Dua bulan setelah kejadian itu. Walaupun masih menyisakan sedikit luka pada tubuh, namun lega rasanya perasaan mereka. Soobin tak lagi berkecimpung dengan kehidupan lamanya, kedua orang tuanya membiarkannya untuk pergi dan digantikan oleh Yuju, yang tentunya sudah diancam oleh "monster" yang selalu berdiri tepat disamping Soobin dengan senyuman hangat menipu bagi Yuju. Taehyun dan Beomgyu yang sudah melangsungkan pertunangan mereka ketika mengetahui kabar bahagia dari Yeonjun dan Soobin yang sudah berhasil melewati masa kritis dalam kehidupan mereka. Huening yang semakin akrab dengan Hyunjin pun juga sama. Menurut Yeonjun dan Soobin, ini.. adalah hal yang indah.
Soobin membiarkan tubuhnya merasakan jalaran kehangatan yang ia terima pada pagi itu. Sosok dengan surai pink seperti gulali tengah memeluknya sambil mencebikkan bibirnya yang seperti bebek. Soobin tersadar dari lamunannya kemudian menangkup kedua pipi Yeonjun dan menghujani lelaki yang lebih pendek darinya itu dengan kecupan manis pada bibirnya. Ah, bibir Yeonjun memang candu bagi Soobin.
"Kau jangan berlagak lucu dihadapanku ya, Tuan Choi. Kau menghabisi 11 orang dalam hitungan menit." Yeonjun tersedak kemudian memukul bahu Soobin yang terkekeh. Yatuhan, mereka bahkan sudah dengan santainya bercanda perkara hal ini.
"Ya, aku juga menyesal sih.. tapikan aku hanya melukai tubuh mreka bukan membunuh atau menghabisi!!!" elak Yeonjun sambil menodongkan jemari mungilnya pada pucuk hidung Soobin.
"Hush. sekarang mereka tidak lagi bekerja dengan Yuju, kudengar sih. " Balas Soobin sambil mengalihkan pandangannya dari Yeonjun.
"Kudengar sore ini akan ada festival di sepanjang jalan Akihabara, apa kau ingin melihatnya?" tawar Yeonjun serasa duduk ditepi kasur berlapis warna putih itu. Soobin mengangguk kemudian melirik gawai milik Yeonjun yang menyala diatas meja.
"YEONJUNIE HYOOOOONGGG, BAGAIMANA UDARA JEPAAANGGG?" pekikan ramai bermunculan kala Yeonjun menekan tombol hijau pada layar gawainya dan menunjukkan beberapa pahatan wajah yang bergerombol untuk berbicara dengannya. Yeonjun terkekeh geli.
"Menyenangkan, aku suka jepang, tapi lebih suka soobin sih?" disahut dengan suara muntah buatan dari wajahwajah yang menghiasi layar gawainya saat ini.
"Kapan kau akan kembali? seminggi lagi aku akan menjadi tahanan di rumah Tuan Muda Taehyun." tanya Beomgyu. Yeonjun setengah berfikir kemudian memutar arah kamera gawainya, menunjukkan proporsi tubuh Soobin yang tengah memunggungi mereka dikarenakan ia sibuk melahap sarapannya yang dibuat oleh Yeonjun. Benar, mereka sekarang sedang berlibur di Jepang sebagai tanda penghargaan pada masing-masing karena telah berusaha keras untuk mencapai titik harapan yang selama ini didoakan kepada Tuhan. Tubuh bidang Soobin yang tak berbalut sehelai kain itu terpampang pada kamera gawai milik Yeonjun.
"Kapan kita pulang, Bin?", Soobin mengangkat bahunya sambil melirik Yeonjun heran.
"Soobin bilang ia tak mau pulang, laksanakan saja pernikahan kalian di Jepanggg!" goda Yeonjun pada Beomgyu yang menit kemudian hanya terdengar suara tawa dari mereka.
Soobin memandangi Yeonjun yang masih sibuk dengan teman-temannya.
Teruntuk
Choi YeonjunJjunie, mencintaimu adalah anugerah bagiku. Cinta itu adalah anugerah dan aku menemukannya dalam dirimu, anugerah Tuhan dalam bentuk pahatan lebih indah dari sekedar malaikat tercantik di surga-Nya. Setiap sentuhanmu adalah cara terhangat yang pernah aku temui di dunia yang nyaris pahit bagiku. Eksistensimu adalah anugerah yang entah kesekian kalinya aku syukuri. Senyuman dari pemuda surai pink dengan rona merah di pipi yang menyerbak bagai langit senja, yang sukses membuatku jatuh hati setiap harinya. Suara menenangkan yang mendayu lembut darimu adalah lagu yang paling kusukai. Yeonjun, taukah kau betapa mendambanya aku padamu? Bahkan semesta pun sampai lelah mendengarkan celotehku perkara cinta itu tidak ada, kemudian Tuhan mengirimkan cinta-Nya padaku melaluimu. Yeonjun... aku mencintaimu, sangat. Terima kasih telah hadir dan menjadi satu-satunya orang yang benar akan menjadi rumah hangatku.
Tertanda,
Choi Soobin.Yeonjun kemudian menghampiri Soobin dan memberikan gawainya pada Soobin. Kali ini membiarkan Soobin bercengkrama pada orang orang yang bermunculan di layar gawainya. Mata Yeonjun tertumpu skakmat pada suara bariton berat serta kekehan tampan yang sukses menyita seluruh kewarasan Yeonjun.
Teruntuk,
Choi SoobinGemuruh bahagia dalam dadaku tak akan pernah bisa terdengar olehmu, karena kau bodoh Soobin. Aku bercanda. Gemuruh ini akan selalu ada ketika kau menghambur untuk sekedar memelukku dan menyampaikan kalimat-kalimat manis dan menggoda untuk terus hidup bersamamu. Tumbuh tua bersamamu, adalah satu satunya godaan yang paling sulit untuk kutolak. Manik mata kecoklatan yang perlahan tertutup dengan senyuman tampan ketika malam hari adalah pemandangan yang mampu membawaku terlelap dalam mimpi indah. Perlahan manik itu terlihat kembali kala sang surya bersinar terang dan gagah diluar jendela, membiarkanmu tersenyum dengan tidak sopannya padaku, yatuhan, kau dan matahari pagi adalah salah satu faktor yang menyeretku untuk menyetujui godaan yang satu itu. Bahkan suaramu yang menjadi favoritku selalu berhasil menenangkan pikiranku yang kalut karena masa laluku. Kau bahkan bisa menutup segala luka yang kita berdua alami, dan aku bersyukur akan hal itu. Segalanya terlalu surgawi dan tak mungkin dijelaskan dengan rentetan kalimat sederhana, karena kau lebih dari sekedar sederhana. Ribuan makna yang selalu kuukir kala menatap dan tenggelam dalam hangatnya perapian yang kau bangun dan kau nyalakan untukku, kuharap kau merasakannya, Soobin. Aku mencintaimu, sangat. Tumbuh tualah bersamaku. Aku mendambakan kehidupan hingga tua bersamamu. Once again, i love you more than just i love myself.
Kisah Soobin dan Yeonjun bukanlah kisah bahagia yang dituliskan pada cerita kisah romansa picisan yang menjadi favorit deretan wanita dan penggemarnya. Namun cerita mereka adalah cerita yang menunjukkan romansa perjuangan diatas hidup yang jarang memihak insan buminya. Bukanlah suatu hal yang mengejutkan bila kau berada dibawah kemudian berada diatas dalam roda kehidupan. Yeonjun belajar bahwa tak selama sakit adalah sakit mati, dan ia belajar bagaimana mencintai sakit dan luka yang pernah ia miliki dan ia ciptakan. Soobin belajar bahwa dendam hanya akan mengikis dirinya perlahan dan kemudian membunuhnya secara perlahan, keduanya mempelajari bahwa cinta bisa datang dari sosok yang tak pernah terduga. Bersyukur dan mencintai apapun itu, adalah hal yang sekarang mereka lakukan demi menjaga satu sama lain dalam dekapan rumah kecil hangat yang menjadi hunian mereka berdua. Canda tawa yang sederhana namun bermaksa semesta adalah hal yang teramat sangat mereka syukuri satu sama lain.
Dari Yeonjun, Soobin belajar bahwa sedingin apapun dan sepahit apapun kehidupan, semua bisa berubah menjadi hangat ketika diri memiliki keinginan untuk mendobrak dinding dingin itu. Mencintai dan memaafkan adalah hal yang benar benar mengubah segalanya.
Dari Soobin, Yeonjun belajar bahwa kehidupan akan selalu berputar, dimana cinta dan maaf adalah dua sihir yang paling berpengaruh bagi penghuni bumi.
"Kalian segeralah menikah. Aku muak mendengar desahan kalian tiap malam." Yeonjun dan Soobin tersadar kemudian tertawa geli.
Hidup, bukan tentang kemudahan dan menemukan, namun tentang usaha sambil terus mencintai dan memaafkan yang sudah pernah terjadi agar tetap bisa berjalan kedepan, dan menyambut lembaran baru tanpa adanya penyesalan.
THE END.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dare To Love 2
Fiksi Penggemar"Dan sekarang lihat? kau bahkan membangkang, Soobin-ssi", desis gadis itu sinis. Gadis bersurai hitam kebiruan itu memandangnya angkuh sambil melipat kedua tangannya didada. Soobin membalas tatapan sinis itu. "Ibu ayahmu pasti sedih memilihmu sebaga...