udah sore ini." Teriak Rian menyauti Kara.
Gadis itu segera melepas sepatunya dan membuang asal tasnya. Ia masuk ke kamar mandi dan segera membersihkan diri. Beberapa menit kemudian Kara telah siap dengan penampilannya.
Celana Cargo hitam dan blouse putih yang dimasukkan asal, serta jam tangan pemberian Rian yang ada di tangan kirinya menjadi pilihan Kara kali ini. Rambutnya ia biarkan terurai karena masih sedikit basah.
Kara turun dari lantai 2 dengan menenteng sneakers putih ditangan kirinya dan handphone ditangan kanannya.
"Ayoo cepet, nanti kak Rian telat." Kata Kara lalu segera keluar rumah disusul dengan Rian, paman dan bibi.
Sambil menunggu pamannya mengeluarkan mobil, Kara menggunakan sneakers putih yang tadi ia bawa.
"Makanya kalau udah bubar langsung pulang." Sindir Rian yang saat ini sedang berdiri disebelah Kara.
"Tadi Kara langsung pulang kok. Agak telat soalnya tadi dipanggil guru dulu." Jelas Kara.
"Ayo masuk."
Belum sempat Rian menjawab, ajakan dari bibinya sudah terdengar. Membuat Rian tak jadi meledek adiknya.Setelah kurang lebih 1 jam akhirnya mereka sampai di bandara.
"Kakak harus banget berangkat sekarang ya? Padahalkan baru pulang 2 hari lalu, masa sekarang udah mau berangkat lagi sih." Kata Kara dengan mata yang sudah berkaca kaca.Rian mengangguk,
"Nggak usah nangis terus, tambah jelek kan tuh muka." Kata Rian sambil mencubit hidung Kara gemas. Hidung Kara menjadi lebih merah karena Rian, padahal sebelumnya hidungnya sudah cukup merah karena menahan tangis.Paman dan bibi hanya tertawa kecil melihat tingkah kakak beradik itu. Selalu saja, Kara akan menangis saat ditinggal Rian pergi.
"Kakak berangkat ya. Doain biar cepat selesai kuliahnya." Kata Rian mengacak rambut Kara lalu berbalik dan melangkah masuk.
Namun baru beberapa langkah ia kembali berbalik dan berjalan ke arah Kara.
"Nih buat kamu. Biar nggak keliatan kaya orang gila, nangis sepanjang jalan." Ucap Rian sambil memakaikan kacamata hitam yang tadi tersampir dikaosnya.
"Ihhh... Cantik kaya gini kok disamain sama orang gila sih...." Kesal Kara lalu mencubit lengan kakaknya lumayan keras, membuat Rian meringis karenanya.
Setelah memastikan Rian berangkat, Kara bersama paman dan bibinya meninggalkan area bandara.
"Kara, malam ini kita makan diluar ya. Udah jam segini, bibi belum masak apa apa di rumah." Kata bibi sambil menatap Kara lewat pantulan cermin.
"Iya bi. Mau makan dimana kita?" Tanya Kara sekedar basa basi.
"Gimana kalau di restoran langganan paman?" Saran Paman yang langsung disetujui kara dan juga bibi.
Beberapa menit berlalu, sampailah mereka di restoran yang dituju. Lokasinya tidak terlalu jauh dari rumah sebenarnya. Jika menggunakan mobil bisa ditempuh sekitar 30 menit saja. Namun karena tadi mereka dari bandara, butuh waktu kurang lebih 1 jam untuk sampai disini.
Kara memilih duduk dimeja restoran yang dekat dengan jendela. Ia membuka kacamata hitam yang tadi diberikan Rian dan mulai men-scroll aplikasi instagram untuk mengusir rasa bosan karena sendirian.
Pamannya sedang memarkirkan mobil, sedangkan bibinya sedang memesan makan malam untuk mereka."Kara" Panggil seseorang membuat Kara mendongak melihat orang itu.
"Bayu.. " Kaget Kara.
"Ngapain lo disini?" Tanyanya."Tuh." Jawab Bayu menunjuk kedua sahabatnya menggunakan dagu. Dimeja yang terpisah, Alan dan Deon sedang berbincang dengan sesekali melirik kearahnya.
"Gue kesini mau nagih janji lo." Lanjut Bayu dibuat serius."Ck, kenapa nggak lupa aja sih lo." Decak Kara kesal lalu merebut handphone ditangan Bayu dan segera menuliskan nomernya disana.
"Sana pergi, nggak usah ganggu gue. " Usir Kara.
"Uhh cantik cantik galak amat sih. Cocok deh buat jadi istri masa depan abang." Kata Bayu sambil terkekeh geli mendengar perkataannya sendiri.
"Ihh... Amit amit, amit amit." Kata Kara tak lupa sambil memperagakan wajah seolah olah ingin muntah.
Beberapa menit setelah kepergian Bayu, paman dan bibinya datang bersamaan dengan pesanan mereka.
"Astaga cantik banget sih calon istri masa depan gue." Gumam Bayu menatap tanpa kedip kearah Kara yang sedang makan.
Alan meraup wajah Bayu membuat Bayu langsung berkedip dan menoleh kearahnya.
"Paan sih Lan?" Kesal Bayu.
"Nggak usah main main lo sama Kara." Peringat Alan.
"Sok tau lo, siapa yang main main sih." Kilah Bayu.
"Kita juga tau kali gimana playboynya lo. Iya nggak Yon?" Tanya Alan sambil mengarahkan telapak tangannya pada Deon mengajak tos.
"Yoi." Balas Deon lalu menerima ajakan tos dari Alan.
"Yeuww... Siapa yang playboy, orang baru deketin aja udah ditolak." Sebal Bayu yang malah disambut gelak tawa Alan dan Deon.
__
See you next chapter🥰🥰
2 hari lagi kita ketemu yaa🔥❤
Stay toon😍
KAMU SEDANG MEMBACA
CANDRAWAMA
Teen FictionCandramawa, hitam bercampur putih. Seperti halnya kehidupan Kara yang hitam namun juga bercampur putih. Masalah hidupnya bukan hanya tentang persoalan cinta remaja SMA namun juga konflik yang terjadi dalam keluarganya. ___ "Kara kenal Alan, tapi A...