13

9.3K 1K 303
                                    

Gadis itu mengeluh kesal saat tumpukan buku yang ia bawa menghalangi pandangannya. Beberapa kali dirinya mengucapkan maaf ketika ia tak sengaja menabrak orang yang lewat. Salahkan saja buku yang ia bawa, terlalu banyak dan tebal.

"Aduhh"

Alice menaruh tumbukan buku itu ke kursi kemudian mengibaskan tangannya yang kaku. Pegal karena menahan beban sebanyak itu. Dia mengeluh lagi, jarak menuju ke gudang masih jauh. Lagipula mengapa Pak Taemin menyuruh dirinya untuk menaruh buku ke gudang, mengapa bukan anak laki-laki saja. Memikirkan itu membuat Alice menjadi kesal.

"Semangat!"

Gadis itu menyemangati dirinya sendiri. Dia mengangkat kembali tumpukan buku itu dan berjalan dengan susah payah.

"Oi!"

"Astaga!!"

Hampir saja buku yang ia bawa jatuh berserakan ketika seseorang dengan tiba-tiba menepuk bahunya dari belakang. Dia menoleh dan mendapati Jaemin yang menatapnya heran.

"Kenapa?" tanya Jaemin.

"Kakak kenapa disini? Nanti kalau Chaeyeon liat bisa di bully lagi akuu" ucap Alice waswas. Dia mengamati sekitarnya, berharap duo tante itu tidak ada.

"Lagi jam pelajaran." ucap Jaemin. Tangannya mengambil hampir seluruh buku yang ada di tangan Alice, menyisakan tiga buku saja.

"Eh? Kak!"

Jaemin berdecak. Dia mulai berjalan. "Ke gudang kan?"

Alice melotot, dia melirik sekitarnya lagi kemudian sedikit berlari untuk menyusul Jaemin.

"Siniin kak bukunya! Nanti ada Chaeyeon." Alice berusaha merebut buku yang Jaemin bawa. Ayolah, dia tidak ingin di bully lagi karena dekat dengan Jaemin di area sekolah.

"Lu gausah bawel, cepet jalan!" sanggah Jaemin.

Alice berdecak kesal. Mau tidak mau dia mengikuti Jaemin dengan berjalan di belakang laki-laki itu. Dia berusaha menghindari kemungkinan terburuk jika dia berjalan di samping Jaemin.

Tanpa Alice sadari ada sepasang mata yang menatap dirinya benci dari balik pilar koridor. Sosok itu meremat tangannya kuat sembari melihat dua punggung yang berjalan bersama. Sedetik kemudian senyum sinis tercetak di bibir merahnya. Otak liciknya menyusun skenario-skenario terburuk untuk menjebak Alice.

"Selamat menikmati hari buruk, Choi Alice"

Dia benci melihat wajah cantik Alice. Dalam otaknya, dia harus menghancurkan wajah lugu itu. Tidak boleh ada seorangpun yang menandinginya. Rencananya harus berhasil hari ini.

***

"Jeno!"

Pemilik nama yang barusaja di panggil itu mendongak, menatap pria tua yang berada di depan sana dengan datar.

"Kamu denger penjelasan saya atau tidak?! Jangan seenaknya aja kamu!!" bentak pria tua itu. Emosinya tersulut ketika mendapati Jeno yang tengah bermain ponsel di kelasnya.

Jeno diam, tidak takut bahkan tidak merasa bersalah sama sekali. Dia menatap remeh guru di hadapannya.

"Kenapa?" tanya Jeno santai. Kelewat santai untuk ukuran siswa yang bertanya kepada gurunya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BAD BROTHER ; NCT Dream (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang