Ting tong! Ting tong!
Terdengar suara bel apartmen Shasha, Shasha yang mendengarnya langsung bangkit dari duduknya dan membawa gelas yang ia pegang tadi ke tempat cucian piring. Lalu ia membuka pintu untuk melihat siapa yang datang.
Shasha sedikit terkejut dengan keberadaan orang yang ada dihadapannya sekarang.
"Hai, apa kabar?" Sapa orang itu.
-------------------------------
"Gue nggak boleh masuk nih? " Tanya cowok yang sedari tadi hanya berdiri di ambang pintu, sedangkan orang yang ingin ditemuinya hanya diam saja dan bengong, padahal dari tadi Arka sudah menyapa pada orang didepannya ini.
"Halooooo" Oke belum ada sautan. Kayaknya Arka langsung masuk saja nih. Tanpa menunggu persetujuan Shasha, Arka langsung masuk ke Apartmen Shasha.
Dan Shasha selaku sang pemilik Apartmen baru sadar, jika orang didepannya tadi sudah tidak ada. Entah apa yang terjadi pada diri Shasha karena sejak membuka pintu tadi dirinya seolah olah membeku, mulutnya juga seakan tidak bisa mengeluarkan kata-kata, kedatangan Arka tidak diduga-duga oleh Shasha. Oke, mungkin Shasha tahu jika Arka pasti akan mendatanginya, karena setelah kejadian itu Arka sudah mengutarakan bahwa ia akan bertanggung jawab. Namun kedatangan Arka, yang saat ini dengan enaknya sudah duduk di sofa, menyetak Shasha bahwa ini nyata dan harus ia hadapi.
Shasha saat ini masih merahasiakan kejadian tersebut dari siapapun. Ia takut mengecewakan orang orang disekitarnya, terutama orang tuanya. Meskipun bisa dibilang Shasha ini bukan anak yang selalu patuh terhadap orang tua, Shasha juga cukup sulit menunjukkan rasa sayangnya terhadap orang tuanya. Namun dibalik itu semua, besar keinginan Shasha untuk membanggakan kedua orang tuanya.
Ia ingin menunjukkan ke orang tuanya bahwa ia bisa sukses dan membahagiakan kedua orang tuanya. Orang tua Shasha sebenarnya orang tua yang mendidik anaknya secara bebas, maksut bebas disini yaitu membiarkan Shasha menentukan pilihannya sendiri asalkan Shasha bisa bertanggung jawab dengan keputusannya. Namun terkadang ada beberapa saat yang membuat Shasha dan orang tuanya berbeda pendapat, sehingga menimbulkan perselisihan. Akibatnya saat Shasha berada di rumah ia merasakan jika dirinya ini sebenarnya tidak diinginkan, membuat Shasha lebih nyaman jika diluar rumah.
Ini juga merupakan salah satu faktor kenapa Shasha memilih universitas diluar kota, karena ia lebih nyaman jika tidak dirumah selain itu juga untuk meminimalisir terjadinya dosa, akibat Shasha sering ribut dengan orang tuanya. Jika di Jakarta mereka berjauhan, komunikasi hanya lewat telfon saja dan tidak ada perselisihan.
Tapi seakan alam berkata lain, saat ini Shasha justru melakukan kesalahan yang fatal. Ini dosanya lebih berkali lipat. Berbuat zina. Mengecewakan orang tua. Membohongi orang tua. Akkhh Shasha ingin mati saja rasanya.
Oke kita kembali ke Arka dan Shasha
"Hehhh bengong mulu". Arka berteriak tepat didepan muka Shasha
"Bangsattt!!! Kagettt goblokkk!!". Udah bangsat goblok lagi, poor Arka.
"Ya lagian kenapa si bengong dari tadi?"
"Lo ngapain kesini?" Bukannya menjawab pertanyaan Arka, Shasha justru balik bertanya.
"Mau lagi, hehehe" Jawab Arka sambil cengengesan, wajahnya sekarang menggambarkan anak kecil yang minta eskrim pada ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Husband
Подростковая литератураMenikah di umur 18 tahun tidak pernah direncanakan oleh Arka. Akibat kejadian pada malam itu mengahruskan ia menikahi seorang wanita yang ia tak kenali. -Arka Yudha Pradipta Semua ini tak pernah terbesit dalam pikiran Shasha. Ia harus menikah dengan...