Part 14 : Dosa Masa Lalu

30 4 0
                                    

Kediaman keluarga Kamrena sedikit sepi, Zain belum pulang dan adik mereka Syafaa kebetulan sudah kembali ke Amerika tadi pagi. Biasanya Zain pulang sekitar pukul 8 atau pukul 10, itupun jika dia harus melakukan pertemuan mendadak dengan kliennya. Sekarang sudah hampir pukul 10 dan dia masih belum pulang juga, Gigi mulai merasa cemas.

Dalam diam, dia kini terduduk di sofa ruang tamu dengan segelas air minum di tangannya untuk mencoba menenangkan diri. Tak lama kemudian, bel pintu berbunyi dan terdengar suara pintu yang terbuka dari arah depan. Gigi tersenyum, dia cukup yakin jika itu mungkin Zain tapi apa yang dia dapati di depannya bukan Zain.

Dua orang pria asing yang tidak dia kenali kini sudah berada di dalam rumah. Mereka menatap  Gigi dengan gerak-gerik yang super mencurigakan.
Wanita itu mulai melangkah kembali ke ruang tamu, mencoba menjauhi orang-orang asing itu tapa tergesa. "Siapa kalian? Bagaimana kalian bisa---"

Sebelum menyelesaikan pertanyaannya, salah satu pria itu menyelanya terlebih dulu. "Tenang saja, kami di suruh suamimu untuk membawamu ke tempat yang aman..." ujarnya mencoba menenangkan Gigi.

Matanya mengerjap dengan perasaan ragu. Dia harus percaya atau tidak?. "Zain mengirim kalian?" Tukasnya heran dan bingung sambil terus melangkah.

Mereka terus mencoba mendekati Gigi. "Ya, itu benar. Kau harus ikut dengan kami..." timpal pria yang satunya.

Gigi perlu sedikit waktu untuk memutuskan mempercayai mereka atau tidak saat ini. Lagipula, sejak kapan Zain punya pengawal seperti mereka? Dan kenapa tidak dia sendiri yang menjemputnya?.

Masih setengah yakin, Gigi mencari alasan untuk melakukan sesuatu dan tidak langsung ikut begitu saja. "Setidaknya biarkan aku mengemasi beberapa barang," tuturnya sambil membuka pintu kamarnya yang tak jauh dari ruang tamu.

Tanpa dia duga, salah satu orang itu menarik tangannya cukup kencang sehingga membuatnya terkejut. Itu jelas bukan cara yang benar untuk mengajak seseorang pergi ke tempat aman. "Tidak! Kita pergi sekarang..." seru pria itu  sambil menarik Gigi kasar.

Merasa sangat yakin jika mereka berniat buruk, Gigi berusaha sekuat tenaganya melawan mereka dan melepaskan tangannya dari pria itu. Tapi, meskipun begitu tetap saja tenaganya jauh dari seimbang dengan dua pria kekar itu.

"Tidak! Lepaskan aku! Kalian bukan temannya Zain! Lepaskan!" Pekiknya sambil terus meronta mencoba melepaskan diri dari mereka semua.

Usahanya terasa sia-sia saja, dua pria itu sekarang malah mendekapnya erat sampai dia sulit bergerak. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Hanya ada dia seorang di rumah.

Kedua pria itu mulai menggiringnya menjauhi ruang tamu -menuju pintu keluar-. Ini jelas-jelas penculikan dan tidak akan ada yang tahu dia hilang jika sampai mereka berhasil. Benaknya langsung memikirkan Zain, dia pasti dalam bahaha juga sekarang. Apa dia baik-baik saja?.

Masih dengan usahanya melepaskan diri,  tetap saja dia tidak bisa melakukan itu. Mereka jelas lebih kuat darinya dan itu mengesalkan. Bagaimana ini?

Sesaat sebelum mereka mencapai pintu keluar, tanpa terduga seseorang membuat kedua pria itu tersungkur ke lantai setelah terdengar dua suara tembakan samar. Kedua pria itu terbaring di lantai tepat di depannya. Wanita itu tersentak kaget saat sesosok gadis muda di belakang mereka muncul dengan pistol berperedam di tangannya.

Tatapan gadis itu mengarah padanya dengan aura yang dingin sehingga membuat bulu di tubuhnya meremang. "Maaf, kuharap kau tidak keberatan dengan yang barusan..." serunya santai seolah menembak dua pria itu bukan sebuah pembunuhan.

Gadis itu menyimpan senjatanya di balik mantel abu-abunya yang cukup tebal. Sepertinya dia bukan berasal dari sekitar sini. Gigi menatap lurus ke arah dua jasad pria tadi yang tergeletak di lantai rumahnya dengan bersimbah darah. Bau anyir semerbak darah yang khas mulai menyeruak.

Z-QUAD'S [DONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang