Bagian Enam Belas. Persalinan

740 42 15
                                    

Usia kehamilannya sudah menginjak delapan bulan lebih satu minggu. Karena dia mengalami banyak kenaikan berat badan, itu membuatnya mudah lelah. Oleh karena itu, Rafa pun lebih sering membawa beberapa pekerjaan kantor ke rumah agar bisa sambil menemani istrinya dan membantu mengerjakan urusan rumah tangga.

Siang itu Amirah minta ditemani suaminya untuk membeli beberapa perlengkapan bayi. Namun, Rafa menyarankan pada Amirah untuk ditemani ibunya atau mamanya Rafa saja yang lebih berpengalaman.

"Aku pengin ditemenin kamu," pinta Amirah.

"Aku ga ngerti tentang kebutuhan persalinan dan perlengkapan bayi. Ajak Mama juga ya?"

"Tapi kamu ikut," bujuk Amirah manja.

"Iya," sahut Rafa dengan tersenyum.

Akhirnya siang itu, mereka mengunjungi sebuah toko bayi terlengkap. Mama Rafa merasa sangat senang menemani menantunya. Apalagi beliau ingin segera menimang cucu.

Rafa sebenarnya hanya ingin duduk saja di toko itu. Tapi, Amirah menggandengnya, menarik dia untuk selalu mengikutinya ke setiap sudut toko. Mama Rafa memperhatikan betapa antusiasnya Amirah membeli perlengkapan bayi. Sedangkan Mama Rafa membantu Amirah memilihkan perlengkapan untuk persalinan.

"Mas...Mas, liat lucu banget bajunya. Ya ampuun.., aku bingung mau milihnya. Semua bagus, imut-imut," kata Amirah sembari menarik tangan suaminya menuju rak-rak baju bayi di dalam toko.

Rafa tersenyum mendengar ucapan Amirah.

"Emang bayi kita sudah pasti jenis kelaminnya? Kamu beli baju cewek atau cowok?" tanya Rafa kepada istrinya.

"Oiya..ya.., aku jadi bingung. Tapi hasil USG terakhir khan keliatan itunya, Mas."

"Apanya?" tanya Rafa lagi.

"Bijinya," jawab Amirah singkat.

Rafa tertawa mendengar jawaban Amirah. Mama Amirah pun ikut geli mendengar percakapan anak dan menantunya itu.

"Jadi kita beli baju cowok ya, Mas. Oh, ini...ini..., lucu banget ya ampuun.... Coba deh Mas pegang nih bajunya," pinta Amirah memberikan selembar kaos bayi.

Rafa meraba baju bayi yang diberikan Amirah. Terasa berbahan lembut dan kecil.

"Ini apa yang bulet-bulet?" tanya Rafa masih memegangi baju bayi yang diberikan Amirah.

"Ini ada boneka bentuk wortel di bagian dadanya, Mas. Ini baju jumpsuit lengan panjang. Di bagian kakinya tertutup, jadi ga perlu pake kaos kaki lagi udah bisa bikin bayi merasa hangat," ucap Amirah sambil mengarahkan tangan Rafa sesuai yang dia jelaskan.

"Apa warnanya?" tanya Rafa lagi.

"Oranye," jawab Amirah.

"Kukira merah," ujar Rafa.

"No..no..no.., itu wortelnya oranye. Warna bajunya kuning." Amirah menjelaskan lagi.

Amirah meneruskan memilih-milih bajunya. Rafa mencoba meraba-raba beberapa baju yang ada di rak. Semua berbahan lembut. Dia mencoba menangkap beberapa obyek menggunakan mata kanannya. Tapi merasa putus asa. Memang matanya tidak bisa mengetahui bentuk lagi. Jadi dia hanya berdiri di samping Amirah, mengikuti istrinya. Berharap itu sudah cukup bisa membuat istrinya bahagia. Adakalanya dia merasakan kelemahannya itu membuat dia merasa tidak berguna. Tapi dia berusaha mengafirmasi diri secara positif tentang kekurangannya itu.

BUKAN DIFABEL BIASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang