Jam dinding menunjukkan pukul 03.00, waktu dimana semua orang masih terpulas dalam mimpi mereka. Benang demi benang mimpi dirajut menjadi sebuah karya dalam mimpi mereka. Tak berlaku bagi sesosok pemuda, yang memiliki bahu lebar dan surai hitam kebiruan– Soobin. Ia masih setia memeluk seorang lelaki bertubuh yang lebih kecil darinya, dan sedang terlelap.
"Cantik–", bisik Soobin dalam heningnya pagi. Ia melihat Yeonjun– kekasihnya– dibawah selimut empuk berwarna kontras dengan pakaian yang ia kenakan, terlelap sambil menyenderkan kepalanya di dada Soobin.
Oh, jika kalian bertanya sekarang, Yeonjun kerap kali menginap di kediaman Soobin hanya untuk berlibur. Hubungan keduanya sudah terdengar sampai kemana mana, bahkan orang tua Soobin. Walaupun orang tua Soobin masih saja bungkam terkait hal ini, tetapi tetap saja, Soobin harus tetap menjaga harta berharganya sebagai bayaran ia bekerja keras dalam mengurus kegiatan illegalnya ini.
Soobin masih memandangi wajah Yeonjun yang terpulas, sesekali memainkan helai rambut Yeonjun lembut.
"yeonjun, sayang", bisik Soobin sesekali menghujani wajah Yeonjun dengan kecupan singkat. Yang diberikan kecupan hanya menggumam dalam tidurnya lalu merapatkan tubuhnya pada Soobin, lagi, dengkuran halus itu menari didalam telinga Soobin.
"Yeonjun kecilll", kekeh Soobin sambil mencubiti pipi gembil Yeonjun sesekali, membuat empunya merengek merasa terganggu. Soobin sekali lagi merasakan adanya kehangatan menjalar di dadanya, perasaan dimana ia ingin selalu berada di samping Yeonjun, dan mencintainya sebagaimana ia ingin dicintai.
"Soobin– soobin–", panggil Yeonjun perlahan membuka netranya dan mempertemukannya dengan milik Soobin. Yeonjun tersenyum lalu mengecup bibir Soobin sekilas.
"No no ganggu Yeonjunie–", pintanya pelan dan hanya dijawab oleh anggukan Soobin lengkap dengan senyumannya. Yeonjun tersenyum lalu kembali memeluk tubuh kekasihnya itu.
"Soobin tidur–", gumam Yeonjun lembut, detik kemudian dengkuran Yeonjun kembali terdengar. Soobin mengusap kepala Yeonjun lalu membubuhinya dengan kecupan.
Rasanya seperti mimpi, setiap kali ia memeluk Yeonjun seperti ini. Rasanya ia sudah berada dengan mimpinya selama ini, ia memimpikan bagaimana seseorang memberinya pelukan dan kecupan hangat penuh rasa kasih sayang, bagaimana seseorang tersenyum kala melihat netranya, bagaimana seseorang memperhatikan hal kecil darinya, rasanya seperti mimpi karena yang melakukannya adalah Choi Yeonjun, orang yang nyaris meregang nyawanya karena berurusan dengan Soobin dan masa lalu nya. Dalam hati, ia banyak berterima kasih pada Tuhan karena seseorang tersebut adalah Yeonjun, bukan yang lain, kalau orang lain kemungkinan besar akan memiliki cerita yang berbeda dengan saat ini.
Yeonjun dengan segenap keikhlasan dan keberaniannya, bermodalkan kepercayaan dan kehangatan yang ia miliki, menghampiri dan membiarkan Soobin menyampaikan kesedihan dan kekecewaannya pada Yeonjun. Menyampaikan beribu air mata untuk Arin, beribu kata maaf untuk Arin yang belum sempat ia sampaikan kala itu, kala dimana Arin terbaring lemah tak berdaya menunggu waktu memutus tali oksigen dengan kehidupannya. Mungkin, dan Pasti Arin berterima kasih pada semesta karena membiarkan mereka bertemu walaupun dengan halaman pertama yang masih berwarna gelap.
Soobin bersyukur ia memiliki Yeonjun, dan sebagaimana Yeonjun bersyukur atas sosok lelaki yang bisa ia percayai hingga nanti waktu memutus segalanya.
Soobin mendekap tubuh Yeonjun erat, membiarkan degup jantungnya terdengar oleh Yeonjun dan membawanya ke dalam mimpinya. Ia kemudian memejamkan matanya, menikmati kehangatan yang ia rasakan walaupun sumber kehangatannya sedang terlelap. Dalam hati berdoa agar mereka selalu dilindungi dan dapat melindungi satu sama lain.
***
Soobin merasakan tidurnya terusik oleh gorden kamarnya yang disibak paksa dan membiarkan cahaya itu menerobos ke kamar Soobin.
"Morning to love of my life only", bisik Yeonjun seraya mengelus surai kekasihnya. Soobin tersenyum lalu memberinya satu kecupan pada bibirnya.
"Pagi, Kecil"
"Aku bahkan lebih tua dari Soobin!"
"Oh? lalu?"
"Panggil aku hyung—!",
"Sayaaangggg~~~",
"Soobin! panggil hyung!!",
Begitulah keadaan pagi hari di kediaman Soobin, tepatnya di kamarnya. Tak sedikit pelayan rumah Soobin yang menguping kegiatan mereka di kamar setiap harinya.
Dentuman menggema kala pintu kamar Soobin terbuka, mengalihkan pandangan pasangan itu. Kemudian, dari dalam kamar terlihat Soobin yang tengah menggendong tubuh Yeonjun dan mengecupi dadanya gemas dari balik kemeja Soobin yang ia kenakan hari itu.
"Oh—! Luna!", seru Yeonjun lalu berlari turun dari gendongan Soobin, menyebabkan Soobin salah tingkah karena ia tak pernah tertawa selebar itu sebelumnya didepan para pelayannya.
"Aish— makanya kau jangan mendorongku", bisik salah satu pelayan pada rekannya yang lain. Kemudian kegiatan saling menyalahkan dalam suara kecil terjadi. Yeonjun terkekeh geli menatap mereka semua yang tengah terduduk sambil menunduk, berdoa agar nyawa mereka tidak dilayangkan oleh Soobin karena kelancangan mereka.
"Luna! kalian sedang apa disini pagi pagi?" tanya Yeonjun pada salah satu pelayan dirumah Soobin, yang dipanggil Luna hanya bisa menelan ludah gugup.
"Ohh, kalian mengupingku dan Soobin ya?", tanya Yeonjun polos disambut anggukan patah dari 4 orang pelayan didepannya saat ini. Yeonjun mengeluarkan cengiran gelinya lalu menatap pelayannya dan Soobin bergantian.
"Soobin, mereka pelayan di dapurmu kan?", Soobin mengangguk malas dan kembali memeluk selimutnya. Salah satu pelayan itu melirik Soobin dari ujung matanya. Memang benar Soobin adalah sosok idaman dan keberuntungan bagi Yeonjun, bagaimana tidak? tubuh tinggi, tegap, dada bidang dengan bicep di lengannya, tubuh atletis yang diidamkan banyak lelaki, ditambah pahatan sempurna pada wajahnya, membuat seluruh orang yang hanya meliriknya bisa jatuh hati.
Yeonjun yang menyadari hal itu kemudian berjongkok didepan pelayan itu.
"Namamu? siapa?", tanya Yeonjun.
"Yuki– Tuan..", pelayan yang bernama Yuki itu semakin menundukkan kepalanya menyadari Yeonjun– kekasih dari tuannya berbicara dengannya. Yeonjun mengulum senyumnya lalu mengusak rambut Yuki pelan.
"Aku tau Soobin tampan, tapi dia punyaku– ehehe", ucap Yeonjun malu malu disela tawanya. Soobin mendengus geli dengan kelakuan Yeonjun.
"Keluarlah, siapkan sarapan. aku tak mau sarapanku terlambat dan menjadi dingin atau terlalu panas.", titah Soobin dan langsung saja ke empat pelayan itu lari terbirit karena benar benar telah melakukan hal diluar kendali mereka. Yeonjun tersenyum lalu mengunci pintu kamar Soobin.
"Mau Soobin—", pinta Yeonjun kala ia berdiri disamping Soobin. Menit kemudian, suara Yeonjun menggema di seluruh kamar Soobin.
Ahh, pasangan yang masih baru dan bersemangat memang beda ya.
TBC...
KAMU SEDANG MEMBACA
Dare To Love 2
Fanfiction"Dan sekarang lihat? kau bahkan membangkang, Soobin-ssi", desis gadis itu sinis. Gadis bersurai hitam kebiruan itu memandangnya angkuh sambil melipat kedua tangannya didada. Soobin membalas tatapan sinis itu. "Ibu ayahmu pasti sedih memilihmu sebaga...