(..3..)
Berhari-hari aku di sini. Dan setiap hari pula kami melakukan kegiatan erotis yang tak ada jedanya
Juga berbelanja. Makan. Menonton film. Sesekali dia berceloteh. Menjelaskan maksud buku-bukunya karena aku malas membaca. Dia terlihat pintar. Cerdas. Berintelektual tinggi. Apalagi ya?
Pokoknya itu
Yang kuherankan. Dari mana dia mendapatkan begitu banyak uang untuk merawatku. Mentraktirku, jika dia tak pernah bekerja. Jika kami hanya seperti pasangan pengangguran. Luntang-lantung
Aku berada di zona nyaman saat ini. Aku menikmati semua ini. Tak pusing memikirkan masa depan. Memiliki pasangan. Dan semua terjamin tanpa gangguan orang lain
Tapi, mau sampai kapan ini berlangsung? Apa akan sampai mati aku seperti ini?
Melihatnya setiap hari berkomunikasi lewat telpon dengan seseorang yang tidak kukenal kembali membuatku berpikir. Apa aku benar-benar aman di sini? Apa dia bukan orang jahat?
Tapi, aku sudah terlanjur jatuh cinta padanya. Mama, aku jatuh cinta dengannya. Aku jatuh cinta bagaimana dia memperlakukanku. Bagaimana dia membuatku aman
Aku tahu, semua orang akan menghakimi caraku. Masalahnya, aku juga tak punya tujuan. Lantas harus bagaimana lagi aku?
"mina.." panggilnya pelan. Suaranya yang berat dan lembut selalu berhasil merebut atensiku
"kamu pernah bilang tidak suka rambutku panjang" lanjutnya seraya mendekat
"aku bisa memotongnya kalau mau? aku pernah kursus dulu" tawarku
Tampak seulas senyum di wajahnya yang berseri. Lesung pipi yang imut. Dan dia mengangguk setuju
"di mana guntingnya?"
"ada di laci lemari coklat"
Aku menoleh. Melihat lemari di belakangku. Sebetulnya, itu bukan lemari, hanya sebuah meja dengan rak tinggi berisikan buku-buku
Otot lenganku timbul akibat menarik laci ini. Cukup sulit. Tersendat-sendat. Dan aku hampir terdorong ke belakang saat berhasil membukanya
Sebuah gunting hitam kecil sudah berada di genggamanku. Namun, aku kembali. Kepalaku menoleh ke arah laci yang belum sepenuhnya kututup. Banyak kertas-kertas, juga kulihat beberapa lembar foto
Foto
Fotoku?!
Penglihatanku masih normal. Itu wajahku. Aku angkat seluruh lembar foto itu. Semuanya wajahku. Oh salah. Tidak semuanya. Ada satu potret seorang perempuan yang tidak kuketahui. Seperti anak smp
"mina, kamu masih lam-"
Aku mendengarnya. Hanya saja aku masih syok dengan apa yang ada di tanganku. Mungkin dia memang menyembunyikan ini dariku
Tubuhku berputar. Kutatap dia yang kini membuka matanya lebar-lebar
"ini..." lirihku
Dia belum menjawab. Aku melangkah mendekat. Mengacungkan lembar-lembar itu tepat di depan wajahnya, "untuk apa?"
Beberapa kali dia menelan ludahnya, sebelum berbicara, "kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerpen MiChaeng, Twice
Fanfictionkumpulan cerita pendek twice, terutama MiChaeng uwu up sesuai mood wkw