Sampai di rumah Boby segera membopong Farish masuk ke dalam rumahnya dan diikuti Shania. Boby langsung di tolong oleh satpam sedangkan Shania hanya menunggu saja di ruang tamu.Rumah itu terlihat sepi hanya ada satpam dan pembantu yang keluar mungkin karena mendengar keributan karena tubuh Farish yang sangat berat membuat Boby kewalahan. Shania juga tak berhenti merutuki kelakuan Farish yang masih tidak berubah sejak dulu padahal sudah seharusnya pria itu menjalani hidup lebih baik. Apalagi melihat sekarang anaknya sudah semakin dewasa.
"Bener-bener emang si Farish kagak punya otak lurus kali tuh orang,,"gerutu Shania yang duduk di sofa ruang tamu seorang diri.
"Udah selesai yank?"tanya Shania melihat Boby keluar dari kamar sahabatnya itu dengan ngos-ngosan.
Udah kayak habis marathon si Boby. Pakaian yang awalnya rapi kini terlihat kucel dan berantakan sekali.
Boby membuang napas kasar. Langsung duduk di sebelah istrinya sambil mengibas-ngibaskan tangannya karena gerah.
"Sampai keringetan gitu kamu,,"
Dengan sigap Shania mengusap keringat Boby. Tak lama ada art yang menghampiri mereka sambil membawakan air minum yang Shania minta sebelumnya.
"Permisi ini minumnya pak, bu"
"Makasih ya Bi,,"ucap Boby ramah.
"Setelah ini kami langsung balik Bi, besok kalau Farish tanya siapa yang nganter dia pulang bilang aja Bosnya di kantor"pesan Shania berharap Farish merasa sungkan pada suaminya.
Bagaimanapun Farish masih bawahan Boby di kantor. Yah walaupun Boby sendiri menganggap Farish sahabatnya tapi buat pria seperti Farish harus diingatkan kalau dirinya gak bisa hidup semena-mena seperti itu.
"Baik Bu besok saya sampaikan pada tuan Farish,"
"Yaudah Bibi bisa lanjut istirahat nya. Maaf ya malem-malem ganggu"ucap Boby.
"Tidak apa-apa pak, sudah menjadi kewajiban saya disini. Kalau gitu saya permisi,,"
Boby dan Shania sama-sama menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
Sebelum pulang entah kenapa Shania ingin menghubungi Melody terlebih dahulu berharap sahabatnya belum tidur.
"Aku hubungi Melody bentar deh yank,,"
"Ngapain?"tanya Boby.
"Yah cuman mau bilang kalau Farish mabuk-mabukkan sampai teler kayak gini"
"Apa lebih baik jangan soalnya kan Melody baru sembuh takutnya kalau kita kasih tau kelakuan bejad Farish yang ada Melody kepikiran nantinya"
Perkataan Boby ada benarnya juga. Shania masih diam, mungkin memikirkan perkataan suaminya.
"Lebih baik kamu jangan bilang!"beo Boby.
"Yaudah deh aku gak bilang. Kasihan juga kalau sampai Melody kepikiran sama kelakuan mantan suaminya yang resek ini"
"Lebih baik kita pulang sekarang! Udah malam lagian aku udah mulai ngantuk"ajak Boby seraya bangkit dari duduknya sembari menarik tangan Shania untuk berdiri juga.
***
Keesokan paginya Melody sudah mulai masuk kerja karena kondisinya yang sudah sangat membaik membuatnya tidak betah harus berdiam diri dirumah sedangkan pasien yang membutuhkan dirinya sudah banyak. Walaupun harus ada perdebatan kecil dengan Nabilah tapi akhirnya Nabilah terpaksa mengiyakan rencana mamanya dengan catatan tidak boleh mengambil jam lembur sampai 2 bulan ke depan.
Melody mengerti bagaimana rasa khawatir putrinya setelah kejadian koma yang hampir 1 bulan kemarin. Baik Nabilah ataupun Melody sendiri keduanya sama-sama meliliki rasa khawatir dan takut yang sama. Kalau Melody dirinya hanya takut jika pada akhirnya dia harus pergi selamanya apakah Farish bisa menggantikan dirinya?. Begitu juga dengan Nabilah yang takut ditinggal sang mama.
![](https://img.wattpad.com/cover/233017268-288-k674129.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love [End ✅ ]
Fanfic"Meski waktu terus berjalan tapi cinta kasih seorang ibu tak pernah pudar dimakan waktu." Pengen tau ceritanya? Yuk langsung aja baca dan masukkan ke daftar bacaan kalian agar tidak ketinggalan kelanjutan ceritanya! Good Reading!!!