6. Malam Bintang

61 22 9
                                    


Sudah hampir 2 minggu Aletta di Bandung, dan hampir 2 minggu juga bayangan Rasi yang pergi dengan wanita lain selalu muncul dikepalanya.

Sekarang malam minggu, Aletta malas sekali keluar kost karena banyak pasangan yang sedang bercanda dan tertawa diteras kostan, tentunya juga ada ibu kost yang senantiasa mengawasi sambil membawa penggaruk punggung ditangannya entah untuk menggaruk punggungnya atau memukul para laki-laki yang sedang kasmaran itu.

Mata Aletta tertuju pada sosok Agni yang sedang berbicara pada laki-laki di hadapannya, Oji. Aletta pikir Agni jomblo ternyata tidak, ya wajar saja Agni itu cantik dan tubuhnya yang mungil membuatnya terlihat menggemaskan. Jika di pikir-pikir Aletta juga tidak kalah cantik tapi sayang nasibnya hanya untuk menunggu seseorang yang bahkan Aletta tidak tau dia masih mencintainya atau tidak..

"DORRR!" Caca muncul mengejutkannya dari luar jendela, melihat wajah kaget Letta membuat Caca tertawa puas tidak peduli dengan tatapan orang-orang diluar yang melihatnya aneh

"CACA!" Letta hendak memaki Caca yang masih tertawa sambil memegangi perutnya

"Keula keula ngomelna, masih sakit perut urang ta"

"Udah gila lo ya? kaget bego" umpat Letta

"hahaha punten atuh, lagian lo mikirin apaan si? bengong begitu depan jendela? halu kaya mereka-mereka?" Tanya Caca sambil menyeka airmatanya

"apaan si lo ca"

"HAHAHA iyaiya maaf, kenapa kenapa Letta? Mau keluar? yuk sama aa Caca"

"Ngga, gue baru tau kalo Agni pacaran sama Oji"

"Belom lama baru 2 bulan, doain aja biar Agni ga ditinggalin sama Oji.." Mata Letta memicing ke arah Caca karena dia tau apa yang dimaksud

"MPH BWAHAHAHA, seru banget si ta ngeledekin lo"

"Bacot tau gak? hm padahal gue ga kalah cantik sama Agni tapi masih aja ditinggal"

"Baru nyadar maneh? Geus ah hayu keluar jangan mau jadi kambing conge liatin orang-orang pacaran" Ajak Caca

"Mau kemana?"

"Dahar, urang lapar"

***

Setelah 20 menit Letta dan Caca sampai disebuah restoran khas Sunda, dengan saung-saung kecil. Langit malam Bandung yang cerah dengan bintang-bintang sangat pas dengan suasana tempat makan ini.

"Woah, langitnya cantik banget" Letta terlihat seperti anak kecil yang baru pertama kali keluar rumah, Caca hanya memandangnya gemas "boleh ga si ca? kalo lo jadi milik gue aja ga rela gue lo sama si brengsek itu." Hanya itu yang muncul begitu saja di pikiran Caca.

"Caca, ayok katanya laper" Panggil Caca yang berada sedikit jauh di depannya

"Iya bawel"

Mereka memutuskan memilih tempat di saung kecil dekat danau, Aletta suka sekali melihat Bintang oleh sebab itu mereka duduk disana.

"Ca? Ini mah harusnya bareng keluarga tempatnya luas banget kalo berdua doang" kata Letta

"Da terus kumaha? Urang telpon bunda sama Ayah gitu? Biar mereka kesini?"

"Ish maksud gue, kapan-kapan ajak tante sama om"

"Iya siap neng Letta" Letta dan Caca kembali menghabiskan makanannya masing-masing.

"Deket sini ada cafe rooftop gitu, mau kesana ga? ga terlalu rame soalnya mereka sistemnya reservasi dulu biar kita bisa ala-ala stargazing, kumaha?" Tanya Caca

"Boleh tuh ca"

"Oke sakedap" Caca mencoba memesan tempat untuk mereka berdua "alhamdulilah, masih bisa. Hayu!"

Tidak lama mereka pun sampai di cafe tersebut, benar kata Caca tidak terlalu ramai karena jarang yang tau tempat ini sedangkan bagian ramainya ada dilantai 1.

"Atas nama Candaka ya kang?" Tanya seorang pelayan di cafe tersebut

"Iya betul teh"

"Meja nomor 7 ya kang, ini bukti reservasinya nanti kasih aja sama akang-akang diatas"

"Oke teh nuhun"

Letta sudah duduk disana, menatap hamparan bintang sedangkan Caca entahlah Letta tidak mengerti dengan apa yang dia lakukan, Menghitung bintang mungkin.

Malam ini, setelah sekian lama Letta bisa menatap langit secantik ini ingatannya menuju pada saat Rasi duduk disampingnya sambil mengobati luka ditangan Letta karena di pukul ibunya menggunakan sapu, Letta tidak menangis sama sekali justru dia bahagia, ya bahagia ada Rasi yang bisa menjadi obat dari segala lukanya namun tidak untuk sekarang karena Rasi lah yang menjadi penyebab lukanya.

"Al, kok kamu ga nangis? Engga sakit emangnya?"

"Ngga kok Ras"

"Jangan takut buat nangis ya Al, kalo kamu emang gak kuat nangis aja. Jangan kamu siksa diri kamu dengan bikin luka di hati kamu meradang karena nahan sakit, aku janji bakal ada di sisi kamu setiap kamu nangis"

Tanpa terasa airmata Letta menetes begitu saja mengingat kenangan itu, lagi-lagi hanya Janji.

Dunia Aletta (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang