EPILOG

223 16 0
                                    

Epilog kali ini aku persembahkan buat kalian dengan sedikit catatan :

1. Ini epilog versiku sendiri, novel aslinya tidak ada epilognya

2. Novel ini (menurutku) berlangsung di era 1970~1980-an, jadi beberapa informasi didalamnya menyesuaikan sesuai tahun

3. Ada konten dewasa!!



Panas matahari yang semakin terik seiring bergantinya jam semakin menyengat bagi siapapun yang sedang berada diluar siang hari ini, keringat Akira yang mengucur deras dan membasahi pakaiannya membuat dia seperti habis kehujanan dibandingkan kepanasan. Namun hal itu tetap tidak menyurutkan semangatnya untuk berkebun di halaman yang lokasinya tepat di depan pintu gerbang rumah keluarga Arisugawa.

Dengan mengenakan kaus lengan panjang dan celana panjang dari bahan parasut serta topi kebun dari anyaman rotan yang berbentuk bulatan besar, seharian ini Akira menyibukkan diri di kebun rumah Arisugawa dan halaman lain yang juga berpotensi untuk ditanami tanaman hias. Dia sudah berkomitmen akan menyelesaikan penataan kebun rumah keluarga ini sebelum musim panas selesai, atau lebih tepatnya membantu tukang kebun Arisugawa untuk menata kebun rumah agar lebih cepat selesainya.

BRAKKK.....PRANGGG.....

Tiba-tiba suara gaduh terdengar dari arah ruang tamu, yang membuat Akira menghentikan aktivitasnya dan berdiri tegap sambil menyipitkan mata dan melihat kearah ruang tamu.

Belum sempat dia beranjak menuju kesana, tiba-tiba terdengar suara derap langkah cepat seseorang dari arah yang sama menuju pintu gerbang. Semakin mendekat Akira mulai mengenali siapa orang tersebut, walaupun mereka berdua tidak terlalu akrab namun Akira sudah biasa bertegur sapa dengannya. Anehnya orang tersebut justru semakin mempercepat langkahnya dan menundukkan kepala sengaja menghindari Akira lalu keluar lewat gerbang utama.

Akira merasa serba salah, dia tidak tahu mengapa orang tersebut terlihat seperti ingin kabur dengan segera dari rumah ini. Akira bahkan tidak tahu kapan orang tersebut datang kerumah ini, yang dia tahu, pagi tadi selesai sarapan saat Homare mulai bekerja di ruang kerjanya, seorang pelayan memberitahu bahwa ada tamu yang berkunjung dan minta bertemu dengan Homare. Dia khawatir dengan apa yang sudah terjadi pada orang tersebut, namun dia lebih khawatir lagi dengan apa yang terjadi pada Homare didalam rumah.

"Mungkin sebaiknya anda melihat kedalam. Nanti peralatan kebunnya biar saya saja yang rapikan." si tukang kebun mencoba memberi usulan setelah melihat kegundahan pada wajah Akira.

Akira tersenyum sebelum berjalan masuk kedalam rumah, tepat didepan area ruang tamu, cangkir dan teko keramik yang berisi minuman suguhan untuk tamu tadi sudah pecah dan berserakan dilantai, isi didalamnya pun berceceran kemana-mana.

"Homare....." panggil Akira.

Tidak ada jawaban selama beberapa saat, hingga tiba-tiba punggung Akira dipeluk dengan erat oleh seseorang dari belakang.

"Jangan masuk kedalam, pecahan tekonya kemana-mana, nanti kakimu bisa terluka." bisik Homare pelan sambil membenamkan wajahnya pada pundak Akira.

"Biar aku ambilkan sapu dulu untuk membersihkan pecahannya." sahut Akira.

"Tidak usah, aku sudah minta pelayan tadi."

Selesai berkata demikian Homare menarik tangan Akira dan menggiringnya menjauh dari ruang tamu, mereka masuk kedalam ruang kerja Homare dan duduk dengan nyaman di sofa. Homare masih memegang tangan Akira, membelai-belai permukaan tangannya yang mulai mengeras akibat terlalu sering berkebun. Akira sengaja membiarkannya terdiam, sambil sesekali membelai halus rambut Homare yang tebal.

Pengantin Keluarga ArisugawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang