06. Sakit Perut

646 156 105
                                    

---

“Siapa yang ngebolehin rambut lo di warna-warnain kayak gini?”

Azeela menatap tiga orang perempuan di hadapannya dengan tatapan tidak suka.

“Ini namanya trend, Azeel!” ceplos salah satu dari mereka yang Azeela kenali merupakan salah satu anggota Cheers. Dia Manda.

“Trend apaan yang malah ngebuat rambut lo rusak?” ucap Azeela, “Rambut lo yang sekarang malah mirip kutang bayi.”

Cahyo, yang notabenenya merupakan adik kelas Azeela sekaligus pengurus OSIS bidang Olahraga mengangguk mengiyakan ucapan Azeela. Pasalnya, rambut wanita di depannya ini benar-benar definisi pelangi dengan warna yang amat mencolok. Sangat tidak cocok dengan statusnya yang merupakan seorang siswa.

“Inget. Ini sekolah. Secepatnya kami minta rambut lo diperbaiki. Gue kasih waktu lima hari.” Cahyo melanjutkan.

“Ck, ini juga nih.” Azeela memusatkan tatapannya pada seorang perempuan lain yang berdiri tepat di samping Manda, Caca. “Lo kenapa pake gelang sebanyak ini?”

“Ngga ada aturan sekolah yang ngelarang muridnya buat pake gelang,” jawab perempuan itu.

“Oh, iya?” Azeela mengangkat sebelah alisnya menantang. “Yakin lo?”

“Yakin.”

Mendengar jawaban itu, Azeela tersenyum sarkas. Ia lantas merogoh sakunya mengambil benda pipih berwarna ungu lalu memperlihatkan layarnya pada Caca.

“Peraturan dan Tata Tertib Siswa SMA Merpati Pasal 5 mengenai penampilan diri. Lihat poin ke 8, para siswa tidak diperkenankan untuk mengenakan cincin, kalung, dan gelang yang berlebihan dan mencolok,” ucapnya yang langsung membuat Caca mendengus kesal.

“Gimana? Bisa baca?”

“Iya, iya.”

Ia kalah. Lagi pula, siapa yang bisa menang beradu argumen dengan Ketua OSIS SMA Merpati yang terkenal akan kecerdasanya serta seribu satu macam peraturan yang ia buat?

“Bagus kalo sekarang lo udah tahu. Jadi mending, buruan copot gelangnya sebelum gue yang copot plus tangan-tangan lo.” Perintah mutlak dari Azeela membuat Caca mau tak mau mencopot semua gelangnya.

“Rin, ambil.”

Karina yang berada tak jauh dari Azeela dan Cahyo langsung berlari mendekat dan memasukkan semua gelang itu ke dalam tote bag berwarna biru langit.

“Lo bisa ambil gelang ini sepulang sekolah. Tapi inget, besok pake satu aja.”

“Thanks, Zel.”

Tanpa menjawabnya, Azeela langsung beralih pada perempuan ketiga yang telat juga hari ini. Sang Ketua OSIS itu menatap dari atas sampai bawah. Namun, dia sama sekali tidak menemukan cacat pada perempuan di hadapannya. Hal itu sontak membuat Azeela melirik apple watch berwarna putih yang melingkar di tangan.

“Lanjutin hormatnya. Waktu kalian masih sisa lima menit lagi.”

























“Azeela galak banget ya, Kal.”

Haikal, lelaki yang sedari tadi menopang kepalanya pada besi pembatas balkon sedikit melirik teman satu kelasnya yang berdiri tak jauh darinya, dia Jeno.

“Pengecualian di mata gue. Dia malah makin lucu.”

Setelah mengucapkan itu, Haikal kembali menatap sang sahabat yang tengah berbincang bersama Karina dengan mata yang sesekali bergulir julid. Hal itu sontak membuat Haikal terkekeh gemas. Memikirkan obrolan apa yang sekiranya membuat Azeela sampai bereaksi seperti tadi.

FRIENDSHITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang