How about tomorrow?

7.1K 308 12
                                    

Sebenarnya sambungan ceritanya udah pernah diposting di ig, tapi karena ignya dihapus dan nggak punya arsip terpaksa mikir nulis baru lagi. Maaf ngawur, lagi ngga nemu feelnya hiks. Thank you for still waiting
Btw ceritanya mereka udah pacaran 2 tahunan ya (dimajuin sedikit)

--------------------------------------

Ali memperlihatkan wajah masamnya. Acuh tak acuh membuat Prilly yg tadinya juga cuek menjadi risih. "Heyyyy," tegurnya agar Ali mau menatapnya.

Ali masih tak acuh memanyunkan bibirnya manja. Prilly terkekeh dan menjulurkan jari telunjuk tangan kanannya di samping bibir Ali, seolah sedang mengukur. "Kayak donald bebek ya," ucapnya meledek Ali.

"Ga lucu," respon singkat karena Ali masih memperkuat pertahanan ngambeknya.

"Emang ga lucu kok, jelek" ucap Prilly ketus. Ia masih mencari celah membuat Ali berhenti bersikap kekanakan seperti itu.

"Kalo jelek kenapa mau?" tanya Ali gamblang yg diikuti gelak tawa Prilly.

"Hahahhahahahaha. Pertanyaan macam apa itu? Hahahahaha," tawanya tak mampu melanjutkan kata-kata. Ali semakin geram.

"Prilly udah donggggg," teriak Ali memelas agar Prilly berhenti menertawainya. Ternyata trik ini cukup ampuh membuat Ali berhenti ngambek.

"Udahan ngambeknya dulu dong," kata Prilly sembari memberikan jari kelingkingnya sebagai jaminan. Dan dgn cepat Ali meraih jari itu dgn jari kelingkingnya juga.

"Deal." Tidak terlalu susah rupanya. Mereka memandangi lautan yg tenang sambil terus bercengkrama tentang berbagai hal dalam kehidupan mereka. Sampai Ali membahas pertanyaan yg belum dijawab Prilly dulu. Sewaktu Ali akan berangkat, dan Prilly tidak mau menjanjikan masa depannya bersama Ali. Ali ingat betul ia begitu kecewa mendengar pernyataan pesimis itu di apartementnya dulu. Dan kali ini Ali mengungkitnya lagi.

"Dulu kamu pernah bilang, masa depan nggak ada yg tau akan kayak apa. Kamu nggak berani janjiin aku masa depan kamu. Dan sampai saat ini aku masih butuh penjelasannya." Ali dgn nada seriusnya membuat Prilly kebingungan harus mulai darimana menjelaskan ini.

"Karena aku dan kamu belum tau jodoh kita nanti siapa." Kalimat pertama yg terlintas di kepala Prilly.

"Jodoh itu emang diatur sama Tuhan, tapi kita berhak memilihnya. Dan jika aku memilih kamu, apa salah kalau aku meminta kamu memilih aku?" pertanyaan yg cukup berat bagi Prilly.

"Ali, nggak ada yg salah kalau kita berharap. Tapi itu terlalu jauh rasanya untuk dipikirin sekarang. Kita masih terlalu muda..."

"Bullshit," ucapan Prilly disambar dgn cepat oleh Ali. Ada nada tidak terima disitu.

"Kalo ada orang yg yakin 100% sama kamu berarti dia tau dia nggak akan nemuin yg lebih. Dari sikap kamu kayak gini aku ngerti, kamu masih nunggu kemungkinan akan ada orang yg jauh lebih baik dari aku nanti." Ali menarik kesimpulan sendiri dan berlalu begitu saja. Jika biasanya ia akan kembali, kali ini tidak. Ia berbalik dan berjalan lurus dgn paras kecewanya tak memperdulikan panggilan Prilly ataupun Keenan dan meninggalkan tempat itu. Keenan menghampiri Prilly yg lesu.

"Kalian berantem? Kayaknya ini pertama kalinya kalian berantemnya serius banget ya. Abang ngeliat live lagi." Keenan terlalu excited sampai lupa ia sedang menonton kesedihan adiknya sendiri.

"Ada apa?" lanjutnya mencoba menenangkan.

"Bang, lo pernah nggak ngerasa kayak lo jalanin hubungan sama satu orang, tapi berharap ngabisin sisa umur lo sama orang lain lagi?" tanyanya sedikit berhati-hati.

"Karena manusia sifatnya seperti itu. Tidak pernah puas. Jadi lo nggak yakin sama Ali?" tanyanya lagi.

"Gue yakin. Tapi kalo untuk kedepannya, terlalu pede rasanya untuk yakin menghabiskan sisa hidup gue sama dia."

"Itu namanya lo belum yakin. Atau di hati lo, lo masih nungguin orang yg jauh lebih tepat dibandingin Ali. Am I right?" Prilly termenung. Jawaban yg sama seperti yg Ali ungkapkan tadi. Jadi siapa yg ditunggunya? Bukankah ia sudah mencintai Ali? Siapa lagi orang yg ditunggu untuk dicintainya selebih cintanya pada Ali?

"Orang yg udah yakin sama pasangannya, pasti nggak akan ragu sedikit pun. Apalagi untuk masa depan. Kalian pacaran udah berapa tahun sih?"

"Baru juga 2 tahun. Ali udah minta masa depan gue, bang. Wajar nggak sih?" Prilly masih terus bertanya.

"Ya, bukannya pacaran akan berujung di pernikahan juga ya? Wajar-wajar aja. Orang baik nggak akan datang dua kali lho, Prill. Jangan disia-siain." Pernyataan yg membuat Prilly berpikir keras.

Mereka pun meninggalkan tempat itu. Sementara Ali mengurung diri di kamarnya.

Begitu sampai di rumah tempat mereka menginap, Prilly mencari keberadaan Ali. Begitu tau Ali ada di kamar, Prilly mengurungkan niatnya memilih mengirimnya pesan.

-----------------------------------------

"For now, I love you."

-----------------------------------------

Ali menatap iPhonenya datar. Hatinya bergeming. "How about tommorow?" pekiknya dalam hati.

You, Me, and The SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang