Chapter 3

287 33 15
                                    

Lisa POV

Akhirnya malam yang sangat kutunggu tiba, jadwal padatku akan berakhir malam ini setelah menghabiskan waktuku selama dua minggu untuk syuting di New York kemarin. Kurasa film yang akan ditayangkan bulan depan akan membuat Jennie marah padaku. Sebenarnya Jennie tidak peduli dengan semua naskah yang kumiliki, sebulan yang lalu aku terus menyuruhnya untuk membaca naskahku terlebih dahulu sebelum aku benar-benar menerima untuk syuting film itu. Tapi, sepertinya Jennie tidak peduli. Apa dia ingin menontonnya secara perdana bersamaku? Itu tidak mungkin terjadi, bisa-bisa ia membunuhku di depan penggemarku sebab melihat belasan adegan ciuman panasku bersama lawan mainku.

Tubuhku yang amat sangat kelelahan kini seakan mendapat energi saat melihat wanita yang berdiri di pinggir jalan sedang menunggu lampu lalu lintas berubah merah, membuat supir pribadiku harus berhenti dan menunggu lampu lalu lintas berubah hijau.

Aku menggigit bibirku tatkala melihatnya melewati mobilku. Apa ia tidak mengenali mobilku? Sehari sebelum aku pulang, aku mengabarinya dan mengatakan tidak akan pulang lebih awal seperti yang kujanjikan padanya. Apa aku ingin mengerjai Jennie lagi dan berakhir mendapatinya berdiri di balkon mengenakan lingerie dress? Oh, tentu saja! Aku sangat menyukai pemandangan pertama ketika pulang ke Seoul. Ya! itu tubuhnya.

Jennie dengan segala yang dimilikinya. Entah apa yang membuatku terobsesi sangat berlebihan padanya. Tubuhku seakan memerintah untuk terus menyentuhnya lagi dan lagi. Aroma tubuhnya yang memabukkan membuatku candu, dan aku tidak bisa berhenti memikirkannya setidaknya satu menit saja.

Aku mengikutinya dari belakang. Ia belum melihatku sejak aku memilih untuk turun dari mobilku dan menyuruh supir pribadiku untuk pulang lebih dulu. Jennie tampak sedikit berisi setelah aku tidak melihatnya dua minggu ini, apa ia bahagia saat aku meninggalkannya? Lalu apa yang dilakukannya menuju sebuah hotel ternama di Seoul? Ia terus berjalan di hadapanku dan belum menyadari kehadiranku. Tampaknya ia tidak terlalu terburu-buru. Jennie berjalan lambat. Aku butuh waktu yang tepat untuk menampakkan diriku. Aku harus lebih dulu tahu apa yang akan dilakukannya di hotel mewah ini. Apa Jennie akan bertemu seseorang tanpa mengatakannya lebih dulu padaku?

Jennie belum mengirimiku pesan apapun sejak tadi pagi.

Aku mengendap-endap mendekati pintu kamar hotel yang baru saja ia masuki. Entah apa yang kulakukan sekarang, aku terlihat seperti seorang penyusup yang ingin segera menyantap makan malam? Tentu aku tidak menaruh rasa curiga padanya, aku percaya sepenuhnya pada Jennie. Curiga dan ingin memastikan serta ingin tahu tentu saja berbeda!

Aku mendorong handle pintu dengan sangat pelan. Shit- ia mengunci pintunya, lalu bagaimana aku akan masuk? Ayo, Lisa berpikirlah! Receptionis tidak akan memberikan key cardnya jika tidak ada izin dari Jennie. Aku tentu tidak tahu sama sekali mengapa Jennie datang ke hotel ini. Ia tidak mungkin bosan berada di apartemenku, lagi pula di sana lebih menyenangkan dari hotel ini.

Aku mengambil ponsel di saku coatku. Beralih untuk menelponnya dan menanyakan keberadaannya. Jika Jennie berbohong padaku, artinya tidak ada yang beres dengannya.

Jennie menjawab teleponku lebih cepat dari yang kupikir. Apa ia menungguku?

"Halo, honey. Ada apa?"
Senyumku merekah ketika mendengarnya memanggilku dengan sebutan 'honey' aku sangat menyukainya.

"Sedang apa, baby? Kenapa tidak mengabariku hari ini? Biasanya kau akan mengirimiku belasan foto mulai dari bangun tidur sampai makan malammu." Tanyaku sedikit santai.

"Ouh. Aku sedang memasak untuk Hyunsuk, honey. Kau tahukan hari ini, aku cukup sibuk menemani Hyunsuk mengurus pendaftarannya di senior high school. Mianhe."

Last of Our LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang