Mungkin ini sudah menjadi minggu yang ke-sekian.
Salsa masih mengurung diri di kamar. Hidupnya sudah benar-benar dihancurkan oleh seseorang yang dulu pernah berkata ingin melindungi diri dengan segenap jiwa. Segala kenang, masih beterbangan bebas di dalam pikiran. Tidak mau landas, atau pergi meninggalkan. Malah, Salsa dipeluknya paksa.
“Tidak apa-apa, aku hanya kenangan. Aku tidak akan membuatmu sengsara sedemikian rupa,” bisiknya terus meyakinkan hati Salsa. Ia mempererat pelukannya.
Tidak ada jawaban, yang ada hanya sebuah tangisan.
Air matanya seakan sudah tidak berharga. Sebab, tanpa rasa iba, tanpa diminta kenangan memeluknya paksa. Dan bodohnya, Salsa menerima penuh suka. Salsa selalu menyambutnya tanpa ada dendam di dalam dada.
Barang-barang pemberian masih tersimpan di antara jiwa dan raganya. Boneka Doraemon pemberian yang paling ia suka, yang dikasih beberapa bulan lalu di saat umurnya genap 18 tahun masih terlihat oleh pelupuk mata. Tidak segan juga, ia peluk ketika merindukan seseorang yang mengasihnya.
Bunga mawar yang menempel di dinding seakan mengerti majikannya. Ia melayu sama persis hati pemiliknya. Ia mengering sama seperti air mata pemiliknya.
“Waktuku sudah habis. Aku sudah tidak mempunyai siapa-siapa lagi yang ikhlas mencintai, atau hanya sekadar teman untuk menemani,” mungkin kalau saja bisa berbicara. Mawar melayu akan menuangkan rasanya. Memprotes pada alam, kenapa semua yang ada di bumi ada masanya—termasuk cinta.
Salsa masih mengingat beberapa kejadian yang lalu. Semua terasa indah, sebelum kekasihnya mengenal cewek lain. Padahal, antara Salsa dan kekasihnya pernah berjanji akan terus bersama sampai kapan pun. Mereka pernah berencana akan kuliah di Universitas yang sama, di kota yang sama. Namun, harapan Salsa pupus. Kekasihnya pergi, memilih cewek yang baru saja ia kenal. Janji-janji sudah ia biarkan di bawa jauh, meski raganya hancur dan tak lagi utuh.
Menyesal, kecewa, rindu, menjadi satu di dalam otaknya. Salsa bingung harus apa, ingin membenci, tapi rasa cintanya melebihi. Ingin kecewa, tapi rasa sayangnya sudah melekat pada jiwa. Berusaha untuk ikhlas, tapi selalu kandas.
Salsa tertidur, telentang melihat atap. Boneka Doraemon masih ada di dalam pelukannya. Ia memejam, yang terlihat hanya kekasih dan kenangannya. Tidak ada yang lain. Ia tersenyum, melupakan rasa kecewa dan segala penyesalan yang ada. Rasa cinta sudah membuat Salsa lupa akan semuanya.
Boneka Doraemon itu selalu memasang senyumnya. Seperti menandakan senang ada di dalam pelukan Salsa. Boneka-boneka yang lain merasa iri, karena setiap malam melihat hanya Doraemon yang mendapatkan pelukan.
“Dasar manusia yang tidak siap untuk patah hati!” umpatan kecil dari boneka-boneka yang berjejer rapi, melihat saksama Doraemon yang sedang dijadikan pelampiasan air mata seorang anak manusia.
***
“Hi, apa kabar?”
Salsa tidak menjawab, tapi ia mendekat, kemudian memeluknya.
“Tolong, jangan pergi lagi.”
“Aku enggak pergi. Aku ada, dan hanya untukmu saja.”
Salsa mendongak, “Benarkah?”
Kekasihnya, Erik tersenyum.Salsa terus memeluknya. Tidak membiarkan lepas.
“Maafi aku, ya.” Erik tersenyum sangat ikhlas.
“Untuk apa?”
“Untuk semuanya,”
“Apa?” Salsa terus memastikan.
Erik malah mempererat pelukannya. Pertanyaan dari Salsa ia gantung. Tidak dijawab.
Di tempat yang tidak tahu di mana. Salsa bersyukur masih bisa memeluk Erik. Salsa masih bisa mengobrol, bahkan bermanja dengannya. Hatinya sangat tenang. Di pelukan Erik, Salsa melupakan segala yang pernah mencekik.
Di bawah lampu remang, ada dua anak manusia yang sama-sama pernah berjanji untuk tidak saling pergi dan meninggalkan. Mereka berpelukan, dan tidak ada yang mau melepaskan. Tidak ada manusia lain di sekitar, yang ada hanya bulan terang dan suara-suara binatang jalang.
“Kenapa kamu membawa aku ke tempat seperti ini?”
“Aku ingin berdua, ingin lebih bisa mengutarakan rasa.”
“Jangan diutarakan, aku tahu apa yang ada di dalam hatimu. Aku merasakannya,”
Erik kembali tersenyum. “Aku sangat menyayangimu. Banyak janji yang sudah aku beri, janji yang sudah kita sematkan pada langit-langit. Banyak juga harapan yang sudah kita terbangkan, tentang kita, cinta, dan cita-cita. Tapi.....”
KAMU SEDANG MEMBACA
Hari Raya Melupa (END)
Teen Fiction(05:12:2020)- Peringkat Satu: Melupa Bagaimana perasaanmu jika seseorang yang kau cintai dalam dua tahun terakhir pergi meninggalkanmu? Terpuruk? Kecewa? Dunia seakan berhenti? Kalau iya, kau sama dengan Salsa Putri Adhari. Mari sama-sama bangkit...