5. Memulai Untuk Mempertahankan

4.8K 429 16
                                    

'Karena sebesar apa pun kesalahannya, manusia tetaplah manusia.'

9 Bulan untuk Naura

~Thierogiara

***

Sekali lagi Arga berusaha menghubungi Evan untuk meminta pertanggung jawaban, Arga bukan tak bisa bertanggungjawab atas Misha, namun dia masih tak habis pikir masih ada sosok seperti Evan dan orang tua Misha.

"Udahlah Ga, percuma," kata Misha yang duduk di gazebo belakang rumahnya sendiri.

"Terus lo mau biarin dia lari dari semua ini?! Dia harus tanggung jawab, ini semua bukan salah lo!" kata Arga marah, entahlah rasanya dia sangat tak terima Misha mengalami hal seperti ini.

"Percuma Ga, percuma gue emang udah terbuang, gimana Evan mau tanggung jawab, kalau keluarga gue aja memilih untuk ngusir gue," kata Misha terdengar sangat putus asa, gadis itu memang sudah kehilangan harapan, dia sama sekali tak tahu lagi harus bagaimana, semesta sangat mencuranginya sekarang.

Arga lantas mematikan ponselnya kemudian menarik Misha dan mencangklong tas gadis itu, Arga membawa Misha naik ke atas motor kemudian membawanya ke sebuah rumah, rumah itu adalah rumah kontrakan milik orang tua dari teman segengnya.

Sampai di depan rumah itu, Arga kembali mengeluarkan ponselnya.

"Ran lo bisa ke sini?" tanyanya. "Gue udah di depan rumah lo," jelas Arga.

Barnt—teman Arga—langsung meluncur untuk menemui Arga, lokasi rumah kontrakamn dengan rumahnya sangat dekat hingga dalam 3 menit Barant langsung sampai.

"Misha?" tanya Barant begitu sampai.

"Dia yang bakal tinggal di sini," ujar Arga, sementara Misha terus menunduk, karena setelah ini Barant pasti tahu kondisinya.

"Kenapa?" tanya Barant.

"Diusir dari rumah," jawab Arga sembari melangkah masuk ke dalam rumah yang sudah tampak rapi itu.

"Kalau sendirian kenapa nggak kos aja?" tanya Barant, dia juga ada kos-kosan milik orang tuanya.

"Gue bakal sering nemuin dia, kalau di kos takutnya nggak bebas," jawab Arga, Misha hanya diam, entahlah, lidahnya selalu terasa kelu untuk mengeluarkan suara.

"Bebas? mau ngapain lo?" tanya Barant.

Arga langsung meninju perut Barant. "Bukan urusan lo!" kata Arga.

"Rumah ini jangan dijadiin tempat perzinahan Ga!" ingatkan Barant.

"Dih si gila!" kata Arga.

Barant hanya tertawa setelahnya.

"Jadi barang-barang ini nggak ada yang mau diangkut ke luar kan?" tanya Arga, masalahnya mereka pindah tanpa persiapan, jadi Misha sama sekali tak memiliki apa pun.

Barant menggeleng. "Biasanya yang sewa di sini sekalian sama barang-barangnya, tapi ya gitu namanya pernah dipake sama yang lain kadang ada yang rusak dan perlu dibersihin," jelas Barant.

"Gampang itu," kata Arga.

"Gimana?" tanya Arga pada Misha.

"Gue bakal sendirian?" tanya Misha.

"Ya kalau lo mau gue bisa kok sering-sering dateng nemenin." Setelah mengatakan itu Arga langsung menepuk jidat Barant.

"Mau gimana lagi? Kalau aku di sini nanti kita malah dinikahin lagi, lagian ini kan lingkungan baru nanti orang-orang ngira kita kumpul kebo," jelas Arga.

"Ya udah deh," jawab Misha.

"Lagian lo nggak sendirian," kata Arga.

"Sama siapa?" tanya Barant.

"Anaknya," jawab Arga.

"Lo hamil?" tanya Barant membelalakkan matanya.

"Iya," jawab Arga.

"Ga..." Misha memohon dengan Arga.

"Tenang aja, sekali dia bocor gue tonjok," kata Arga.

Barant mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya tanda peach. "Gue nggak bocor kok," kata Barant.

"Anaknya Evan?" lanjut Barant bertanya.

"Iya," jawab Arga.

Barant semakin membelalakkan matanya, kini bahkan diiringi dengan mulut yang menganga. Dia tak habis pikir dengan apa yang terjadi di balik hubungan manis Misha dan Evan.

"Terus kenapa nggak minta tanggung jawab?" tanya Evan.

Arga menepuk bibir Barant. "Kepo banget lo!" katanya.

Barant langsung terdiam.

"Entar malem gue transfer," kata Arga.

"Ga..." Misha berusaha untuk menahan Arga.

"Udah tenang aja, gue punya duit kok," kata Arga membelai rambut Misha.

"Iya tenang aja Sha, anggap aja Arga suami lo," celetuk Barant seenaknya.

Arga langsung meninju lagi perut Barant. "Diem aja deh lo!" ujar Arga.

"Lama-lama lambung gue pindah ke pantat nih Ga!" protes Barant sebab Arga dengan seenaknya meninju perutnya.

Arga hanya diam, dia melanjutkan langkah melihat-lihat sekitar rumah, rumah itu adalah rumah sederhana dengan dua kamar.

"Bisa kan Sha?" tanya Arga.

MIsha mengangguk. "Sabar, kita nggak punya pilihan lain," ujar Arga.

Misha kembali mengangguk, lagipula semua salahnya sejak awal, dia seharusnya tak bodoh bisa menelan bulat-bulat omongan Evan yang pada akhirnya menjadi omong kosong seperti ini.

Semua salah Misha, wajar jika pada akhirnya dia mendapat perlakuan seperti ini sebab memang dia mengkhianati kepercayaan semua orang. Dia membuat semua orang kecewa dengannya, bahkan Arga, meski sahabat baiknya itu masih mau membantunya, tetap saja sorot mata kekecewaan itu tak bisa bohong, Arga kecewa dengannya, namun bagusnya laki-laki itu tak lantas meninggalkannya.

"Makasih ya Ga," ucap Misha sekarang mereka bertiga sudah duduk di karpet ruang tamu rumah itu.

Arga mengangguk.

"Santai aja Sha, gue juga bobrok gini kalau lo butuh apa-apa hubungin aja," pesan Barant.

Misha mengangguk, mereka beberapa kali bermain bersama, namun tetap saja hanya Arga yang paling dekat dengannya.

"Gue, Barant sama Alvin mungkin bakal sering nongkrong di sini," ujar Arga.

Misha mengangguk, lagipula kalau bukan dengan mereka pasti rasanya sangat sepi.

"Sehat-sehat ya lo," ucap Barant.

Misha mengangguk, kemudian Arga dan Barant lanjut membereskan beberapa yang berantakan di rumah itu, mereka melarang Misha membantu karena tak mau gadis itu kelelahan.

***

Jangan lupa vote and comment!!!

9 Bulan Untuk NauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang