6. Sandal

4 2 0
                                    

Sandal yang gepeng

Epret menatap telapak kakinya yang memerah dengan wajah datar. Seharusnya dia kemarin menuruti perkataan Emak untuk membeli sandal baru, bukannya memaksa memakai sandal yang menipis termakan usia. Alhasil, hari ini ketika dia berjalan di aspal yang panas sandalnya bolong. Pantas saja tadi kakinya merasa panas.

"Tahu jadinya kaya gini, mending kemarin beli yang baru," gerutu Epret. Memang penyesalan itu selalu di akhir.

Epret masih duduk di pelataran toko yang tutup. Dia ingin berjalan pulang, tetapi aspal yang panas mengalahkannya. Epret berpikir, cara apa yang bisa dia lakukan agar bisa berjalan pulang tanpa rasa panas.

"Lagian kamu pakai acara bolong segala!" Epret memarahi sandal yang tentunya hanya akan diam. Sesekali dia memukulkan sandal ke tanah.

"Kenapa, Pret?" Epret mendongak ketika sebuah motor berhenti di depannya. Ternyata orang itu adalah Ikbal, penjaga kasir yang itu loh.

"Ini Bang, sandalku bolong," ucap Epret seraya menunjukkan sandalnya yang bolong.

"Bareng gue yuk! Gue antar sampai rumah." Ikbal menawarkan tumpangan pada Epret.

Bagai kucing mendapat ikan asin, Epret dengan senang hati menerimanya. Epret naik ke atas motor Ikbal. Mereka pergi dari sana, meninggalkan sandal lama Epret tergeletak tak berdaya di depan toko yang entah milik siapa. Ck ck ck … kasian kau sandal.

tak pernah membenci orang yang menginjaknya.

Note:
Namanya juga sandal, mau sebenci apapun ya tetap diam. Lha wong itu benda mati wkwk.

LantAksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang