7. Someone Belonging

1.6K 189 12
                                    

Dipublikasikan 17 November 2020

***

"Siapa?"

Entah sudah berapa kali sejak kemarin dia melihat pacarnya menerima telepon dengan wajah seperti itu. Alisnya bertaut seakan sesuatu terjadi. Dan Mew masih tidak mendapat menjawab apapun sejak semalam.

Ia tidak tahu kapan dia tertidur saat Gulf pergi meninggalkannya untuk menerima telepon. Dan sekarang, pacarnya hanya tersenyum dan mengisyaratkan untuk menunggu sebentar dengan tangannya. Lalu berjalan menjauh dari dirinya. Berdiri di depan jendela menghadap balkon.

Dia tidak bisa menolak atau menahan apapun. Entah apa yang pacarnya bicarakan dengan orang di ujung telepon, tapi bisakah dia hanya menjawab siapa yang menelpon? Itu bahkan hanya satu kata dan Gulf tidak melakukannya.

Ia masih berdiri di tempatnya sampai pacarnya kembali menghampirinya. Ia melihat wajah itu lagi. Alis yang berkerut dan mata yang bergerak tak tentu arah.

Sebelum kekasihnya menyibukan diri dengan makanan di atas wajan, dia menahan kedua tangannya dan menarik kekasihnya untuk menghadapnya. Mencoba bertanya sebaik mungkin. Bagaimanapun mood kekasihnya mungkin sedang buruk sekarang. Mew sudah belajar banyak dari ekspresi wajah Gulf sejak mereka saling diam beberapa hari terakhir.

"Ada apa? Kenapa wajahmu seperti itu?". Tangannya terangkat, telunjuknya menyentuh dahi Gulf yang alisnya hampir menyatu. Menekan sedikit dan membuat orang di depannya tersenyum tipis.

"Tidak apa apa."

Mew hanya bisa menghela nafas panjang. Ia tahu kekasihnya ini selalu seperti itu. Harus di bujuk dengan banyak usaha supaya dia mau mengeluarkan apa yang ada di pikirannya.

"Itu tidak terlihat baik baik saja, bii." Dia menyentuh wajah kekasihnya sekarang. Mengusap pipinya lembut dengan ibu jarinya. "Kamu membuat wajah seperti itu juga kemarin saat selesai berbicara di telepon. Ada apa?"

Dia melihat wajah kekasihnya menunduk. Lalu tangannya bergerak mengambil ponselnya dari saku celana pendeknya. Melihat sebuah pesan lagi dari sana.

"Seseorang menelpon berkata bahwa Ayah sakit."

Itu dia! Tapi seseorang siapa?

"Lalu?"

"Aku berpikir itu hanya sakit ringan, tapi semalam dia menginap di rumah sakit dan itu..."

Dia melihat wajah khawatir kekasihnya dengan jelas meskipun orang itu berusaha menyembunyikannya dengan menunduk. Dia tak bisa melakukan apapun selain menghibur Gulf. Dengan satu tarikan, dia membawa Gulf dalam pelukannya yang hangat. Orang itu lalu menyembunyikan wajahnya di ceruk lehernya.

"Bukankah dulu aku pernah bilang bahwa aku akan mengantar bii pulang jika kita punya hari libur?"

"Tapi..."

"Hari ini setelah sarapan, kita siap siap untuk menjenguk Ayah di rumah sakit. Jadi jangan khawatir."

Orang yang dipeluk mendadak menjauhkan dirinya, lalu menatap ke dalam matanya dengan wajah bingung.

"Tapi kita hanya punya libur dua hari. Senin kamu ada ujian kan?"

Lihatlah! Dia masih memikirkanku meskipun dia sedang tidak baik baik saja. Aku sangat mencintainya.

Sunflower : Do You Remember Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang