🌿Bagian 32🌿

7.3K 463 3
                                    

.

.

.
Mama Geanya Almira
.

.

.

Minggu pagi kali ini, aku awali dengan ke-riwehan Almira yang tak mau ditinggal Tante kesayangannya pulang ke Yogyakarta. Padahal Jani semalam menginap di rumah mba indah bersama ibu. Tapi mungkin sebelumnya Jani sudah memberitahu Almira terkait kepulangannya ke Yogyakarta.

Setelah aksi bujuk membujuk yang lumayan alot, akhirnya Almira mau ditinggal, dengan syarat dia ikut mengantar Jani ke terminal, lalu setelahnya mampir ke mall untuk mengunjungi salah satu wahana permainan baru di sana. Aku iyakan saja dari pada nanti nangis kejer, lagi dan bikin moodnya seharian berantakan.

Kecil-kecil dah pandai main syarat-syaratan ya.

Dan sekarang ini kami, tepatnya aku, Almira dan mas  gema tengah menunggu Jani membeli tiket bus di terminal Semarang. Meski keadaan terminal Minggu siang ini, amat padat menurutku, tapi bagi Almira yang notabene jarang atau mungkin belum pernah menginjakkan kaki di tepat pemberhentian bus ini, terlihat antusias seolah orang-orang yang tengah lalu lalang itu adalah hiburan baginya. Dia dengan mata bulatnya menatap penuh minat pada orang-orang, juga semua hal yang ada di terminal ini dengan antusias. Memberi tanya ini itu kepada aku juga mas gema yang sabarr pake banget kasi jawaban ke anaknya.

" Cepet revisian ya Jan, mba pengen ke Yogya sebelum lahiran. " Jani, mahasiswa tingkat akhir yang tengah dilanda stres sebab para anggota keluarga tengah menagih kelulusannya. Termasuk aku yang sudah sangat tidak sabar melihat adik iparku mengenakan toga.

" Ye, demi kakak tercinta, aku rela-relain kejar dospem sampe ke rumahnya. Mba harus dateng ke wisudaan aku. Aku usahakan sebelum debay kembar lahir. " Jani nggak akan berani ber lo-gue depan mas-nya yang menurut dirinya super galak itu. Haha

" Makanya kamu harus rajin konsul ya jan. Nanti mba jadi bisa ke Yogya. " Ditengah peliknya skripsi Jani memilih kabur sementara ke Semarang, sebagai pelarian. Itu adalah alasan utama mengapa dia bisa berada di acara mapati untuk keponakan kembarnya.

" Telfon kalo udah sampe. " Ujar mas gema yang berdiri di samping ku dengan Almira digendongannya.

" Tante, hati-hati. Nanti kita video call ya. " Ujarnya antusias.

" Oke sayang. "

" Aku berangkat ya mas, mba, Assalamualaikum. "

" Wa'alaikumussalam. "

Sebab Almira, bocah TK satu itu malah tertidur di gendongan mas gema saat kami berjalan menuju mobil-akhirnya rencana mengunjungi mall harus dibatalkan. Selain karena lakon utamanya yang pulas tertidur, juga karena Bi Didin, art baru kami sedang menunggu di teras rumah.

Dan benar saja saat mobil yang mas gema kendarai berhenti di depan rumah kami, sosok perempuan dengan tubuh tambun tengah duduk di kursi rotan dengan sebuah tas hitam besar di depannya. Wajahnya terlihat sedikit lebih tua dari umurnya yang baru masuk awal empat puluhan.

" Assalamualaikum Pak, Bu. Saya Darsih alias Didin. Ini Bu Gea ya. Waahh, cantik tenan e, lewih ayu asline iki. Cocok pisan, guanteng-ayu koyo ngene ini. " ( Cantik banget, lebih cantik aslinya ini. Cocok banget, ganteng-cantik kaya gini )

Belum sempat aku menjawab salamnya, beliau lebih dulu merepet sepanjang itu meski jarak kami masih cukup jauh untuk memulai sebuah percakapan.

Baru melihatnya saja aku percaya kalau nanti aku nggak akan kesepian meski di rumah berdua dengannya.

My Duda-Mas Gema❤️ (Pindah Ke Dreame)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang