7. sept

5.4K 785 34
                                    

"Did you like him?"

𝓔𝓷𝓳𝓸𝔂 𝓽𝓱𝓮 𝓼𝓽𝓸𝓻𝔂🖤

















...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
. ... .
.. ... ..
......
....
..
.





Haechan sedang bersantai sambil mendengarkan lagu di kamarnya dengan jendela terbuka. Baru saja matanya hampir terpejam, ketika bau terbakar menusuk indera penciumannya. Pemuda manis itu bangkit dari tempat tidurnya, dan melihat dari jendela. Seorang laki-laki dengan perawakan kurus sedang kesusahan dengan kobaran api dari panggangan di depannya. Sedangkan, kakaknya itu justru sedang asik berbincang dengan dua orang lain di bangku taman.

Awalnya pemuda manis itu membiarkannya saja, sambil melihat laki-laki yang sepertinya blasteran itu berusaha menanganinya. Tapi justru, kobaran apinya semakin besar bahkan hampir mengenai pohon besar di halaman rumah mereka. Haechan langsung mengambil ember dari kamar mandinya, berlari dari lantai dua menuju halaman belakang. "TEN HYUNG! KAU MAU MEMBIARKAN RUMAH KITA KEBAKARAN APA?"

Setelah itu pemuda manis langsung menyiramkan air dari ember itu pada arah sumber apinya. Tentu dengan pemuda blasteran tadi juga. Ten dan Johnny sempat kaget melihat api besar dibelakang rumahnya, juga mengambil selang panjang dari keran di halaman. Sedangkan Jeno, hanya menggelengkan kepalanya. Ia lupa kalau sepupu Kanadanya itu, jangan dibiarkan memasak atau hal besar akan terjadi.

Setelah membersihkan semuanya, Haechan duduk sembarang di rerumputan. "Aku kira aku takkan punya rumah lagi."

"Kau bisa tinggal denganku, kan sudah aku tawarkan." Balas Jeno.

"Maunya sih seperti itu, tapi Ten hyung tidak ingin merepotkan keluarga besar katanya. Lagi pula, dia takkan bebas bertemu Johnny hyung nanti." Keluh Haechan. "Omong-omong, tau kau kemari lebih baik aku pulang bersamamu dibanding harus menghabiskan ongkos naik taksi."

"Aku kemari hanya untuk bertanya beberapa hal padamu." Pemuda blonde itu langsung pada pointnya.

Haechan yang tadinya bersantai seketika menegakkan punggungnya, mengingat apa ia sempat berbuat salah sebelumnya? Sampai-sampai keluarga Lee, ralat, ketua Lee muda yang baru saja dilantik mendatanginya langsung. Pantas aja ia merasa aneh tiba-tiba orang yang sulit sekali ditemuinya berjumpa beberapa kali akhir-akhir ini.

"Aku tak membuat masalah apapun, sepupu Lee. Aku bersumpah."

"Tidak, bukan itu. Aku ingin bertanya soal temanmu tadi."

Mendengar jawaban Jeno, Haechan kembali tenang, "aaa, aku kira ada apa. Temanku? Jaemin?"

Jeno mengangguk. "Aku baru melihatnya disini, apa dia pindahan?"

"Iya, dia baru beberapa bulan di kota ini. Kau tau, dia mahasiswa yang sangat sulit didekati. Tapi ada sisi yang dia sembunyikan selama ini ternyata" Bisik Haechan.

"Memang benar." Sudut bibir Jeno sedikit terangkat. "Mungkinkah, Jaemin seorang werewolf atau jenis lainnya?"

Haechan tertawa, "bukan itu maksudku, hahaha, Jaemin hanya manusia biasa. Sisi lain maksudku adalah,"

Haechan melirik Jeno yang terlihat penasaran, "Jaemin menyembunyikan sisi cantiknya dibalik kacamatanya. Astaga aku saja masih mengingat jelas foto itu. Meskipun laki-laki, ia benar-benar sangat cantik dan tampan dalam satu waktu."

Sebenarnya bukan jawaban itu yang diharapkan Jeno. Tapi, pria blonde itu mengakui bahwa laki-laki yang membuatnya penasaran itu benar-benar cantik sekalipun kacamata masih bertengger diwajahnya.

ʜᴀᴛᴇ | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang