Yolan-Kangen Berat!

10.2K 772 128
                                    

Thankyou supportnya gaess buat part pertama. Semoga yang kedua nggak mengecewakan ya! 😄

***
Hari kedua dalam tradisi pingitan. Tidak seberat hari pertama, menurut Marco. Dia hanya perlu menikmati, membuat dirinya super sibuk, hingga lupa waktu. Tahu-tahu, dia sudah harus terbang ke Bali untuk pernikahannya.

"Lan, aku udah merasa lebih baik dari kemarin. Aku sudah bisa mengendalikan diri." Aku Marco lewat video call pada Yolan, di tengah kegabutannya siang ini.

"Bagus, lah. Aku nggak perlu dengar kamu merengek karena kangen. Nafsu kamu gimana?" Tanya Yolan setengah sinis.

"Hmmm... Kamu ngga perlu tahu. Cukup aku aja." Marco mencibir dan mendelik malas. "Kamu sendiri gimana? Ingat, bukan aku aja yang ketagihan. Kamu nggak kangen 'adek' aku?"

"Cih, pede banget kamu? Aku biasa aja. Mau jauh sehari, dua hari, selamanya juga bakalan biasa aja." Sanggah Yolan dan memutar bola matanya sebal.

Belum Marco sempat menjawab, suara mama terdengar di belakang "Bohong, dia uring-uringan seharian karena nggak bisa ketemu kamu."

"Mama I love you!" Seru Marco girang mendengar kalimat mama barusan. "nggak usah jaim kamu. Sama suami sendiri juga. Ngapain malu-malu?"

"Hadeh, mama kamu percaya. Mana ada aku uring-uringan. Yang ada, aku happy nggak dikerjain kamu." Yolan cepat-cepat membantah dan menjulurkan lidah, mengejek Marco.

"Aku percaya Mama, kok. Maa, Marco mampir ya? Pengen ngobrol!" Teriak Marco berharap mama mendengar juga. Namun sayang, jawaban mama membuat semangatnya turun drastis.

"Nggak perlu. Nanti aja," suara mama terdengar dari kejauhan. Yolan tertawa, Marco terlihat mendung seketika.

"Mama masih marah sama aku nggak, Lan?" Tanya Marco hati-hati. "Masih nyalahin aku juga?"

"Mama orangnya nggak pernah menyimpan dendam. Lagian kamu juga nikahin aku. Menurut mama impas. Apalagi mama juga keliatan paling excited sama anak kita."

Marco tersenyum, merasa satu beban terangkat dari pundaknya. Mama tidak membencinya. Mereka sama-sama terdiam dan saling memandang lewat layar ponsel.

"Lan, kenapa aku jahat ya, dulu?" Marco memecah keheningan.

"Memangnya, sekarang kamu baik?" Yolan balik bertanya.

"Nggak juga sih, hehehe." Marco menyengir bingung sambil menggaruk pelipis dengan jadi telunjuk. "Tapi aku merasa lebih bahagia dari sebelumnya. Bagian yang hampa dari diriku sudah terisi kamu dan baby K."

"Ya udah, kenapa kamu harus ingat masa lalu, kalo kamu bisa bahagia sekarang? Kamu hanya perlu mengingat masa lalu, ketika kamu ingin menyakiti aku yang kedua kalinya. Pikirkan bagaimana hancurnya aku, ketika kamu menyakiti aku dan anak kita. Aku harap, dengan begitu kamu akan berpikir dua kali saat akan meninggalkan aku."

Marco menggeleng, "nggak terlintas dalam kepala ini, Lan, mengulang kesalahan yang sama. Membayangkan saja aku tidak ingin. Aku hanya berpikir, bagaimana caranya kamu selalu ada di sampingku."

"Aku selalu ada disamping kamu, selama kamu membutuhkan aku." Ujar Yolan dan tersenyum lembut. Ketika memutuskan menjadi istri Marco, pada saat yang sama, dia juga sudah menyerahkan hidup dan matinya.

"Istri siapa, sih? Sweet banget. Jadi tambah sayang." Goda Marco berhasil membuat Yolan salah tingkah.

"Gombalan kamu norak!" Sengit Yolan kesal mencoba menutupi rasa gugupnya. Kenapa, setelah hamil dirinya mudah tersipu ketika dipuji atau digoda Marco.

Side Story of Are We Getting Married Yet?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang