4. I want To Go After You

2.1K 247 12
                                    

Dipublikasikan 1 November 2020

***

Punggungnya menghantam pintu mobil dengan keras. Sebuah penolakan atas apa yang baru saja ia lakukan. Mew melihat sorot mata lelaki yang baru saja ia cium memberinya tatapan aneh. Dia tak mengerti, kenapa orang ini menatapnya begitu.

Dia bisa melihat, dada orang itu naik turun mengatur nafasnya. Sedang air mukanya semakin memburuk. Orang itu menunduk. Kemudian keluar dari mobil tanpa sepatah katapun.

"G-Gulf..."

Mew terlalu lirih memanggil. Sedang orang yang dipanggil berjalan cepat dengan setengah berlari. Menyebrang di ujung jalan dan meninggalkannya sendiri. Mew menyadarkan dirinya, bahwa ia baru saja memaksakan sebuah ciuman yang bahkan dirinya sendiri tak tahu, apakan Gulf baik baik saja dengan itu atau tidak. Namun setelah melihat sikap Gulf yang mendorongnya menjauh dan pergi begitu saja, ia sadar.

Bahwa dia baru saja ditolak.

Lelaki dengan seragam putih itu mengacak rambutnya frustrasi. Menunduk memeluk stir mobilnya dan memukulnya berkali kali. Kenapa dia begitu gegabah? Bukankah selama ini Gulf sudah membiarkannya berkeliaran di sekitar anak itu saja sudah cukup baginya? Kenapa dia mendadak menjadi rakus? Menginginkan lebih dari apa yang sudah Gulf berikan untuknya.

Sedangkan ini adalah pengalaman pertama dirinya mengejar seseorang.

Karena selama ini, dia selalu menjadi orang yang di elu elukan dan di kejar oleh banyak wanita. Juga para pria di kampusnya. Membuatnya tak mengerti bagaimana cara yang benar untuk mendapatkan hati orang lain.

Dan Mew baru saja melakukan kesalahan. Dimana dia pikir, dengan menunjukan rasa sukanya lewat ciuman, Gulf akan mengerti.

Dia lupa, bahwa Gulf mungkin tak suka laki-laki seperti dirinya.

Yang pada pertemuan pertama sudah bertindak begitu buruk. Dan kesalahan kesalahannya yang lain. Dia kemudian mendongak, berharap hari ini adalah bagian dari mimpinya semalam. Dia berharap akan bangun dan kembali melihat Gulf terlelap di sampingnya lalu mereka menikmati sarapan bersama.

Namun jalanan yang lurus dan lengang didepannya membuatnya tersadar. Bahwa apa yang barusan terjadi memang sudah terjadi. Ia baru saja kehilangan sesuatu yang bahkan belum sempat ia miliki.

Mew membanting stir mobilnya. Menyusuri jalanan yang berlawanan dari arah kampusnya. Meninggalkan pikirannya jauh di belakang. Mencari sebuah tempat dimana dia bisa menerima dirinya sendiri.

***

Gulf terus menoleh ke arah pintu setiap kali lonceng itu berbunyi. Lalu kembali menunduk saat seorang yang datang bukan seperti harapannya. Sudah berhari hari bahkan ia sama sekali tak melihat batang hidung orang itu.

Orang yang belakangan selalu berkeliaran di sekitarnya.

Ia kembali melihat ponselnya untuk yang kesekian kalinya, masih sama seperti sebelumnya. Tak ada apapun disana.

Dia kemudian kembali menyibukan dirinya mengelap gelas gelas dan menaruhnya dalam kabinet. Baru saja ia hampir menjatuhkannya saat seorang yang lain menangkap tangannya. Gulf menoleh, bosnya berdiri disampingnya dengan sedikit menghembuskan nafas panjang.

"Kau melamun?"

Menyadari tatapan orang di depannya membuat Gulf menunduk. Ia berbalik dan kembali meraih gelas yang lain, namun sebuah tangan kembali menginterupsi gerakannya.

"Duduklah... Biar aku yang melakukannya." Orang itu berkata lagi.

"Maaf, Phi." Gulf tak tahu apa yang mengganggunya. Pikirannya kosong dan entah pergi kemana. Dia bahkan menumpahkan segelas kopi tadi sore dan salah membuat pesanan. Pikirannya kacau. Entah karena apa dan kenapa. Dia merasa sesuatu merusak moodnya dan itu sudah berlangsung beberapa hari. Sejak...

Sunflower : Do You Remember Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang