Junghwan menoleh saat ia merasa ayahnya datang mendekat dan mulai mendudukan dirinya di sebelah junghwan.
"aayah?" junghwan mencoba memanggil ayahnya. Iya, junghwan sudah mulai membiasakan diri untuk berbicara dengan mulutnya, walau masih ter bata-bata dan pengucapannya kurang jelas.
Sang ayah tersenyum melihat perkembangan putra nya, junghwan mulai semangat menjalani hidupnya.
"ayah minta maaf nak" junghwan mengerutkan dahinya
"seharusnya ayah yang ada di posisi kamu. seandainya hari itu kita gak pergi, pasti mama masih ada sama kita sekarang. Kamu juga gak akan ngalamin ini semua. Maafin ayah karena gak bisa jagain kalian" junghwan mendengar ayahnya mulai terisak.
sejujurnya junghwan juga tidak ingin ini terjadi. Ia tidak ingin begini, tidak ingin kehilangan ibunya. Tapi semua sudah terjadi, junghwan mulai belajar ikhlas. Tidak pernah sekalipun terbesit di benaknya kalau ini semua kesalahan sang ayah. Ayahnya tidak pantas untuk meminta maaf.
Junghwan memeluk ayahnya
"ini semua udah takdir kita. aku udah ikhlas, mama juga udah tenang di sana, ayah gak perlu minta maaf" junghwan berbisik di telinga sang ayah.Mengendurkan pelukan mereka, aji meletakan tangannya di kedua pipi junghwan
"ayah bangga, kamu tumbuh dewasa. Mama pasti juga bangga liat kamu"Junghwan tersenyum dan menganggukan kepalanya, semoga saja mama nya yang sudah tenang di sana bangga melihat junghwan bisa menjalani hidupnya kembali.
"oh ya besok jadwal kamu terapi kan?"
"iya"
"besok ayah harus keluar kota, apa gak apa-apa kamu terapi sendiri lagi?" senyum junghwan seketika mulai pudar, tapi junghwan tetap mengangguk.
Aji paham junghwan pasti sedih. harusnya aji selalu ada di samping junghwan, lagi-lagi aji merasa gagal menjadi se orang ayah.
Aji mengusap kepala junghwan "ayah sudah minta tolong ke ryujin-" junghwan menoleh ke arah ayahnya itu, menunggu ayahnya kembali berbicara.
"ryujin bilang, dia mau dampingin kamu terapi besok." lanjut sang ayah. Senyum junghwan pun kembali terbit.
"gak masalah kan besok pergi sama kak ryujin?" junghwan dengan semangat langsung menganggukkan kepalanya sambil tersenyum cerah.
Ryujin, aji sangat berterima kasih atas kehadiran perempuan itu. Junghwan selalu ber semangat setiap kali aji berbicara tentang ryujin.
"kamu serus mau ke sana jin?"
Ryujin mengangguk namun matanya masih fokus ke handphone membalas pesan seseorang.
"iya, kasian dia sendirian" ryujin baru menoleh ke arah laki-laki di sebelahnya.
Hyunjin menghela napas dan mulai melajukan mobilnya keluar dari parkiran kampus mereka.
Ryujin tetap lah ryujin, sepupunya itu adalah orang yang sangat keras kepala. Harus nya hyunjin langsung mengantarkan ryujin pulang setelah kuliah selesai namun ryujin malah memintanya mengantarkan pergi ke rumah seseorang bernama junghwan.
"apa gak bisa minta tolong ke orang lain selain kamu?"
"aku gak tau, lagi pula aku udah sanggupin permintaan tolong ayahnya"
Hyunjin menoleh ke arah ryujin yang sedang menatap ke arahnya juga.
"kamu juga butuh istirahat jin, khwatirin diri kamu sendiri." hyunjin kembali fokus ke jalan yang ada di depannya.Ryujin memutar bola matanya, kenapa semua orang menganggapnya lemah. Ayolah ryujin tidak selemah itu, hanya menemani junghwan tidak akan membuatnya tumbang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mata Untuk Junghwan
FanficRyujin pikir dirinya adalah orang yang paling tidak beruntung di dunia ini, tapi ternyata dia salah. Ternyata, masih banyak orang di luar sana yang jauh lebih tidak beruntung darinya, salah satunya So Junghwan.