Keesokan harinya, Akira terbangun ketika hari sudah terang. Panas matahari yang menembus lembaran kertas pintu geser menunjukkan hari sudah mendekati siang. Di atas ranjang yang empuk, Akira menatap langit-langit kamar dengan pandangan kosong. Efek aroma asap dupa itu sudah hilang, dan kini tubuhnya bisa bebas bergerak lagi. Ia mencoba bangun. Baju dalam yang disampirkan di bahunya melorot jatuh.
Ia berpikir dalam hati, apakah kejadian semalam hanya mimpi?
Di atas tatami tergeletak obi berwarna merah muda, terbengkalai dan nampak disia-siakan. Ranjang yang berantakan ditambah lagi kakinya terasa sakit sekali, seperti dikoyak paksa dengan pasak.
"Mulai hari ini, kau adalah istriku."
Dalam kepalanya, terngiang suara seorang lelaki dewasa yang dalam dan menawan. Bukan, ini bukan mimpi, Akira telah disetubuhi oleh laki-laki itu, disetubuhi layaknya pengantin wanita di malam pertama.
Akira duduk di atas ranjangnya lalu memegangi kepalanya yang sakit. Di saat seperti itu, terdengar suara seorang perempuan dari balik pintu. Sepertinya itu adalah pelayan wanita rumah ini.
"Tuan muda sudah berangkat kerja. Nyonya muda, silakan datang ke rumah utama. Kami sudah menyiapkan air hangat untuk mandi dan sarapan."
Akira kebingungan. "Permisi", kata si pelayan sembari membuka pintu kamar. Tampak tiga orang pelayan wanita. Mereka sama sekali tidak terkejut melihat ranjang yang berantakan, ataupun Akira yang setengah telanjang.
Mereka membungkuk dalam-dalam, lalu segera bangkit dan merapikan pakaian Akira, serta membereskan lantai kamar.
"Silakan, Nyonya Tamaki."
Yang tertua di antara mereka memandu Akira berjalan keluar, sementara dua orang lainnya berjalan di belakang Akira. Rumah ini begitu luas, dan Akira masih belum hafal dengan strukturnya. Kamar pengantin tempat ia tidur semalam berada di paviliun terpisah yang dihubungkan dengan lorong, satu atap dengan gedung utama. Meskipun dikatakan paviliun terpisah, kamar tidur itu adalah ruangan tradisional ala Jepang, dengan sekat yang megah dan meja berkaki rendah yang dilapisi pernis, serta ruang kecil untuk membaca, dengan luas lebih dari 20 jo (1 jo = 30.61 meter persegi). Fondasi paviliun ini sedikit lebih tinggi, dan di bawahnya mengalir sungai yang jernih. Dari teras kamar tidur, terbentang pemandangan kolam yang diselimuti bunga-bunga teratai.
Di rumah utama, Akira mandi membersihkan dirinya. Setelah itu, ketiga pelayan tadi memakaikan kimono untuknya. Ia sudah meminta agar dibawakan pakaian laki-laki yang biasa ia pakai dari kampung halamannya. Tetapi keluarga ini mempunyai kebiasaan memakai pakaian tradisional. Dan karena Akira berperan sebagai perempuan, Homare sama sekali tidak memperbolehkan pakaian laki-laki Akira dibawa ke rumah ini.
Di rumah ini ada banyak karyawan dan pelayan wanita, tapi hanya tiga pelayan ini saja yang diberitahu soal hilangnya Tamaki dan identitas asli Akira. Ketiganya sudah sepuh dan telah melayani keluarga Arisugawa dari generasi ke generasi. Bagi mereka yang sudah terbiasa dengan adat kebiasaan dalam rumah ini, mengurusi "pengantin wanita" yang sebenarnya laki-laki ini, bukanlah tugas yang mengherankan. Sama seperti foto keluarga Fujii yang dikirimkan Tamaki, keluarga Arisugawa juga sangat kolot dan menjaga tradisi, berbeda dengan keluarga biasa.
"Hari ini Nyonya akan memakai kain sutra dari Kumejima dan sabuk obi dari Nagoya. Dalam sehari Anda akan berganti pakaian dua kali, satu kali di pagi hari dan satu kali lagi menjelang Tuan muda pulang. Dalam rangka merayakan hari pertama pernikahan Anda, kami juga menyiapkan obi bordiran dengan motif pohon pinus, bambu, dan bunga plum yang diwarnai dengan pewarna alami dari itadori (tumbuhan tahunan khas Jepang), untuk menampilkan pesona seorang nyonya muda."
Selama 18 tahun ini Akira hidup sebagai laki-laki biasa, tidak mengerti sama sekali tentang kimono wanita. Jangankan kimono, bahkan ia tidak tahu bagaimana caranya memakai yukata. Dadanya dibebet sampai sesak. Akira sulit bernafas. Lengannya terasa berat. Kakinya pun tak dapat bergerak bebas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Keluarga Arisugawa
RomancePenulis : Yukishiro Marie Sinopsis : Anak perempuan sulung yang seharusnya menikah dengan Homare, kepala keluarga Arisugawa, yang mempunyai hubungan darah dengan bangsawan di zaman dahulu, tiba-tiba melarikan diri dari rumah. Dilanda kepanikan, san...