4

556 89 14
                                    

Credit:

Penulis
indigoriri

lipeuchi_

Artist
lipeuchi_


Hinata memasuki gedung fakultas dengan langkah gontai. Waktu terus berputar hingga tanpa terasa sudah satu semester sejak saat itu, saat di mana dosennya memberikan sebuah permen dengan menyebut nama lalu hilang setelahnya.

Waktu yang Hinata pikir bisa dihabiskan bersama atau mungkin sekedar mengagumi dari jauh ternyata tak pernah menjadi nyata. Semua itu hanya akan menjadi khayalan semata, sebab pria itu bukanlah Dosen yang mengajar di kelas semesternya. Maka, rasanya sangat mustahil untuk bisa mewujudkankan keinginannya.

Gadis dengan warna rambut sekelam malam itu kembali memasuki kantin, sebelum jam kuliahnya yang dimulai satu jam lagi, ada jeda dari mata kuliahnya yang lebih dulu. Dan ia memutuskan singgah kemari.

"Hinata!" Seseorang menyapanya dengan penuh semangat. Mata hijau itu seakan bersinar saat melihat sosok Hinata muncul di depannya.

Hinata menoleh dan tersenyum kecil, "Sakura-chan?"

"Kamu ada jam kosong?" tanya Sakura. Hinata mengangguk, "Aku juga, setelah ini ada mata kuliah bersama Sasuke-kun. Kamu tahu? Kasusnya sedikit rumit. Aku mulai membenci semester lima."

Hinata terkikik geli mendengar celotehan Sakura, "Ya. Dimulai dari sini kita harus bersungguh-sungguh sebelum perjuangan puncak kita."

Sakura mangut-mangut, "Ya. Yasudah ya. Aku harus menyusul Ino."

"Eh? Aku sudah terlanjur senang melihatmu di sini. Dan kamu langsung tiba-tiba pamit? Huh," keluh Hinata, ia mengerucutkan bibirnya. Agaknya ia merasa cukup kesal.

Sedangkan Sakura mengerjap, kemudian terkekeh geli. "Maafkan aku, Hinata. Jam kosongku sudah habis. Aku harus menemui dosen. Lihat tumpukan kertas ini," ia mengangkat puluhan lembar kertas yang memenuhi kedua tangannya. "Banyak sekali koreksi dari dosen yang harus kuperbaiki. Dan sekarang aku harus menghadap Beliau."

"Oh, begitu. Baiklah, selamat bersenang-senang." Hinata dengan tawa meledeknya setelah tahu alasan Sakura.

Tak banyak memberikan respons, Sakura hanya menghela napas kasar kemudian mengacungkan jempolnya dan berbalik meninggalkan Hinata.

Sepeninggalan si gadis berambut cerah itu, napas rendah Hinata terembus. Ia tersenyum dan mengalihkan atensinya menatap pada jejeran warung di sisi kanan. Ia rasanya tidak berselera untuk makan apa pun, jadi ia hanya mendekati mesin penjual minuman otomatis dan membeli sekotak susu dan membawanya ke meja terdekat.

Menaruh tas dan bukunya di sana, Hinata duduk di kursi dekat jendela seraya memandang keluar, pada deretan pepohonan dengan dedaunan yang hijau segar di Taman. Selanjutnya ia mengambil sebungkus roti yang ia masukkan ke dalam tas tadi pagi dan mulai membuka bungkusnya.

Tiba-tiba seseorang menaruh semangkok ramen di depannya, sesuatu yang membuat Hinata terkejut dan mendongak. Jantungnya berdegup kencang. Pria itu di sini!

Pria itu ... pria yang tidak pernah menyapanya kembali sejak pertemuan mereka di semester satu. Pria itu menatap matanya.

Mereka saling diam, dan kedua paha Hinata saling menarik mendekat, bergesekan dengan sedikit gugup, apalagi saat dosennya mengulas senyum tipis dengan alis terangkat.

"Kamu mau?" tanyanya sambil menatap semangkok ramennya.

Hinata tersenyum canggung, ia menggoyangkan rotinya, "Aku makan ini, Sensei," sahut gadis itu. Dia terkejut saat Naruto mendengkus.

More than SenseiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang