Credit:
Penulis
indigoriri
lipeuchi_Artist
lipeuchi_
Kelabu memayungi hampir seluruh cakrawala. Awan hitam tampak berarak menutupi binar sang surya. Mendung membuat suasana suram siang itu, Hinata yang baru saja menerima sajian makan siangnya harus menyantap cepat, takut hujan tiba-tiba turun.Tak membutuhkan waktu lama, hanya sekitar lima menit Hinata telah menghabiskan makanan di atas piringnya. Gadis itu bergegas merapikan barang bawaannya ke dalam tas, bersiap berlari secepat mungkin menuju halte terdekat, seakan tengah berlomba pada cuaca, ia atau hujan duluan yang akan segera sampai di sana.
Dan benar saja. Baru saja ia melangkahkan kaki, gerimis mulai merebak membasahi jalan setapak. Hinata mengayunkan kaki-kakinya secepat mungkin menuju halte. Buku tebal berisi ratusan halaman di tangannya itu harus menjadi korban, melindungi rambut hitamnya dari tetesan air hujan.
Situasi tak terduga itu seakan menjadi romansa, ketika jemari hangat sosok pria merangkul pundaknya, membawanya bersama dengan payung yang menaungi mereka berdua.
"Jangan main hujan-hujanan, kamu bisa sakit nanti."
Hinata mengangkat wajah, menelisik gerangan sosok yang memberinya naungan, pun pemilik suara berat tadi. Mata kelabu itu membola begitu tahu sosok dibaliknya, wajah maskulin dengan bola mata berwarna biru itu tidak asing baginya.
"Senp- Sensei?"
Tak mempedulikan ucapan Hinata, sosok yang dipanggil Sensei itu membawa Hinata melesat menuju area parkir khusus dosen.
Hinata sempat bingung, namun hujan yang semakin deras membuat ia memilih mengikuti langkah dosennya. Setidaknya ia tidak basah kuyup dan buku-bukunya masih terselamatkan.
"Masuklah, saya akan mengantarmu pulang." Dosen itu berucap enteng. Hinata hanya membelalakkan mata ketika pria matang itu membukakan pintu mobil untuknya.
"T-tapi ..."
"Kamu tidak melihat baju saya sudah basah? Kita bicara di dalam saja sembari menunggu reda."
Mendengar ucapan dosennya, Hinata hanya bisa patuh. Gadis itu hanya bisa tersenyum canggung setelah mengambil duduk pada kursi penumpang bagian depan, pun Si dosen tampan sudah berada di sisinya, di balik kursi kemudi.
Saat dosen itu sedang mengenakan sabuk pengaman, Hinata justru sibuk membersihkan tetesan air pada sampul buku di tangan. Pria itu meliriknya seraya menyisir helaian lembut rambut pirang itu dengan jari-jarinya sebelum atensi mata biru itu jatuh pada buku di kedua tangan si gadis.
"Kamu tahu bahwa harga buku itu sangat mahal, bukan? Bisa-bisanya kamu tega menjadikan dia sebagai payung." Belum habis keterkejutan Hinata, suara berat khas pria dewasa itu menggema, menasihatinya.
"Tapi Kesehatan saya lebih mahal, Pak." Tentu gadis itu membela diri. Raut jelitanya sedikit cemberut ketika berucap.
Sedangkan pria di sisinya tampak mengerutkan dahi seakan tak suka. "Pak? kamu memanggil saya 'Bapak'?"

KAMU SEDANG MEMBACA
More than Sensei
RomanceNaruhina Fanfiction Alternative Univers Dosen killer? Jutek tak bersahabat. Suka mengkritik dan tak mau direpotkan mahasiswanya. Tapi ada satu gadis yang merasa mendapatkan perlakuan yang berbeda. Benarkah begitu? Lalu Kenapa? Kenapa hanya dengan ga...