BAB 9.3. Kebenaran yang Terungkap

132 12 0
                                    

Tiba-tiba terdengar suara jeritan. Akira dan Homare sama-sama berdiri seketika. Dibalik pintu kertas pada kamar ini, nampak siluet berwarna jingga. Akira terkesiap, begitu Homare menggeser pintu, ada kepulan asap di mana-mana. Tidak hanya di satu tempat saja, pohon-pohon sakura, halaman tempat biasanya ia berjalan-jalan, di mana-mana dilahap api. Para pelayan yang melihat api itu bergegas ke tempat kejadian.

"Akira, pergilah dan amankan dirimu disana. Jangan ke mana-mana." perintah Homare.

Akira melihat tangan Homare yang mendorong punggungnya. Lengannya masih terbalut perban, Akira baru ingat bahwa Homare terluka karena penyerangan beberapa hari yang lalu.

"Jangan! Homare, kau masih terluka!!" cegah Akira.

"Aku cuma mau lihat keadaan diluar. Aku akan segera kembali."

Akira duduk terkulai di tempatnya. Kepalanya terasa kosong. Di kejauhan terdengar suara jeritan dan langkah kaki orang-orang. Titik-titik api mulai menyebar dan semua orang sangat panik.

Tiba-tiba terlintas sesuatu dalam pikirannya, jangan-jangan....

"Akira." terdengar suara seseorang dari luar kamar Akira.

Benar seperti dugaan Akira, orang itu muncul. Sambil tetap mengenakan sepatunya, orang tersebut masuk kedalam kamar dan menggaet lengan Akira lalu menyeretnya keluar dari paviliun.

"Dokter Kudo." panggil Akira sambil berusaha mencegah dirinya mengikuti Kudo.

"Aku sudah bilang aku pasti akan menjemputmu, kan? Ayo pergi. Saat ini pasti semua pelayan sedang konsentrasi pada kobaran api di halaman. Tidak ada yang menyadari keadaan di dalam rumah." sahut Kudo bersikeras menyeret Akira.

"Kobaran api? Tapi bagaimana kalau sampai ada yang terluka?" Akira mulai khawatir.

"Tenang, itu bukan kebakaran. Api itu akan padam dengan sendirinya. Aku menaruh minyak didalam kotak apung dari triplek, dan menyalakannya, lalu melarungkannya ke sungai buatan di taman. Memang apinya tampak sangat besar, tapi tidak bertahan lama dan apinya pun tidak akan menyebar ke mana-mana."

Dengan kata lain, itu adalah lentera apung yang dimodifikasi. Kudo memang pernah bercerita waktu kecil ia pernah melakukan hal yang serupa sampai dimarahi oleh tukang kebun mereka.

"Aku tahu semua seluk beluk tentang rumah ini. Tentu saja karena aku sudah tinggal disini selama hampir 20 tahun."

Langkah Kudo melaju mantap menyusuri lorong, tanpa berhenti sedikitpun ia terus berlari sambil tetap memegang lengan Akira. Mereka menuju pintu gerbang utama rumah.

"Aku memarkir mobil di tempat yang tidak mencolok, di dekat pintu gerbang. Kita naik itu dan segera menuju hotel tempatku menginap sementara."

Akira tidak sanggup mencerna semua perubahan keadaan yang datang bertubi-tubi ini. Dimana awalnya dia sedang sakit dan bersedih, lalu tiba-tiba mendapat pengakuan mengejutkan dari Homare tentang hubungan mereka berdua, dan sekarang Dokter Kudo dengan sedikit paksaan membawanya pergi dari rumah Arisugawa setelah membuat kehebohan di taman. Semua terasa begitu mendadak.

Tapi, saat mereka hampir sampai di pintu gerbang, tanpa Ia sadari kakinya berhenti sendiri. Tidak apa-apakah? Benar tidak apa-apakah? Apa benar aku boleh keluar dari sini begitu saja? Kalau pergi sekarang, rasanya tidak akan pernah bisa kembali ke rumah ini.

Rumah ini, keluarga Arisugawa ini, sejak awal tidak ada hubungannya denganku. Lagipula, memang Ia dan si Tuan Rumah (Homare), sebenarnya tidak ada hubungan apa-apa.

Deg... Deg... Deg... Jantung Akira berdebar kencang.

Kudo menatap Akira dalam-dalam.

"Akira."

Pengantin Keluarga ArisugawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang