Credit:
Penulis
indigoririlipeuchi_
Artist
lipeuchi_Satu minggu berlalu begitu saja. Sejak kejadian kirim pesan yang tak pernah dijawab lagi, kehidupan Hinata mengalir seperti biasanya. Gadis itu menarik napasnya saat memasuki ruangan yang akan dijadikan tempat mereka tutor. Di sana sudah ada Naruto dan dua orang lainnya.
Melihat presensi pria itu, si gadis memilih menunduk malu-malu dan mengulas senyum, apalagi saat mata mereka bertatapan. Namun hanya sesaat, sebab pria itu lebih dulu memutus tatapan mata mereka. Hinata menarik napas panjang di detik berikutnya. Kecewa, eh?
"Hai," sapa Hinata pada seorang gadis berambut pirang.
"Ah, Halo? Hinata?" tanya si gadis.
"Ya. Ino-chan," dan Hinata mengangguk membenarkan sambil menarik kursi di samping Ino. Mereka memang sudah saling kirim pesan secara pribadi tapi memang belum sempat bertemu.
Satu orang lagi masuk, dia pria yang paling terkenal diam tanpa banyak bicara, namanya Aburame Shino. Pria itu mengangguk dan mengambil tempat di samping Hinata.
"Baiklah, bagaimana jika kita mulai sekarang? Siapa yang mau terlebih dulu membahas tentang jurnal?" merasa semua mahasiswanya sudah berkumpul, Naruto bertanya seraya merapihkan berkas yang sebelumnya ia kerjakan. Sekarang pria itu menatap ke empat mahasiswa di depannya.
Semua mata saling pandang, seakan saling tunjuk lewat bahasa mata. Merasa tidak ada yang mau kalah, Ino menghela napas dan maju. Gadis itu mengambil duduk tepat di depan Naruto dan menyerahkan jurnalnya.
"Sensei, saya mendapatkan jurnal tentang motivasi. Hal ini berkaitan dengan motivasi seorang mahasiswa ketika mendapatkan nilai tinggi," kata Ino sambil menjelaskan.
Naruto menatap jurnal itu dan membalik halamannya beberapa kali. Lalu mata birunya menatap pada Ino. "Ino Yamanaka?"
"Iya."
"Kalau mahasiswa itu mendapat nilai rendah, apakah ia akan berubah menjadi A-motivasi?"
"A-motivasi?" Ino membeo tak mengerti seraya memiringkan wajahnya.
"Ya. Tidak memiliki motivasi," Naruto berujar, tampak tak peduli.
"Emm..." mengedipkan matanya beberapa kali, Ino tengah memikirkan bagaimana cara menjawab pertanyaan yang terdengar judes itu.
"Menurut saya kamu perlu menspesifikasikan lagi dengan variabel yang kamu ambil," kata Naruto saat merasa Ino tak mampu menjawab pertanyaannya. Pria itu menutup jurnal milik Ino dan mengembalikannya pada gadis berambut pirang itu. Setelahnya, mata birunya menatap pada tiga mahasiswa yang lain, "Selanjutnya."
Ino hanya mampu menghela napas dan memeluk jurnalnya sambil cemberut. Ia beringsut mendekati Hinata dan Matsuri, dan ia dihadiahi tepukan singkat dari Matsuri tanda keprihatinan.
Kini Shino yang maju dan menaruh jurnal tersebut di meja, "Saya sensei. Kalau jurnal temuan saya berkaitan dengan 'Teacher Expectation'. Jadi, variabel yang dipengaruhi adalah nilai yang dimiliki oleh siswa."
Naruto mengangkat alis, bahkan tangannya tidak menyentuh jurnal milik Shino. "Jadi, kau mau meneliti apanya?" tanya dosen itu. Meskipun teralun begitu ringan, namun terasa begitu merendahkan.
Shino menarik napas, ia merasa cukup kesal. 'Sial! Benar apa kata anak-anak, judes sekali dosen ini,' batin si pemuda.
"Itu ... saya juga bingung, Sensei." Shino hanya mampu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal seraya cengengesan.
KAMU SEDANG MEMBACA
More than Sensei
Storie d'amoreNaruhina Fanfiction Alternative Univers Dosen killer? Jutek tak bersahabat. Suka mengkritik dan tak mau direpotkan mahasiswanya. Tapi ada satu gadis yang merasa mendapatkan perlakuan yang berbeda. Benarkah begitu? Lalu Kenapa? Kenapa hanya dengan ga...