SATU

25 7 4
                                    

Seperti hari senin biasanya yang selalu di awali dengan upacara, pagi ini pun sama. Untungnya matahari sedang berbaik hati, sinarnya tak terlalu terik karena bersembunyi di balik awan yang mampu meminimalisir panas. Pun angin yang terus berhembus yang terus menghadirkan hawa sejuk.

Sayangnya masalah panas itu berkurang, hawa panas lain muncul dari ocehan-ocehan para perempuan tukang gosip.

Mereka terus mengoceh di tengah-tengah upacara ini. Menceritakan berbagai hal. Ya sudah sih itu urusan mereka, tapi jadi urusan Yasmin karena jadi terganggu. Kupingnya terasa panas menangkap percakapan mereka yang tak bermutu. Meski tidak mau mendengar tetap saja kedengaran karena posisi Yasmin berdiri tepat di belakang mereka.

"Kak Gio makin ganteng aja abis di ganti gaya rambut. Seger banget deh liatnya." FYI Gio itu pentolan sekolah ini, berbahaya tapi banyak cewek-cewek yang suka. Selera yang aneh. Kok suka sama berandalan.

"Gantengan Remon kemana-mana. Sayang banget gue putus sama dia."

Yasmin memutar bola mata. Ini lagi, mengagung-agungkan seorang playboy macam Remon. Kalo Yasmin sih ada di dekatnya saja sudah mual. Tuh cowok satu yang keluar dari mulutnya cuma gombalan dan bualan.

"Gue sih lebih seneng sama Esa. Kalem, adem, bukan anak bangor, perhatian, pengertian, pinter, pokoknya boyfriendable banget deh. Gila, sekelompok sama Esa bikin gue baper dah!"

Duh, lemah banget sih gue. Denger namanya doang langsung bikin gue lemes. Yasmin kesal sendiri. Ia memilih bertukar tempat dengan seseorang dari belakang.

***

Usai upacara Genta berniat langsung masuk kelas. Tapi jadi enggan setelah melihat anak-anak berdesakan di tangga. Malas menjadi bagian dari mereka. Ada tangga yang lain sih. Tapi tak berbeda jauh juga kondisinya.

"Gue duluan Ta." Bagas berlalu dari hadapannya.

Genta berpangku tangan sembari menyandarkan tubuhnya ke batang pohon. Ia mendapati sosok Yasmin tengah mengobrol sambil berjalan dengan teman-temannya. Hari ini rambut hitam kecokelatannya di kepang. Dan selalu seperti itu setiap hari. Ia tertawa, yang membuat matanya menyipit seperti bulan sabit.

Ada yang melintas di benak Genta di susul dengan seringai muncul, pertanda saraf usilnya sedang berfungsi. Ia melemparkan sesuatu yang membuat gadis itu histeris.

"Ih! Cicak! Ya ampun! Cicak!" Yasmin bergidik ngeri gara-gara hewan menjijikan itu. Begitu pun dengan Nabila dan Tara. Untung mereka tidak punya riwayat asma atau sakit jantung. Kalau bisa kan bahaya.

Mata Yasmin kemudian mencari-cari siapa pelaku keusilan ini yang tidak lain tidak bukan sudah bisa ditebaknya pastilah itu Magenta. Orang usil dengan kadar akut yang senang sekali menggangu dirinya. Dan kini tengah terkikik ria sambil memegangi perut.

"Iya cicak Yas. Siapa yang bilang itu toke?" Genta mengambil cicak yang ternyata cuma mainan itu, alias cicak karet.

"Hih! Ngerusak pagi gue aja deh." Yasmin merutuk sebal.

"Bener-bener lo ya." Nabila gemas ingin menjewer kuping si Magenta itu.

Sedangkan Tara ia terlihat menahan marah, matanya melotot maksimal.

Selow kawan-kawan. Ini kan cuma cicak karet. Serius amat sih.

Yasmin mengepalkan ke dua tangannya menyalurkan rasa marah.

"Heuh!" Serunya sembari menginjak kaki Genta sebelum pergi bersama dua temannya.

Nabila menoleh sambil memeletkan lidah. "Rasain lo!" Diiringi tawa Yasmin dan Tara.

Bintang JatuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang