Masih ada yang ngikutin ga sih cerita geje ini? hehehe...
Cerita ini emang berasa anak tiri diantara ADD & Dioskouri. Tapi tentu akan diselesaikan (entah kapan).
Baiklah. Enjoy!
------BJ-------
Sesiangan di hari Minggu, Reyna manyun. Tak tampak tanda-tanda Fabio menghubunginya lewat sms atau bahkan datang lagi ke rumahnya. Kedatangannya Sabtu kemarin benar-benar seperti angin lewat. Wes..ewes...eweeess...
Mau menghubunginya duluan,Reyna agak gengsi. Masa iya,cewek menghubungi duluan. Emang cewek apaan. Tapi mengingat senyum Fabio, alis hitam tebalnya, bibir sedikit tebal yang tengahnya belah, badannya yang tegap, Reyna sih sebenarnya rela membanting harga diri untuk menghubungi Fabio duluan.
"Reeeeyy! Nduuuk!" suara teriakan ayah dari teras membuat Reyna yang sedang berusaha konsentrasi main sudoku, menegakkan kepala. Ayah itu orangnya 'bendoro' alias seperti ndoro atau majikan. Sedikit-sedikit manggil minta bikinin kopi lah,sedikit-sedikit manggil buat ambilin koran lah...pokoknya seperti nggak rela ngeliat Reyna bersantai.
Dengan langkah malas, Reyna menyeret langkahnya dari ruang tengah ke luar. Apalagi yang diminta ayah kali ini? Batinnya.
"Ada yang nyari tuh!" Ayah menunjuk ke satu arah dengan dagunya. Kacamata baca Ayah melorot sampai ujung hidung. Di tangannya masih memegang koran minggu. Tadi pagi ayah pergi,jadi baru sempat baca koran siang begini.
Reyna menoleh ke luar pagar dan mendadak hatinya mencelos.
Fabio!
Ya Tuhan..Ya Tuhan...
Fabio ganteng banget!Senyum langsung merekah di wajah manis gadis itu. Dengan langkah ringan, ia bergegas ke luar pagar, dimana Fabio bertengger diatas skuternya.
"Hai!" Fabio melepas helm vintagenya yang lebih mirip helm pilot pesawat tempur jadul. Rambut cepaknya yang ala tentara langsung memukau Reyna. Sedikit basah malah bikin cowok itu keliatan seksi.
"Hai! Darimana?" Reyna memasukkan tangan ke kantong celana pendeknya dan meremas-remas kain celana di dalamnya. Ugh! Belum pernah ada cowok yang bikin dia deg-degan seperti ini sebelumnya.
"Jalan-jalan aja. Aku suka gitu sih. Jalan-jalan cari angin aja sekalian cari makan siang.Trus ini mau pulang, mampir. Soalnya pintu rumah kamu kebuka." Jelas Fabio.
"Oh...jalan kok pake skuter." Reyna yang nyengir. Ia bahkan tak tahu harus menanggapi apa perkataan Fabio barusan.
"Yah masa aku bilangnya,aku sukanya skuter-skuter cari angin." Fabio memonyongkan bibirnya.
Ya ampun..ya ampun...
Itu bibir kissable banget siih baaang!"Hehehe." Reyna cuma cengar cengir. Mendadak bodoh level tapir.
"Kamu hari Minggu ngapain?"
"Nggak ngapain-ngapain. Tadi bersih-bersih kamar aja. Terus bengong." Jelas Reyna. Aku mau lho diajak cari angin. Kalau perlu carinya di kutub utara biar agak lamaan.
"Oh gitu...Sampe kapan di rumah? Balik ke yogya kapan?"
"Mmm..libur semesternya sampe minggu depan sih. Tapi rencana hari Jumat udah balik soalnya ada kegiatan UKM gitu."
"Oh..masih lama. Ya udah,ntar aku hubungin lagi ya. Aku mo balik dulu. Kebelet pup nih. Maklum habis makan pecel." Fabio mengambil helmnya lalu menyalakan skuternya.
"Eh..lho kenapa buru-buru? Nggak masuk dulu? Rumahku juga ada WCnya lho." Reyna berujar buru-buru. Kenapa Fabio ini suka sekali menghilang dengan cepat sih.
"Ah..nggak enak kalo boker aja numpang. Udah dulu ya. Ntar aku kabari. Pak! Permisi,saya pulang dulu!" Fabio berteriak pada ayah Reyna lalu melambai pada Reyna dan mengegas motornya.
Reyna masih terbengong-bengong dengan tingkah cowok ganteng bin ajaib itu. Bahkan bau parfumnya masih tertinggal terbawa angin. Dihirupnya udara dalam-dalam seakan memasukkan sebanyak mungkin aroma Fabio dalam hidungnya membuat hatinya berkembang bahagia. Ah bahagia itu sederhana.
"Nduk...Ayah kok ga begitu suka ya sama anak laki-laki itu ya. Masa tadi bertamu kok nggak turun dari motor, cuma nanya kamu ada atau nggak. Itu nggak sopan sama orangtua. Pamit juga cuma teriak-teriak aja. Dia pikir ini hutan?" Ayah langsung berkomentar begitu Reyna menginjakkan kaki di teras lagi.
"Dia buru-buru,yah." Reyna menjawab sekenanya.
"Buru-buru sih buru-buru,sopan santun kan juga harus dijaga." Ayah menaikkan kacamatanya dan wajahnya tenggelam lagi di balik koran.
Reyna mengangkat bahu dan berlalu masuk ke kamar. Tak ingin komentar negatif ayah merusak hari Minggu nya yang cerah. Secerah kehadiran Fabio walau hanya sekilas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the moon, beyond the rain
Teen FictionCerita Reyna Alexa dan cinta pertamanya Behind the moon, beyond the rain - just another teenage love story -----------------