3. Hadirnya Seorang Sahabat

4.9K 493 18
                                    

'Aku kehilangan beberapa hal, Terima kasih memilih untuk tetap berada di sini.'

9 Bulan Untuk Naura

~Thierogiara

***

Selepas mengantar Misha pulang ke rumah, Arga langsung pergi lagi, dia tak mengatakan pada Misha tujuannya, namun dia akan menemui Evan, laki-laki itu harus bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya.

Arga mencengkram stang motornya kuat-kuat, dia kecolongan! Dia gagal menjadi sahabat yang baik untuk Misha, dia telah kehilangan masa depan Misha padahal mereka sudah berjanji untuk sukses bersama.

Dengan motor yang dipacu di atas rata-rata 15 kemudian Arga sampai di sebuah warung yang selalu menjadi tempat tongkrongan Evan dan teman-teman.

"Gue mau ngomong sama lo," ucap Arga sambil melepas helmnya.

"Ya udah ngomong aja," kata Evan enggan bangkit dari duduknya.

Arga melirik seluruh teman Evan yang ada di sana, jika dia bicara di sana maka sama saja dengan mempermalukan Misha.

"Gue mau ngomong berdua!" Arga berkata tegas, meski hanya sendiri dia tak boleh kalah.

"Mau nembak Evan lo?" tanya Dori salah satu teman Evan.

"Gue lagi nggak bercanda bangsat!!" Arga langsung menghadiahi Dori tatapan tajam.

"Ya maap." Dori langsung kicep.

"Mau ngomong apa lo?" tanya Evan dengan wajah yang seolah-olah tak ada dosa.

"Nggak usah pura-pura bodoh anjing! Ikut gue lo!!" Arga hampir kehilangan kesabaran, dia bisa saja langsung menghajar Evan saat itu juga, namun bagaimana nanti perasaan Misha?

Evan mengangguk dan akhirnya naik ke mobilnya mengikuti motor Arga menjauh dari tempat tongkrongannya tadi. Dia juga mau menyelesaikan semua ini, dia tak mau bertanggung jawab udah itu saja.

Arga menghentikan motornya di sebuah lapangan kosong. Dia melepas helm-nya lantas menatap Evan dengan mata seriusnya dari atas motor.

"Tanggung jawab lo!"

Evan tertawa. "Lah emang anak gue?" tanya Evan meremehkan.

Arga tertawa mendengar itu, Misha tak semurahan itu untuk memiliki anak dari laki-laki lain sementara ia berpacaran dengan Evan.

"Lo gila?!" tanya Arga.

"Gue nggak akan pernah tanggung jawab!" ujar Evan percaya diri.

"Banci lo setan! Berani berbuat berani bertanggung jawab bangsat!!"

Evan tertawa menggeleng-geleng. "Gue nggak yakin kalau itu anak gue, kalau bukan anak gue, kenapa gue haru tanggung jawab?"

Arga langsung turun dari motornya kemudian memukul kepala Evan dengan helm-nya. Evan seketika merasakan pusing di kepalanya, Arga langsung melempar asal helm-nya kemudian menarik kerah baju Evan.

"Gue Cuma mau kasih tau lo satu hal, sahabat gue bukan cewek murahan." Arga langsung mendaratkan tinjunya ke pipi kiri Evan.

"Dan asal lo tau gue susah payah jagain Misha, kenapa lo rusak bajingan!!!" Kemudian Arga memukul pipi kanan Evan.

"Gue nggak peduli!!" teriak Evan diiringi tawa yang terdengar sangat menyebalkan di telinga Arga.

Mendengar itu Arga semakin memukuli Evan dengan membabi buta, dia tak memberi ruang pada lawannya untuk sekedar mengambil napas.

Arga menarik kerah Evan mendekatkan wajah laki-laki itu ke wajahnya. Evan tampak tertawa mencemooh.

"Lo harus bertanggung jawab bajingan!!!" Arga menekan setiap kata yang keluar dari mulutnya.

Evan tak merasa terintimidasi. Dia mengelap darah yang keluar dari sudut bibirnya. "Gue nggak peduli!!" kata Evan.

Arga menendang perut Evan sekali sebelum akhirnya naik ke atas motor meninggalkan manusia tak berguna itu.

***

Arga belum mengganti baju, dia duduk bersebelahan dengan Misha di gazebo belakang rumahnya, Misha datang untuk tahu kepastian dari permintaan Arga terhadap tanggung jawab Evan, namun sampai kini masih belum ada jawaban, Arga masih diam.

"Lo seharusnya nggak usah ngotorin tangan Cuma buat minta tanggung jawab sama seseorang yang nggak mau bertanggung jawab Ga," ujar Misha, dia sangat menyadari kesalahannya, Misha mungkin memiliki banyak kesempatan untuk menangis tapi untuk apa? Selain bangkit, Misha tak tahu harus bagaimana, terjebak dalam luka pun hanya dia yang merugi.

"Kenapa sih lo bego banget Sha, kenapa sih?!" tanya Arga tak habis pikir, dia juga bego tapi kalau soal masa depan Arga tetap akan menjaga dirinya agar menjadi sosok yang berguna di masa depan.

"Maafin gue, gue khilaf," kata Misha.

"Bukan alasan khilaf yang mau gue denger, lo bisa tonjok wajah Evan pas dia cium lo kalau emang lo mau nolak. Khilaf itu Cuma omong kosong!!" ungkap Arga, dia sangat kecewa dengan Misha, bisa-bisanya gadis itu mengandung di umur 16.

Misha menunduk, sekarang dia butuh solusi bukan bukan kemarahan Arga.

"Terus gue harus gimana Ga?" tanya Misha.

"Gue juga nggak tau, emangnya apa yang lo harapkan dari bocah tujuh belas tahun yang nggak guna kayak gue?" tanya Arga.

Misha menunduk. "Gue nggak siap sama semuanya," adu Misha.

"Lah lo kira gue? Gue juga bukan seseorang yang bener Sha," ujar Arga.

Misha masih menunduk, Arga mengurut keningnya sendiri, semuanya benar-benar rumit sekarang, kenapa di umur remaja harus beban seperti ini yang ia topang?

Arga menoleh menatap Misha, bahu gadis di sebelahnya itu bergetar. Arga mendekat kemudian menarik tubuh Misha masuk ke dalam dekapannya.

"Maafin gue Ga, iya gue emang bego banget, iya semua ini salah gue, maafin gue karena udah hancurin kepercayaan lo." Misha berbicara dengan lancar di sela tangisannya.

Arga tak menjawab dia justru mengelus kepala Misha, ini berat untuk Misha, tak seharusnya Arga juga menyalah-nyalahkannya.

"Si bajingan itu nggak mau tanggung jawab," ujar Arga.

"Terus gue gimana? Gue malu banget ke sekolah kalau perut gue semakin gede," ujar Misha masih menangis.

"Ada gue tenang aja," ujar Arga, dia sudah lebih dingin sekarang, Arga berusaha mengontrol segala emosi yang meronta ingin dikeluarkan.

"Gimana sama mama sama papa?" tanya Misha mengangkat wajahnya, Arga bisa melihat wajah gadis itu semerah kepiting rebus.

"Gue bakal bantu ngomong," ujar Arga.

"Lo seharusnya nggak sahabatan sama cewek nggak guna kayak gue," ujar Misha, sedih sekali jika Arga yang tak tahu apa-apa terseret dalam masalahnya.

Arga menggeleng, tangannya mengelus punggung Misha.

"Malahan saat ini gue jadi tau fungsi gue sebagai seorang sahabat," ujar Arga.

***

Jangan lupa tinggalin jejak dengan vote & comment!!

9 Bulan Untuk NauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang