Yeonjun tersenyum senang sambil mengusak surai yang lebih muda kala ia melihat guratan puas pada garis wajah yang lebih muda. Soobin masih mengunyah cookies yang baru beberapa menit lalu di buat oleh Yeonjun.
"Jadi, Tuan Choi yang berulang tahun kemarin ini, melupakan kekasihnya hanya demi seorang gadis penjilat?", ledek Yeonjun kala manik matanya ia alihkan pada oven yang tengah menyala, membakar adonan kue pada 2 loyang yang sudah ia siapkan. Pemilik suara berat itu mendeham malu sambil mengusak surainya yang tiba tiba gatal itu.
"Aku kan hanya menjalankan misi..", desis Soobin membela diri. Mengingat kemarin adalah hari ulang tahunnya yang harusnya ia habiskan bersama Yeonjun, tetapi ia malah menghabiskannya dengan missi yang akan dijalankan olehnya atas permintaan Yeonjun. Yang lebih tua mendengus geli lalu menangkup kedua pipi Soobin dan membubuhi wajahnya dengan kecupan singkat dan menyampaikan perasaan sayang yang teramat sangat pada Soobinnya.
"Tak masalah, setelahnya kau akan jadi milikkuuuu~", goda Yeonjun sambil menuangkan segelas susu ke dalam mug hitam milik Soobin– yang terkekeh geli kala mendengar godaan Yeonjun padanya. Kehidupan inilah yang diidamkan oleh keduanya. Dimana hanya ada mereka berdua, tanpa adanya gangguan serta orang yang mengusik. Kabar Yeonjun yang sekarang tinggal bersama Soobin disuatu daerah sudah sampai pada telinga teman-temannya. Dengan Hyunjin dan Huening yang sudah mendapatkan penjelasan langsung dari Soobin kemarin. Mereka berdua akan fokus menjalankan rencana mereka demi menyingkirkan nenek lampir dirumah Soobin yang tidak tahu bentuk isi pikirannya bagaimana, yang jelas mereka sudah memiliki plan utama untuk menyingkirkan gadis licik itu. Yeonjun, yang semula enggan membalas kejahatan malah justru bersemangat karena ia tidak mau Soobinnya harus jatuh ke tangan yang salah menurutnya.
Kehidupan Yeonjun dan Soobin saat ini masih dapat dikatakan sangat santai, dengan rencana yang sedang dijalankan. Entah bagaimana dengan Yuju, yang mereka inginkan sekarang hanyalah rencana mereka berjalan dengan mulus. Hingga akhirny mereka larut kedalam permainan berujung naas ini.
***
Yuju mengitari ruang kerja Soobin yang tidak terkunci itu. Ia sesekali melihat kearah lemari besar dengan deretan susunan buku dengan warna yang sesuai tiap sisinya. Gadis itu melipat kedua tangannya didada, masih dengan pembawaan angkuhnya, ia sesekali menggeser letak posisi berkas berkas yang berhamburan diatas meja Soobin. Kemudian netranya jatuh pada sebuah informasi yang terpampang pada layar laptop yang ada diatas meja itu. Ia kemudian mendudukkan dirinya dan dengan teliti menelaah tiap kalimat dan deretan angka. Menit kemudian, bibirnya tertarik membentuk sebuah lengkungan remehan yang mampu membuat siapapun yang melihatnya sangsi.
"Oh, ternyata dia se mudah ini?", bisik Yuju dengan sinis. Gadis itu dengan santainya kemudian mengabadikan deretan angka yang terpampang pada laptop Soobin dan bergegas meninggalkan ruangan Soobin, yang tidak tahu bahwa suatu perkara dan pertengkaran hebat akan terjadi karena keteledorannya sendiri.
***
Soobin membuka pintu kamarnya karena telah menghabiskan 2 hari penuh dengan Yeonjun dikediaman mereka berdua. Netranya kemudian terjatuh pada ketiga sosok yang sudah menunggunya dengan garis wajah penuh amarah pada kedua orang tuanya.
"Ada ap—", belum sempat Soobin menyelesaikan pertanyaannya, Ayah Soobin terlebih dahulu melayangkan sebuah tamparan pada pipi milik Soobin. Nafas ayahnya memburu diikuti sang ibu yang berusaha menenangkan amarah sang ayah. Sesekali ibunya melirik sinis kearah Soobin dengan Yuju dibelakang yang sudah tersenyum puas.
"Oh— jadi si licik itu yang memberitahukan kepada kalian?", Soobin menatap kedua orang tuanya datar.
"Kurang ajar kau Soobin! kau nyaris membuat kita semua celaka!", suara ayahnya menggema diikuti nafas tersengal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dare To Love 2
Fanfiction"Dan sekarang lihat? kau bahkan membangkang, Soobin-ssi", desis gadis itu sinis. Gadis bersurai hitam kebiruan itu memandangnya angkuh sambil melipat kedua tangannya didada. Soobin membalas tatapan sinis itu. "Ibu ayahmu pasti sedih memilihmu sebaga...