Credit:
Penulis
indigoririArtist
lipeuchi_"Apa??! Jadi kau pernah diantar dosen itu karena terjebak hujan?" Suara Sakura cukup lantang hingga membuat beberapa mahasiswa menoleh ke arahnya. "Ah maaf. Aku terlalu bersemangat. Lalu bagaimana kelanjutannya?" Tidak memedulikan tatapan mahasiswa lainnya, Sakura berbisik.
"Sudah selesai. Pak Naruto hanya dosen pengganti waktu itu. Jadi setelahnya kami tidak pernah bertemu."
Menghela napas pelan kemudian bersandar di kursi, Sakura melirik Hinata dengan tatapan kecewa. Ia tak berkomentar apa-apa.
"Ada apa denganmu? Yang kuceritakan hanya sebuah kebetulan."
Sakura mengedikkan bahu, "Ya mungkin. Tapi menurutku ada yang janggal."
"Apa?"
"Dosen itu terkenal sangat kejam apalagi soal nilai. Untuk mendapatkan nilai A, kau harus setara dengan mahasiswa yang terbiasa dengan IPK 4.0. Sialan! Aku jadi kesal mengingatnya." Sakura mengumpat. Lalu ia menegakkan punggungnya demi menarik gelas berisi es teh miliknya yang baru saja diantar oleh ibu kantin. "Jadi menurutku, untuk apa dia peduli dengan mahasiswinya kehujanan atau tidak? Sangat jauh dari sifat aslinya."
"Aku tidak tahu. Selama 2 semester ini, aku belum pernah berada di kelas resminya," balas Hinata sekenanya. Karena memang benar, gadis itu hanya bertemu dua kali di hari yang sama.
Sakura menghela napas kasar, "Aku berharap cukup satu semester ini saja bersama dosen itu. Tidak lagi!" berujung dia menyesap minumannya untuk menghilangkan kesal.
Hinata hanya tersenyum tipis melihat tingkah sahabat yang merangkap sebagai seniornya itu. Ya, Sakura merupakan mahasiswi semester 4. Mereka bertemu di kelas pekan ilmiah mahasiswa saat Hinata semester satu.
Fakultas membuat syarat lulus dengan dua PKM (Pekan ilmiah mahasiswa), sehingga seluruh mahasiswa diwajibkan satu orang memiliki dua PKM meskipun di kerjakan secara kelompok. Hinata ingin mengambil kesempatan lulus PKM sedini mungkin, dan bertemulah ia dengan Sakura yang membutuhkan satu anggota untuk mengisi kelompoknya.
"Ah, aku lupa jika ada janji dengan Sasuke-kun!" Sakura menepuk kening tiba-tiba. "Maafkan aku, Hinata. Aku harus meninggalkanmu disini."
"Tak apa. Lagi pula setelah ini aku ada kelas."
"Baiklah sampai jumpa besok." Sakura bangkit berdiri, melenggang pergi seraya melambaikan tangannya meninggalkan Hinata.
Karena merasa sepi, Hinata memilih untuk beranjak pergi. Kakinya melangkah menuju gedung G. Sembari berjalan, Hinata memutar ulang obrolannya dengan Sakura. Ternyata dosen itu sangat terkenal. Jelas saja, mata dengan warna biru langit, tinggi, warna kulit yang eksotis. Dan kabar barunya lagi, pria itu blasteran Jepang-Jerman. Namanya Uzumaki Naruto.
Bahkan namanya saja terdengar sangat tampan, sangat cocok dengan orangnya.
***
Setelah pertemuan singkat itu, selama beberapa hari Hinata belum pernah lagi bertemu dengan si dosen tampan. Hal tersebut membuatnya bertanya-tanya, kenapa? Kata orang, kalau bertemu secara tidak sengaja selama tiga kali berturut-turut itu tandanya berjodoh.
Ah, jodoh? Hinata terkikik geli sendiri. Itu hanya akan menjadi angannya saja. Realitanya, dosen yang terkenal dan super sibuk itu sulit untuk ditemukan. Apalagi Hinata yang belum pernah menjadi mahasiswa di bawah pengajarannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
More than Sensei
RomanceNaruhina Fanfiction Alternative Univers Dosen killer? Jutek tak bersahabat. Suka mengkritik dan tak mau direpotkan mahasiswanya. Tapi ada satu gadis yang merasa mendapatkan perlakuan yang berbeda. Benarkah begitu? Lalu Kenapa? Kenapa hanya dengan ga...