🌿Bagian 27🌿

7.8K 503 16
                                    

.

.

.
Gea bucinnya Gema
.

.

.

Siang ini aku akan ke butik. Rencananya. Tapi eh tapi. Aku punya ide untuk mampir ke mall lebih dulu. Aku hanya pergi berdua saja dengan pak suami. Almira yang sudah kuajak tadi malam, dan sudah mengiyakan ajakanku, tapi pagi tadi mengkonfirmasi ulang bahwa hari ini dia akan menghabiskan waktunya bersama si kucing yang hari ini sengaja diboyong ke rumah oleh mba indah. Aku bisa apa kalau anak sudah berkata demikian. Ya sudah, akhirnya aku berada disini berdua saja dengan mas gema yang hari ini menggunakan kaos hitam dipadu celana khaki selutut, ditambah topi hitam kesayangannya yang bertengger manis di kepalanya.

Ganteng banget suami gue yaallah.

"Mampir ke mall bentar ya mas." Setelah mendapat gumaman iya dari mas gema, aku mengalihkan perhatian ku pada ponselnya yang kini ku pegang.

Dia membiarkan saja aku membuka-buka isi handphonenya, baginya saat aku sudah menjadi istrinya berarti aku berhak juga atas semua yang ia punya. Termasuk ponsel yang kini tengah kubuka. Yang kubuka pertama adalah galeri. Haha. Isinya tak jauh beda saat aku mengeceknya seminggu lalu, kebanyakan isinya mengenai pekerjaan, ada satu foto pernikahan kami, dan lainnya adalah foto Almira yang sering ku kirimkan padanya saat dia tengah lembur atau keluar kota, lalu ada satu fotoku dengannya yang terselip diantara foto Almira, aku menduga foto itu diambil di Purwokerto saat kami bulan madu kemarin. Dalam foto itu tubuh ku berbalut selimut sampai sebatas leher, dengan sebelah tangan mas gema yang kujadikan batal, bibirnya tengah mengecup pucuk kepalaku. Aku tidak tau bagaimana dan kapan hari dirinya mengambil foto ini.

Tapi fakta bahwa dia ternyata menyembunyikan foto semanis ini dariku, membuat aku merasa dibutuhkan olehnya, dicintai dan dirindukan pastinya. Haha

Diem-diem begitu ternyata dia bucin juga.

"Masku, kamu kok gemesh banget sih." Ujarku sambil mesem-mesem.

"Ha?" Wajahnya menoleh sekilas. Bingung.

"Ini nih. Kamu diem-diem nyimpen foto aku pas lagi tidur." Aku menusuk-nusuk pipinya yang tampak agak cabi meski berat badannya sudah turun tiga kilo. Perutnya juga sudah agak lebih baik. Meski belum kembali rata, setidaknya celana lawasnya sudah dapat dia pakai kembali.

" Iih kamu curang mas! Kenapa sih aku bucin banget sama kamu. Ini nih, kamu diem-diem nyimpen foto aku aja-akunya mesem-mesem seneng begini!"

"Kamu juga harus bucin sama aku ya mas. Kamu nggak boleh tinggalin aku. Awas kamu, tak sunat lagi, biar habis.!" Mas gema melirikku sekilas. Sekilas sih, tapi matanya itu lho.

"Bucin?"

"Budak Cinta masku."

" Oh. Saya nggak mau dapet masalah karena ninggalin kamu." Tanpa berpikir dua kali, aku langsung memberinya hadiah cubitan maut di pinggangnya. Mas gema meringis menahan sakit, tangan kirinya melepas stir berusaha menyingkirkan jariku yang masih setia memberinya hadiah istimewa pagi ini.

"Gea. Lepas, bahaya ini!." Untuk sesaat aku tertegun mendengar suara mas gema yang terdengar membentak, nggak pake volume tinggi. Tapi sudah cukup menggambarkan kalau dia lagi membentak.

Perlahan aku beringsut ke pintu mobil dan membuang pandangan ke luar jendela, menyembunyikan pipiku yang mulai basah karena menangis. Dia sudah kuberi tahu dari jauh hari, kalau hal-hal semacam ini adalah yang paling tidak kusukai. Tapi hari ini, untuk pertama kalinya selama pernikahan kami, mas gema memberiku 'hadiah' yang paling tak kusukai.

My Duda-Mas Gema❤️ (Pindah Ke Dreame)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang