12. Kecewa

41 12 5
                                    

Aletta mengambil kerja part time disebuah cafe milik teman dari orangtua Caca. Aletta merasa hari ini Bandung cukup panas tidak seperti biasanya.

Aletta kelihatan lebih cantik dari biasanya dengan rambut terikat, banyak yang datang ke cafe dan salah fokus dengan Aletta.

"Teh ada yang bisa Letta bantu lagi?" Tanya Letta pada seniornya

"Oh itu, tolong anter ke meja nomor 16 ya ada di lantai 2"

"Oke teh"

Aletta mengantarkan pesanan tersebut sesuai nomor Mejanya, tapi tidak ada orangnya hanya ada tas dan kunci mobil. Mungkin sedang ke toilet, pikir Aletta.

Pemilik meja tersebut keluar dari toilet, Caca lemas melihat siapa yang dia antarkan pesanannya begitu juga dengan si pemesan.

Aletta merasa tangannya gemetar dan lidahnya kelu, bingung harus apa. Aletta mematung melihat orang itu.

"Al?" Rasi. Orang itu adalah Rasi.

***

Tok tok tok

"Assalamualaikum, Letta" Caca mengetok pintu kost Letta namun tidak ada jawaban.

"Letta pergi dari tadi pagi" Agni yang baru datang memberi tau Caca.

"Kemana?" Tanya Caca.

"Teu nyaho urang" Jawab Agni "eh tapi bukannya dia pernah bilang kalo dia ada part time ya?"

"Oh iya dia part time hari ini, yauda nuhun ni".

"Iya"

Caca baru ingat kalau hari ini Letta part time, sekarang sudah jam 5 sore harusnya Letta sudah pulang. Caca berniat menyusul Letta, tapi Caca pikir mungkin hari ini lembur karena malam minggu jadi cafe lebih ramai.

Lo masih di cafe?

Caca mengirim pesannya pada Letta.

-

"Apa kabar?" Tanya Letta, Rasi hanya diam.

"Kamu udah sukses ya sekarang, selamat Ras" Tidak ada jawaban juga.

"Maafin aku" kata Rasi.

"Jelasin ke aku Ras, kenapa kamu setega ini sama aku?"

Rasi mengatakan segalanya yang mengganjal dipikirannya, tentang siapa laki-laki yang Letta peluk saat itu, tentang bagaimana hancurnya perasaan Rasi, sedangkan Aletta dia masih diam dan tidak percaya dengan apa yang dia dengar.

Aletta pikir, Rasi sudah cukup percaya padanya. Nyatanya tidak.

plak

Satu tamparan mendarat di pipi Rasi.

"Harusnya aku peluk kamu Ras, harusnya aku gak nampar kamu kaya gini. Tapi setelah aku denger apa yang terjadi kayanya kamu pantes buat tamparan itu Ras, segitu marahnya kamu sama aku? dan seegois itu kamu sama aku Ras?"

"Maafin aku Al, maafin aku. Aku selama ini gak pernah bisa lupain kamu Al. Aku tau aku salah, aku minta maaf. Ayo kita mulai lagi semuanya dari awal" Rasi mencoba memeluk gadis itu tapi Letta tepis

"Aku mau pulang, aku capek" Aletta hanya ingin menangis sekarang, tapi dia akan menahan airmatanya di depan Rasi.

Dari kejauhan seorang laki-laki yang melihat keadaan itu, sambil mengepalkan tangannya berusaha menenangkan emosi. Caca tidak tahan melihat Letta seperti itu, melihat Letta meninggalkan Rasi Caca berusaha mengikuti gadis itu. Kali ini Caca biarkan Letta sendiri untuk menenangkan diri.

***

Aletta duduk sendirian di kursi taman, matanya memandangi telapak tangannya sendiri yang telah menampar Rasi. Aletta menyesal? Tidak. Aletta hanya kecewa, kecewa dengan dirinya sendiri yang begitu bodoh menunggu seseorang yang selama ini yang Aletta anggap Rumah masih kurang percaya padanya. Aletta kecewa pada Rasi, kenapa dia begitu tega pada Aletta?

Namun tidak bisa Aletta pungkiri disisi lain dia juga bahagia bisa melihat Rasi, orang yang sangat Aletta cintai itu sudah sukses, Rasi yang menggunakan seragam masinis semakin memperjelas auranya yang sulit untuk di hindari. Aletta yakin banyak perempuan cantik yang mengejar Rasi, tapi apa benar selama ini Rasi tidak bisa melupakan Aletta? Aletta sedang benar-benar kacau dan bingung, haruskah dia senang? atau jangan terlalu percaya dengan kata-kata Rasi? "Ami, Al mau dipeluk sama ami lagi" ucap Letta dalam hati. Ami adalah panggilan Letta untuk sang Nenek.

Buku, Aletta tiba-tiba mengingat buku Tentang Rasi miliknya. Letta berusaha mencari ditasnya namun tidak ketemu, padahal Letta selalu membawa buku itu kemana pun Letta pergi.

"Ck, kok gada?!" Aletta panik

"Nyari apaan sih?" Tanya Caca yang entah datang dari mana

"L-lo kok ada disini?" Letta berusaha menyeka matanya yang sedikit sembab karena menangis, Caca tau itu.

Bukannya menjawab pertanyaan Letta, Caca langsung memeluk gadis itu. Letta tidak menolak, karena dia butuh pelukan disaat seperti ini. Gagal sudah Letta menahan tangisnya, Letta kembali menangis namun kali ini dia menangis tanpa suara juga tanpa membalas pelukan Caca.

"It's okay." Ucap Caca lembut seraya mengusap kepala Letta.

Dunia Aletta (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang