12. Anniversary

2.1K 96 3
                                    

Versi lengkap cerita ini udah tersedia di KaryaKarsa & KBM App.

Happy reading, guys!

***

“Besok adalah hari anniversary pernikahan kamu dan Devan.”

Gladys langsung menoleh ke arah Gauri yang ikut berdiri tepat di sampingnya. Karena saat ini, mereka berdua sedang berada di balkon lantai atas sambil menikmati pemandangan yang ada.

“Gak kerasa ... udah mau dua tahun aja usia pernikahan kalian berdua,” ucap Gauri yang kembali bersuara. Lantaran Gladys tidak memberikan respon apa-apa terhadap perkataannya yang sebelumnya.

Kemudian ibu dan anak itu sama-sama terdiam sambil menikmati semilir angin yang berembus menerpa wajah mereka berdua, hingga beberapa helai rambut keduanya pun tampak berkibar-kibar di udara.

“Doa Mama enggak terlalu muluk-muluk, Dys. Karena Mama cuma pengen kamu sama Devan cepet akur, dan balik kayak dulu lagi.”

Gladys kontan melafalkan kata ‘amin’, meskipun hanya dari dalam hati. Lalu Gauri menoleh ke arah Gladys, dan menatap wajah putrinya itu dari arah samping.

“Kayaknya hari ini Devan enggak dateng ke sini,” gumam Gauri. “Padahal kemarin dia sempet bilang ke Mama, kalau dia bakalan balik lagi, tapi ... ini udah terlalu sore.”

“Kalau gitu, aku mandi dulu ya, Ma? Enggak apa-apa kan kalau aku tinggal sendirian?” tanya Gladys yang langsung disetujui oleh Gauri.

Sebenarnya Gladys merasa menyesal, karena kemarin ia tidak memberikan jawaban pasti kepada Devan, dan mungkin hal itulah yang membuat laki-laki itu tidak sudi lagi untuk datang.

***

Devan baru sampai di pekarangan rumahnya sekitar jam 7 malam, karena ia sedang banyak pekerjaan, dan ia juga sengaja mampir dulu ke sebuah restoran. Lantaran ia tahu jika tidak ada orang yang ingin memasakkan makanan untuknya.

“Kenapa rumah kamu gelap begini sih, Van? Memangnya Gladys ke mana?” tanya Jia dengan nada kesal, dan langsung berdiri begitu melihat Devan keluar dari dalam mobilnya. Karena ia sudah menunggu kedatangan putra sulungnya itu hampir 1 jam-an. “Terus nomor hape-nya juga enggak bisa dihubungi.”

“Gladys enggak ada di sini, Ma.” Beritahu Devan sembari menyalami punggung tangan ibunya.

Kedua mata Jia kontan membesar. “Lho ...?”

Devan belum berniat untuk berbicara lebih lanjut, sehingga ia pun langsung mengeluarkan kunci rumah dari dalam saku celana, dan segera membukakan pintu rumah. Lalu mengajak Jia untuk masuk ke dalam.

“Kalau Gladys enggak ada di sini, terus dianya dimana, Van? Di rumah orangtuanya?” Jia kembali bertanya saat Devan mulai menyalakan lampu yang ada di ruang tamu.

“Iya, Ma.” Devan menjawab dengan suara pelan. “Dia ada di rumah orangtuanya.”

Jia malah tersenyum senang tanpa sepengetahuan Devan. Ia sudah bisa berasumsi bahwa Gladys memilih untuk langsung angkat kaki dari rumah putranya, karena perempuan itu tidak bisa memenuhi permintaannya.

Jia jadi mengingat kembali isi pesannya waktu itu.
To Gladys: Jangan lupa, seminggu lagi adalah anniversary pernikahanmu yang kedua. Kalau sampai kamu belum hamil juga, lebih baik kamu angkat kaki saja dari rumahnya Devan. Dan biarkan dia hidup bahagia bersama Kiara, karena Mama yakin kalau Kiara jauh lebih berguna.

Dan ternyata, menantunya itu sudah memilih untuk angkat kaki sebelum hari anniversary. Sehingga Jia sangat bersyukur karena hal ini, dan tak lama lagi ia akan membuat sebuah rencana, agar Devan bisa benar-benar dekat dengan Kiara.

***

Sejak semalam, Gladys sudah memikirkan banyak hal. Dan ia juga sudah memutuskan untuk memanfaatkan momen anniversary pernikahannya kali ini dengan sebaik mungkin.

Ia pulang ke rumah Devan sekitar jam sembilan pagi, dan pintu rumah itu ternyata tidak terkunci.

“Apa Mas Devan enggak kerja ya?” gumam Gladys sembari melewati area ruang tamu.

Namun, saat Gladys sudah semakin masuk ke dalam, ia tetap tidak menemukan keberadaan Devan. Bahkan ia juga sudah sempat memeriksa kamar mandi di dalam kamar utama, dan laki-laki itu juga tidak ada di sana.

Lalu ke mana perginya Devan? Kenapa dia sampai teledor, dan tidak mengunci pintu depan?

Di tengah kebingungan yang sedang melanda dirinya, Gladys akhirnya memilih untuk segera membersihkan rumah. Karena nanti ia akan membuat sebuah kejutan spesial sebagai perayaan anniversary pernikahan mereka yang ke-2.

Sementara di luar rumah, Devan yang baru saja kembali setelah mengambil pesanan dari toko kue yang terletak tak jauh dari kompleks perumahan, langsung terlihat sangat antusias begitu menyadari jika mobil Gladys-lah yang saat ini sedang terparkir manis di depan rumahnya.

Devan lantas turun dari mobil sembari membawa sekotak kue beserta sebuah buket bunga yang juga sengaja ia pesan sebagai kado anniversary pernikahan. Rencananya ia akan membawa kue dan bunga itu ke rumah mertuanya, karena ia beranggapan kalau Gladys masih betah berada di sana. Namun, siapa sangka? Ternyata perempuan itu sudah berada di dalam rumahnya. Sehingga ia sangat berharap kalau ini adalah sebuah pertanda baik bagi hubungan mereka berdua.

Demi apa pun, Devan tidak ingin rumah tangganya bersama Gladys jadi hancur.

Gladys yang sedang sibuk membersihkan permukaan kitchen island, langsung meninggalkan kain lap di tangannya saat mendengar suara mobil yang sepertinya berhenti tepat di depan rumah. Ketika sedang berjalan melewati ruang tengah, ia sudah bisa melihat keberadaan Devan yang sedang tersenyum lebar ke arahnya. Laki-laki itu langsung mendekatinya yang tertegun di tempat.

“Happy anniversary, Dys. Maaf kalau selama dua tahun ini, aku selalu nyusahin kamu.” Kemudian Devan menyodorkan buket bunga lilinya kepada Gladys. “Ini ... buat kamu.”

Gladys mengambil buket bunga itu, dan menghirup wanginya sekilas. “Makasih, Mas.”

Lalu Devan berdeham pelan, karena mereka berdua sama-sama terdiam. Padahal Devan sedang menunggu Gladys untuk memberinya ucapan selamat juga, tapi sepertinya perempuan itu tidak berniat untuk mengatakannya. Sehingga ia langsung membawa kotak kuenya ke atas meja, dan segera menyalakan lilin di atas kuenya.

Selanjutnya Devan mengajak Gladys untuk berdoa—dari dalam hati— sebelum meniup lilin itu secara bersama-sama.

“Sekali lagi, happy anniversary, Dys.” Devan kembali mengucapkan selamat saat akan menyuapkan potongan kue ke dalam mulutnya Gladys, tapi perempuan itu tetap tidak mengatakan kalimat yang sama. Bahkan perempuan itu juga tidak menyuapkan potongan kue untuk dirinya.

Raut wajah Devan berubah jadi murung seketika. Apa lagi saat melihat Gladys yang meninggalkannya di ruang tengah sendirian, dan tidak mengatakan apa-apa.

Devan terduduk di lantai sambil menatap kue di hadapannya dengan pandangan hampa. Gladys benar-benar sudah berubah, dan perempuan itu juga tidak sehangat sebelumnya.

Namun, Devan tahu, jika ini semua memang salahnya. Dan ia baru menyadari satu hal, kalau Gladys telah berhasil mencuri hatinya, hingga ia bisa merasakan kehilangan yang begitu besar saat perempuan itu menjauh darinya.

***

Jumat, 27 November 2020.

Because Of You: GladysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang