08. Cerita Haikal, Luka Azeela

643 166 63
                                    

------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

------

“Azeela. I'm no longer a virgin.” Wajah Haikal memerah.

Seakan ada sebuah belati yang menancap telak di ulu hati. Kedua kaki Azeela lemas mendengar ucapan Haikal. Yang lebih Azeela sesalkan, Haikal mengatakannya seolah hal tersebut bukanlah masalah yang besar.

“Perasaan gue campur aduk banget waktu ngelakuinnya. Lo tahu, Zel, rasanya benar-benar enak dan puas karena akhirnya gue bisa ngerasain having sex. Tapi di satu sisi gue takut ketahuan.” Haikal terkekeh, menyebabkan jeda pada ucapannya.

“But, lo harus tahu. Gisel ... she's no longer a virgin waktu hs sama gue. Can you imagine? Penampilan cupu kayak gitu nyatanya lebih brutal dari yang gue kira."

Tenggorokan Azeela tercekat. Tiba-tiba mood makannya menurun dan tergantikan dengan dadanya yang terasa sesak. Tubuhnya gemetar, padahal tidak ada komando dalam dirinya untuk melakukan itu.

Azeela mengerjapkan matanya berkali-kali. Ini gila. Azeela sungguh tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Haikal benar-benar sudah keterlaluan.

“Gue—”

“Can you stop it?!” Azeela buru-buru menyela. Menghembuskan napas panjang, mengais udara karena dadanya terasa amat sesak.

“Lo gila?” tembak Azeela, “Lo ... lo kelewatan Haikal. It's not a joke. Itu privasi lo. Ngga seharusnya lo membagi hal ini ke gue.”

Haikal terdiam sambil mengamati wajah Azeela yang memerah.

“Lo kenapa?”

“Lo yang kenapa, brengsek!”

“Zel ...”

“Gue semaleman nungguin lo tahu nggak?” balas Azeela kesal, “Lo janji kemarin mau nonton film di rumah gue. Gue hubungin lo, nomor lo nggak aktif. Gue bahkan ke rumah lo dan Budeh bilang lo belum pulang. Ternyata lo malah enak-enakan sama temen lo itu, hah? Lo mikirin gue nggak, sih?”

Mulut Haikal terbuka tatkala mendapati reaksi Azeela. Sedikit terkejut mendapati Azeela meninggikan suaranya. Haikal tahu salahnya dimana. Tidak mengabari Azeela dan membiarkan lelaki manis itu menunggunya hingga larut.

“Gue minta maaf. Tapi Jeno ngajak gue ke H Club semalem. Gue ... gue nggak minum banyak, kok. Sorry karena gue ngga ngabarin lo.”

Azeela tidak tahu lagi harus bereaksi seperti apa. Mati-matian ia menahan air matanya agar tidak keluar di hadapan Haikal. Bahkan di bawah meja, tangannya ikut mengepal kala hati tak kuasa lagi menahan sakit.

Hei, sudah keberapa kali Haikal mematahkan hatinya?

Tapi sejujurnya, ini sepenuhnya bukan salah lelaki itu. Azeela saja yang terlalu berharap. Karena semakin dewasa, imajinasi di kepalanya menuntut Azeela untuk terus bersama dan tentunya bukan dalam label persahabatan. Azeela ingin Haikal menjadi miliknya.

FRIENDSHITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang