#2 ✨ First Admire ✨

78 28 20
                                    

Maaf jika ada kata-kata kasar atau adegan yang kurang berkenan.

Biasakan follow dan vote sebelum membaca!

Done?

Happy reading 🖤!!!

.
.
.
.
.

©2021

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

©2021

"Namun jika sebaliknya, kamu harus berjanji ke P', kamu tidak boleh mengeluhkan apapun lagi. Terus melanjutkan masa traning, dan mulai fokus ke career-mu." ucap Nail, kini bibirnya menyeringai lebar.

Sementara Bright masih terdiam, berpikir. "Bagaimana? Bukan ide buruk, bukan?" Bright kembali terdiam.

"Okeyyy, P'! Aku akan menerima taruhanmu!"

Kling

Perhatian keduanya langsung teralih ke suara tadi. Keduanya kompak menoleh kearah suara. Ponsel Bright.

"... Notif apa itu, Bright?" tanya Nail.

Bright hanya mengendikkan bahunya.

"Lalu cek lah. Mungkin sesuatu yang penting?"

Bright membisu, tetapi tetap berjalan mendekati ponselnya. "Entahlah, P'. Aku tidak yakin." Bright lantas beralih menatap ponselnya.

Kling

Kling

Kling

Kling

"Wow, spam?!
Cek saja. Aku akan kembali untuk dua gelas kopi." B

Bright mengangguk, sedang Nail segera berbalik pergi. Bright menoleh kearah ponselnya lagi. Menggapainya lantas membuka layar kuncinya.

Dia menautkan kedua alisnya, mendekatkan ponselnya itu tepat kedepan wajahnya dengan dua mata yang sudah menyipit tajam.

"... Eifeel_Brghtprs?"

"Haishh!! Ini membuatku frustasi!" seru Paris kesal.

"Apalagii?"

Aom mulai lelah, setiap kali Paris hanya mengeluh, merengek dan berteriak tidak jelas. Entah apa itu, namun feeling Aom yakin itu tentang 'aktor kesayangan' Paris.

"Dia!" seru Paris kesal.

"D-dia apa? Siapa?" tanya Aom semakin bingung.

"Aishh, itu!"

Paris menutup laptopnya kemudian melompat ke ranjang, menjejeri Aom.

Love, Hate, & Selfish [Bright Vachirawit Fanfiction Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang