Date 2

21 18 4
                                    

       Felly dan Adrian sampai ditempat yang mereka tuju. Sebuah rumah makan yang terletak dipesisir kota. Didepannya terdapat bunga-bunga plastik yang menggantung, serta pagar bambu yang menambah keklasikan suasana resto yang mengusung tema tradisional itu.

       "Ayo, Fell,"ujar Adrian. Felly menurut saja, toh sebelah tangannya juga digenggam erat oleh Adrian.

       "Sorry ya, Fell. Tempatnya sederhana,"ucapnya. Felly tersenyum.

       "Justru aku suka yang seperti ini, kak. Tempatnya hening. Jadi sekalian refreshing dari kebisingan kota kan?"ucap Felly. Seutas senyum terbit diwajahnya, membuat hati Adrian kembali berdesir hangat. Felly memang gadis yang tepat. Adrian benar-benar jatuh hati pada gadis dihadapannya ini. Meskipun ia belum mengingat siapa, bagaimana dan dimulai dari kapan ia mengenal gadis semanis Felly. Felly dan Adrian pun memesan makanan.

       "Kak,"panggil Felly.

       "Hm?"gumam Adrian ketika manik mata keduanya bertemu. Felly menggeleng.

       "Ngga jadi, deh,"ujarnya. Adrian menautkan kedua alisnya. Bingung dengan tingkah Felly.

       "Kenapa?tinggal ngomong aja. Ngga aku gigit, kok,"ucap Adrian. Felly menghembuskan nafasnya.

       "Ya, iya mana mungkin kakak gigit. Emang aku apaan."

       "Bisa aja, kan?jadi mau ngomong apa?"sahut sekaligus tanya Adrian.

       "Aku ingin seperti ini selamanya. Aku mau dicintai dan mencintai kakak. Sampai-"Felly menggantung kalimatnya.

       "Pokoknya selamanya!"sambungnya. Adrian mengernyit. Bingung.

       "Ya tentu, Fell. Kita bakalan terus kayak gini. Emangnya kenapa, hm?tiba-tiba kamu ngomong kayak gitu?"tanyanya.

       "Aku cuma takut kehilangan kakak."

        "Astaga, Felly. Kita baru jadian kemarin. Aku mana mungkin ninggalin kamu. Itu ngga akan pernah terjadi. Kecuali, kamu yang minta,"ucapnya. Seorang waiter datang membawa pesanan mereka. Percakapan terhenti, terkecuali hati kecil Felly yang masih aktif bermonolog sendiri.

       Aku takut, waktu tak lagi berpihak padaku. Aku takut meninggalkan bumi dan orang spesial yang ada didalamnya. Yaitu kamu batinnya.

                              •°•°•°•

       "Habis ini kita mau kemana?"tanya Felly. Baru saja beranjak dari resto tadi.

       "Hem, kemana ya?"Adrian tampak berpikir. Felly mendecih. Date macam apa ini, tak tahu tujuan, dan tanpa arah yang pasti. Ayolah, Felly butuh kepastian.

       "Ke-"ucap Adrian.

       "Ke-?"Felly membeo.

       "Kemana-mana hatiku senang,"ucap Adrian yang langsung dihadiahi cubitan dari Felly.

       "Ahahaha,aw-aw. Fell, aku lagi nyetir lho. Ngga mau mati muda kan?"ucap Adrian. Felly menekuk mukanya. Bersandar pada jok mobil, kedua tangannya ia silangkan didepan dada.

       "Ya habisnya nyebelin. Aku nanya serius malah dibercandain, apa-apaan!"Bukannya merasa bersalah Adrian malah tertawa cekikikan. Dasar menyebalkan, untung ganteng.

       "Cie ngambek, ya?hahaha."Felly masih memasang muka cemberut. Ia mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Pegunungan!. Ah, terlihat sejuk sekali. Mobil yang dikendarai Adrian berhenti.

       "Mau turun, apa masih mau dilanjutin ngambeknya?"goda Adrian. Felly diam-diam tersenyum.

       "Yah, ketawa juga. Hahaha!"ah, sial. Pipi Felly merona karena malu. Ia langsung melepas seatbeltnya dan meraih gagang pintu mobil. Berniat keluar, namun dikunci otomatis oleh pemiliknya.

ADRICIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang