Teman Baik

119 36 3
                                    

"Tanpa harus meminta pun dia yang mencintaimu akan datang menyembuhkan luka lama. Tanpa diminta pula, dia akan selalu ada untukmu. Karena satu alasan, yaitu cinta."
______________________________

"Siapa Esmer?" tanya Lidya lagi. Gadis itu lantas beranjak dari tenda menghampiri Alvin.

"Vin siapa Esmer?!" pekik gadis itu.

Alvin mendesis pelan. "Jangan sekarang, gue mau tidur."

"Sekarang! Gue mau tahu sekarang!" ucap Lidya mendesak.

Alvin menoleh singkat ke arah Raga yang kini berada di depan api unggun. Pemuda itu memilih ikut jaga malam, setelah tidur dua jam lamanya. Menurut Raga, kapten harus siap siaga, tidak boleh lemah dan manja.

Sementara Raga hanya membalas tatapan Alvin seraya menggedik bahu.

"Jelasin!" desak Lidya yang dilanda keingintahuan.

"Ga! Kondisikan singa lo, tolong!" pekik Jeon yang tak tahan dengan suara cempreng Lidya. Jeon perlu pemulihan, setelah mengalami muntah darah tadi.

"Siapa Es—"

"Temen deket Alvin!" sahut Achaira dari dalam tenda.

Semua orang seketika terkejut. Para pemuda yang bertugas berjaga malam itu juga ikut terkejut. Hanya terkejut karena teriakan Achaira. Tidak menyangka gadis lembut Achaira bisa meninggikan suara. Jika tentang hubungan Esmer dan Alvin memang sudah diketahui rata-rata anggota Treis Keis, kecuali Arthur yang baru bergabung.

Setelah pekikan Achaira pandangan tajam menghunus ke arah Alvin. Pandangan mata itu seolah mengatakan jika sesuatu yang buruk akan terjadi pada Alvin. Lidya masih saja menatap horor membuat Alvin membeku.

"Udah ya, lebih baik lo tidur." Raga akhirnya bersuara melerai tatapan tajam gadis itu.

Bukannya menurut Lidya justru melempar tatapan tajam pada Raga. Setelah itu barulah ia memasuki tenda bersama dengan Achaira.

"Cewek batu," ujar Jeon tanpa sadar.

"Maksud lo?" sungut Raga.

"Keras kepala, hati juga keras. Heran gue kenapa lo bisa suka sama dia," ujar Jeon mendeskripsikan panggilan barunya.

Ya. Itu memang kenyataan, tidak bisa mengelak. Lidya memang sangat keras kepala. Raga mengangguk paham. Begitu juga dengan Alzio yang berada di sebelah Raga.

"Tapi unik," sahut Jeon kemudian.

"Ehem!" dehem Silla dari dalam tenda.

Jeon seketika kalap. Pemuda itu terkejut, bahkan sempat tersedak kopi yang tengah ia nikmati. "Jangan cemburu sayang, cintaku hanya padamu," ucap Jeon setengah berteriak.

"Jijay!" pekik para anggota Treis Keis.

"Berisik!" pekik Jeon.

"Bisa diem nggak?!" sebuah sandal lantas melayang dan berhasil mendarat mulus tepat di wajah tampan seorang Jeon. Ingin marah, tapi yang melakukan itu Silla. Tidak bisa bertindak Jeon hanya merengut, seraya mengutip sandal tersebut.

Saat ini Jeon lebih mirip seorang suami takut istri ketimbang playboy tampan yang dicintai banyak orang. Dengan hati-hati pemuda itu kembali meletakkan sandal Silla. Setelahnya ia kembali duduk bersama empat teman yang sudah menertawainya dalam diam.

Jeon hanya bisa membalas lewat tatapan mata yang mengatakan. 'Awas kalian!'

***
Sejak perjalanan dimulai suasana mencekam. Karena banyak sekali sebab, dalam satu kendaraan, kelima anggota Treis Keis menjadi suami takut istri.

Dua Dunia [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang