Yeonjun memperhatikan Soobin yang sedang fokus dengan arah pistolnya yanh sedari tadi terus menerus melesatkan peluru pada sebuah papan dengan banyak lingkaran. Sesekali ia bersorak senang kala peluru itu tepat menuju sasaran, kadang ia mendengus sebal kala peluru itu justru meleset dari 3 sisi tengahnya.
Soobin lalu menoleh pada Yeonjun dsn membuka kaca matanya.
"Mau mencoba?", Yeonjun menaikkan sebelah alisnya dan hanya mengikuti panggilan Soobin padanya. Kemudian Soobin membantu Yeonjun dengan posisinya dan caranya memegang pistol, memakaikan sebuah pengaman telinga dan kacamata agar penglihatan Yeonjun bisa fokus dan mengenai sasarannya.
Didepannya saat ini terdapat sebuah tiang dengan bentuk tubuh orang dan bagian bagian mana yang perlu untuk pelurunya mendarat.
"Fokuskan pada satu titik, jangan mendengarkan suara yang lain, bahkan sebuah anginpun jangan didengarkan. Jatuhkan satu tumpuan di matamu, ikuti gerak gerik dari lawanmu–" titah Soobin sambil berdiri dibelakang Yeonjun, mendekatkan kepalanya pada ceruk leher yang lebih tua agar dapat mendengar suaranya lebih jelas.
DOR! DOR! DOR!
3x tembakan mengeluarkan suara memekak telinga, asap mengepul dari pistol yang dipegang oleh Yeonjun. Menit kemudian dilihatnya bagian dada, leher dan perut dari orang tersebut sudah berasap dengan 3 tembakan dengan lokasi yang berbeda
"Oh? fast learner we got here?", Yeonjun tersenyum puas lalu melepaskan atributnya dan mengangguk senang pada Soobinnya. Catat, Soobinnya Yeonjun.
Soobin mengusak surai milik Yeonjun dan kembali memintanya untuk melakukan beberapa latihan menggunakan alat yang disediakan, memanah, menembak, dan melempar pisau. Sudah menjadi rutinitas mereka berdua ketika bertemu dan memiliki waktu di hari libur, akan melakukan beberapa latihan singkat, hitung hitung sebagai bahan Yeonjun untuk menjaga dirinya jika Soobin sedang tak bersamanya.
***
Soobin berjalan mengikuti langkah Yeonjun dari belakang sambil mengusak rambut basahnya, sesekali tertawa melihat tingkah Yeonjun ketika ia sangat bersemangat berkeliling mansion Soobin sambil menceritakan banyak pengalamannya selama ia berada di panti asuhan. Soobin bahkan berkata jika ia sudah lebih dulu menemukan Yeonjun, mungkin akan lebih berat untuknya mengingat luka yang masih segar kala itu.
Tungkai kecil Yeonjun melangkah di setiap lorong mansion itu dengan sangat bersemangat. Sesekali ia berhenti hanya untuk mengobrol dengan pelayan pelayan di hunian Soobin itu. Kadang, pelayan perempuan tak jarang malah justru memperhatikan tuan mereka dengan rambut basah serta sleevless shirt hitam di tubuhnya. Celana jeans itu menunjukkan tungkai Soobin yang panjang.
"Yeonjun? kau belum lapar, sayang?", tanya Soobin memecah obrolan Yeonjun dengan kepala pelayan Heo. Kepala Pelayan Heo lalu mengangguk dan meninggalkan mereka kala Soobin memintanya untuk segera menyiapkan makan siang. Yeonjun tersenyum simpul lalu mengangguk sambil memegangi perutnya dari balik kaos tipisnya.
"Kau mendengar isakan dari perutku ya?", Soobin terkekeh geli lalu melingkarkan salah satu lengannya pada leher Yeonjun dan menumpukkan satunya pada kepala yang lebih tua. Sosok lelaki yang lebih pendek menepuk nepuk pipi Soobin sambil sesekali bersenandung.
"Kayanya aku nafas dibawah jembatan terpelosok sekalipun, Soobin bakal dengar", Yeonjun menambahkan seraya berjingkat lalu mengecup bibir kekasihnya itu sekilas.
"Kau dimanapun pasti akan kutemukan, buronan kecil", ucap Soobin lalu membubuhi wajah Yeonjun dengan kecupan kecupan singkat. Setelahnya mereka berdua bergegas menyudahi kegiatan lovey-dovey mereka dan menuju ruang makan untuk menyantap hidangan siang mereka.
Pukul 8 malam, saat itu mereka berdua tengah berkutat dengan kegiatan masing masing, Yeonjun mengobrol dengan para pelayan disana di dapur dan Soobin yang sibuk dengan urusan pekerjaannya diruangannya.
Tak ada yang spesial, masih seperti biasa, hanya kediaman Soobin yang sekarang jauh lebih berwarna karena permintaan dari Yeonjun sendiri. Mansion yang semula memiliki nuansa abu-abu muda, abu abu-tua dan hitam itu sekarang menjadi warna-warna cerah seperti krem, peach dan putih. Bahkan tirai besar di tiap sisi ruangan pun sekarang berganti menjadi warna peach dengan ukiran klasik disana. Kadang, seisi rumah menjadi bau seduhan kopi atau bahkan bau kopi, karena Yeonjun tentunya. Ia benar benar nyaris mengubah pola hidup dan gaya hidup Soobin, yang semula jarang dan enggan menikmati pagi sekarang justru sangat amat menikmati pagi dikamarnya dengan seduhan kopi ditemani Yeonjun dan sinar matahari yang ia biarkan menelusup kedalam kamar pribadinya. Soobin, yang semula berpikir akan membiarkannya karena akan segera mereda, malah justru mencintai hidupnya yang sekarang. Tak ada lagi Soobin terbangun pukul 3 pagi hanya untuk merasakan dadanya terkoyak dan pikiran serta kepalanya yang hampir mau meledak, yang ada hanyalah Soobin terbangun dari lelapnya tidur hanya untuk berterima kasih pada Tuhan atas karuniaNya.
Soobin teramat sangat mencintai Yeonjun, melebihi apapun. Siapa yang tak akan mencintainya dan kehangatan yang selalu ia berikan? Tak jarang kala Soobin harus berkutat pusing dengan pekerjaanya, Yeonjun datang dengan senampan makanan dan minuman dan memberikan pelukan serta energi pada Soobin agar ia tak menembakkan pistolnya ke beton rumahnya lagi hanya untuk menyampaikan rasa emosinya yang meledak-ledak.
Soobin berdiri disisi mejanya dengan obrolan singkat melalui gawainya yang sedari tadi sudah menempel di telinganya. Ia sesekali menatap layar laptopnya yang menunjukkan rentetan angka penjelasan dan sebuah gambar pistol serta benda tajam lainnya.
BRAK!
Soobin menoleh ke daun pintu ruangannya dan memperhatikan Yeonjun sudah menatapny lengkap dengan cengiran khasnya. Menunjukkan deretan gigi putih kecil yang 2ny menyembul sedikit. Gemas.
"Yeonjun??? sudah kukatakan berapa kali??? pintu itu ada untuk diketuk bukan—",
"Bukan dibanting—", ledek Yeonjun.
"Kangennya kan gabisa nunggu!", tambah Yeonjun setengah berseru lalu menutup pintu dan melesat kearah Soobin dan pelukan yang ia sukai itu.
"Aku rindu Beomgyu, Taehyun, Ningdung, dan Hyunjin...", bisik Yeonjun pelan. Ia mengusakkan wajahnya pada dada Soobin yang memiliki aroma candu bagi pernafasan Yeonjun. Soobin mengarahkan lengannya lalu mengalungkannya pada pinggang Yeonjun, ia menyenderkan dagunya pada kepala yang lebih kecil.
"Ingin mengundang mereka kah? bagaimana kalau kita berlibur di jeju? kau sudah hampir sebulan lamanya disini, tidak rindu Jeju?", Yeonjun bersungut menatap Soobin dari bawah.
"Kita akan menginap di Jeju? bolehkah?", tanya Yeonjun dengan mata berbinar. Soobin sebenarnya tak ingin meninggalkan pekerjaannya hanya demi berkumpul dengan teman-temannya, namun karena ini permintaan kekasih tersayangnya, Soobin mengangguk dengan mengulas sebuah senyuman di bibirnya. Yeonjun tertawa kecil lalu kembali memeluk Soobinnya itu.
"Aku akan menghubungi Beomgyu untuk menyiapkan semuanya!", seru Yeonjun lalu bergegas keluar ruangan Soobin. Pemilik Surai hitam itu memandangi punggung Yeonjun hingga hilang dari pandangannya. Ia tersenyum kecil kala mengingat bagaimana ia sangat amat menurut dan memanjakan Yeonjun.
Ia teramat sangat mencintai Yeonjun.
TBC..
KAMU SEDANG MEMBACA
Dare To Love 2
Fiksi Penggemar"Dan sekarang lihat? kau bahkan membangkang, Soobin-ssi", desis gadis itu sinis. Gadis bersurai hitam kebiruan itu memandangnya angkuh sambil melipat kedua tangannya didada. Soobin membalas tatapan sinis itu. "Ibu ayahmu pasti sedih memilihmu sebaga...