Genta membawa semangkuk mie ayam. Ia menebar pandangan ke seluruh kantin. Di meja sebelah sana, di arah jam dua belas, ada Yasmin yang kelihatan bosan. Tengah makan bersama Nabila.
Ia melangkah ke arah meja itu. mengambil duduk di depan Yasmin. Ia menaruh semangkuk mie ayam dan segelas es teh manis. Mangkuk di depan Yasmin sudah kosong. Dan jus alpukatnya tinggal setengah.
"Mau gak Min?" Genta menawarkan mie ayamnya.
Gadis itu menggeleng malas.
"Hei bil." Sapa Genta pada sosok di sebelahnya.
Nabila tidak menanggapi. Hanya melihat sekilas padanya.
Genta mulai menyantap mie ayamnya sembari mengomentari jus alpukat yang tengah Yasmin sedot dari gelas tinggi itu. "Minuman lo warnanya buluk gitu Min."
Yasmin bertopang dagu dengan wajah masam. Ia pura-pura tak mendengar celetukan Genta tentang minumannya.
"Gue sih gak mau minum minuman buluk gitu."
"Ya udah sih. Bukan urusan lo. Orang gue yang minum juga." Yasmin menjawab dengan nada datar.
Genta tersenyum di sela-sela mengunyahnya.
Daripada ia meladeni si menyebalkan Genta, Yasmin lebih memilih pergi darisana. Bisa-bisa dia beresiko terkena darah tinggi jika terlalu lama di dekat orang usil itu.
"Lo udah selesai makan kan Bil. Balik kelas sekarang yuk."
Nabila mengangguk lalu menyeruput jus jeruknya. "Gue balikin ini dulu ke yang punya." Yang dimaksud Nabila adalah mangkuk dan gelas bekas makanannanya. Ia membawa mangkuk dan gelas bekas Yasmin juga.
Yasmin pernah mengomentari kebiasaan Nabila itu. Ngapain dia kayak begitu? Entar juga ada yang beresin, itu kan tugas mbak-mbak penjaga kantin. Nabila malah bilang dia seneng bisa bantu Mbak penjaga kantin yang sering kerepotan. Lagipula itu bukan sesuatu yang sulit katanya. Dan secara tidak langsung dia tengah memberitahu dan mengajarkan Yasmin bahwa berbuat baik itu tidak sulit. Meski cuma hal sepele semacam itu.
"Temenin gue makan dong Yas. Maen tinggal-tinggal aja."
"Ogah." Yasmin menyahut sambib berlalu dari hadapan Genta.
***
Sebelum sampai ke kelas Nania menghampirinya. Masih tentang hal yang sama seperti beberapa hari lalu Nania menemuinya.
"Kata Tomi kok elo nggak ngebales pesannya dia Yas." Ujar Nania hati-hati.
Yasmin mengigit bibir. Lalu tersenyum canggung. "Akhir-akhir ini gue emang jarang megang hp sih. Entar kalo sempet gue bales." Mungkin alasannya kedengeran basi. Tapi memang benar begitu kenyataanya. Ia lebih senang memegang kuas daripada ponsel.
Nania mengangguk-ngangguk. "Ya udah, gue cuma mau bilang itu aja. Gue duluan."
Iya. Yasmin masih tersenyum canggung.
Sebenarnya ia lupa tentang Tomi. Sepupu Nania, dia bukan anak sekolah ini. Tapi Yasmin sudah pernah melihatnya saat tim basket dari sekolah Tomi bertanding dengan tim basket sekolah ini. Yasmin waktu itu sedang bertugas menyemangati tim basket sekolahnya bersama teman-teman pemandu sorak. Tomi bermain cukup bagus. Tapi tim nya kalah oleh Genta dan kawan-kawan.
Dan beberapa hari yang lalu Nania bilang Tomi ingin berkenalan dengannya dan meminta nomor ponselnya.
Sebenarnya Yasmin malas dengan basa-basi PDKT seperti ini, dengan alasan ingin berkenalan. Tapi setelah di pikir-pikir tidak ada salahnya juga untuk mencoba. Makannya Yasmin mengijinkan Nania memberikan nomornya pada Tomi. Mungkin ini waktunya Yasmin untuk punya pacar lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang Jatuh
Teen FictionSeperti bintang jatuh kau melintasi hatiku. Meninggalkan jejak yang dalam. Seperti saat kau melihat bintang jatuh, kau selalu kagum dan akhirnya membuat sebuah permohonan. Begitu juga denganku. Aku tidak akan pernah membiarkan jejak ini memudar. Kar...