Part 4

14 1 0
                                    

Happy reading☺

.
.
.
.

.
.
.

Pagi yang cerah seperti biasa, Vivi tiba disebuah tempat ia bekerja.

"Eh kemarin anak baru itu pulang sama Pak Bos loh" ucapnya

"Beneran? Kata siapa kamu?"

"Aku liat sendiri, kemarin dia masuk mobilnya Pak Bos"

"Iih gatel banget sih tuh cewek, baru kerja beberapa hari aja  dia sudah berani mendekati bos kita"

"Sebelum itu juga aku melihat mereka berciuman diruangan Pak Bos" saut yang lainnya

"Beneran?" kaget keduanya

"Iya!"

Tanpa mereka sadari seseorang tengah mendengar percakapannya

"Ekhem.... Permisi saya mau mengambil gelas" senyumnya, seperti tidak tau apa yang mereka bicarakan karena ia tidak mau menambah masalah.

"Oiya kemarin kamu pulang sama Pak Bos ya?" tanya salah satu dari mereka

"Eh...ah...i-iya" Vivi tersenyum kecil ia tidak bisa berbohong karena mereka sudah tahu apa yang kemarin terjadi

"Kalian punya hubungan yang lebih dari sekedar karyawan dengan Bos ya?" tanya lagi

"T-tidak.. kemarin hanya kebetulan saja" bukan. Itu bukan sebuah kebetulan, itu adalah paksaan dari Bosnya. "K-kemarin Pak Riki ada janji disekitar perumahanku. I-ya itu, jadi dia menawariku untuk pulang bersama"

"Ooh.. Begitu, kirain kalian ada hubungan khusus" ucapnya, mereka tertawa kecil karena salah menduga jika Vivi ada something dengan bos mereka

"Kalo begitu aku permisi ya" ucap nya

*** *** ***

Tok... Tok... Tok...

"Permisi pak ini..." langkahnya terhenti ia terkejut dengan apa yang dirinya lihat sekarang. Posisi Pak Riki duduk dikursi kerjanya dan seorang perempuan yang duduk dipangkuannya dengan tangan yang dikalungkan keleher Pak Riki. Mereke seperti sedang melakukan, kissing? Karena posisi mereka membelakangi Vivi

"Ma-maaf saya mengganggu, kalau begitu saya permisi" mereka terkejut karena suara Vivi

"Tunggu!" ucap Pak Riki yang menghentikan langkah Vivi

"Eh, k-kenapa Pak?"

"Kemari kamu!"

"M-maaf Pak, sekali lagi saya minta maaf sudah menggu Bapak, saya janji tidak akan mengulanginya lagi" ucapnya memohon sambil menundukan kepalanya

"Saya sudah bilang, saya sudah mempunyai kekasih!" ucapnya pada Cantika, yah perempuan itu adalah Cantika.

"Walaupun kamu punya pacar aku bakal tetap maju karena keluarga kita sudah mendoakan kita!" ucapnya tegas

"Maaf Pak saya permis..."

"Diam disitu!" ucapnya dengan tegas yang membuat Vivi mematung ditempat

Riki berjalan kearah Vivi lalu dengan santai ia merengkuh pinggang ramping milik Vivi. Ia terkejut dengan apa yang dilakukan bosnya itu

"Dia kekasih saya, jadi tolong kamu jangan dekati saya lagi. Saya juga akan bilang sama Ayah dan keluarga kamu, kalau perjodohan ini batal!"

"Nggak, aku gak mau perjodohan ini batal! Kamu pasti bohong kan?! Dia bukan pacar kamu kan?! Dia cuma jalang yang kamu sewa buat jadi pacar bo'ongan kamu doang kan?!" ucapnya tidak percaya

"Dia memang kekasih saya, dan dia sedang mengandung anak saya!" ucapnya dengan tegas yang membuat kedua perempuan itu terkejut dengan apa yang mereka dengar tadi. Mereka tidak salah dengar bukan? Riki masih cukup waras kan untuk mengucapkan kalimat itu?

"APA!"

*** *** ***

Seperti hari hari sebelumnya Vivi berangkat kerja menggunakan bus. Sebagai karyawan yang baru bekerja beberapa hari. Ia berusaha untuk tidak menanggapi serius perkataan Riki waktu itu, yang mengatakan jika ia kekasihnya dan yang paling terngian difikirannya adalah 'dia sedang mengandung anak saya' kalimat itu terus membuat Vivi tidak bisa bekerja

Sebenarnya ia ingin menanyakan apa maksud dari ucapannya waktu itu, tapi ia tidak cukup berani untuk itu. Setiap ia berpapasan atau menemuinya Vivi akan menundukan kepalanya seperti sekarang

"Ini dokumen yang Bapak minta" ucapnya sambil menyerahkan map yang didalamnya berisi kertas kertas penting ke meja Riki

"Terimakasih" Vivi langsung pamit keluar rungan itu, tapi ia keburu ditahan oleh Riki

"Tunggu!"

.
.
.
.


.
.

Huhuhh pendek ya? Maaf soalnya fikiranku lagi kacau akhir akhir ini. Sekali. Lagi maaf ya🙏🙏
.
.
.

Sold OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang