Sungguh saat ini yang ada dipikiran Arka hanya Shasha dalam keadaan mengandung, mengandung anaknya. Entah mendapat kepercayaan darimana, Arka sangat yakin perbuatannya dua bulan lalu membuahkan hasil, yaitu anak. Jika dilihat untuk posisi seseorang yang telah melakukan perbuatan brengsek dan akan berbuntut panjang, Arka ini sangat santai. Wajahnya juga tidak menampilkan ketakutan ataupun kekhawatiran akan situasi kedepannya.
Ini sudah 10 menit berlalu sejak Shasha mengalami mual. Selama Shasha mual tadi, Arka sama sekali tidak beranjak dari samping Shasha. Arka membantu Shasha dengan memijat tengkuknya atau membantu Shasha membilas mulutnya saat mualnya sudah reda. Sementara Shasha yang mendapat perlakuan seperti tadi dari Arka hanya bisa diam. Rasanya saat ini ia tidak bisa menolak atau menyangkal apapun perbuatan yang dilakukan Arka, badannya lemas dan kepalanya pusing. Setelah dari kamar mandi, Arka membantu Shasha untuk ke kamarnya, Arka menidurkan Shasha ditempat tidurnya kemudian menyelimut badan Shasha.
"Lo mau kemana?" Shasha menahan tangan Arka yang hendak berjalan keluar kamar.
"Bentar, mau ambil air anget dulu. Lo tiduran aja" Arka melepaskan tangan Shasha kemudian berjalan keluar.
Dua menit kemudian Arka kembali muncul dihadapan Shasha dengan membawa segelas air hangat.
Arka membantu Shasha untuk bangun dari tidurnya, juga membantu Shasha minum. Melihat perlakuan Arka sejak tadi, Shasha sama sekali tidak merasakan rasa canggung dari diri Arka, Arka terlihat seperti orang yang tulus melakukan ini semua. Sedangkan Shasha sendiri tidak merasakan hal yang sama, ia sebenarnya daritadi merasakan kecanggungan meski Shasha tidak menolak perlakuan Arka.
"Udah makan belum?" Ucap Arka, Arka duduk disamping Shasha, tubuh Shasha berada diantara kedua lengan laki-laki tersebut.
"Belum," Jawab Shasha secara singkat.
"Mau makan apa? Biar gua pesenin,"
"Nggak usah! Gak nafsu makan!" Jawab Shasha dengan nada cuek.
Arka menghela nafas, susah nih urusannya sama cewek bunting. Eh! Emang udah positif?
"Gue pesenin Mcd deh, kebetulan gue lagi BM Mcd hehehehe," Setelah itu Arka mengambil Handphone-nya dari saku dan memesan makanan. Selama Arka memainkan Handphone-nya, Shasha terus memperhatikan Arka. Tadi saja kelakuannya seperti orang yang serius, kelihatan dewasa dengan membantu Shasha saat mual. Ternyata setelah Shasha mendingan, tengilnya balik lagi.
"Lo belum jawab pertanyaan gue," Arka menatap Shasha serius, tatapannya lurus dengan sasaran mata Shasha. "Lo hamil kan Sha? Hamil anak gue kan"?
Shasha diam saja, ia tidak tahu harus menjawab apa. Karena kenyataannya Shasha juga tidak tahu apakah ia hamil atau tidak. Kalaupun Shasha benar hamil, ia ragu bisa mempertahankan kehamilannya itu. Tentu saja Shasha memikirkan bagaimana reaksi kedua orang tuanya dan kuliahnya.
"Jawab dong Sha!" Shasha kembali memfokuskan atensinya ke Arka yang ada didepannya. "Kalau emang beneran hamil gua siap-siap tanggung jawab nih!" Lanjut Arka.
"Kalau enggak hamil gimana? Lo bakal pergi?" Shasha bertanya.
Arka terlihat seperti bepikir, dagunya diusap usap dengan tangan, seperti orang berpikir dengan serius.
"Udah yang penting kita cek dulu, kalau lo nggak hamil gua juga tetep bersedia buat tanggung jawab," Jawab Arka setelah berlagak sok berpikir.
Padahal Shasha mengharapkan jawaban iya dari pertanyaannya. Jadi Shasha sudah tidak mempunyai keperluan lagi terhadap Arka, ia tidak perlu bertemu lagi dengan Arka. Rasanya aneh juga kalau punya hubungan sama anak SMA, mana kelihatan banget kalau Arka ini tipe-tipe anak nakal disekolahnya, ini juga jadi bahan pertimbangan untuk Shasha.
"Lo disini sebentar ya? Gua mau pergi," Arka beranjak dari kasur Shasha.
"Lah ini kan rumah gua, tanpa lo suruh juga gua bakal tetep disini,"
"Hehehehe bener juga," Arka mengusap tengkuknya kelihatan kalau sedang tengsin.
"Cengengesan aja lo, bocil!"
"Widih, siapa nih yang dikatain bocil!" Arka tau kalau Shasha mengatai dirinya tapi ia tidak terima kalau dipanggil bocil begini, beberapa bulan lagi Arka juga udah lulus SMA, jadi mana ada bocil yang udah SMA, bocil itu kalau tiap sore dipakein bedak sampek dempul sama maknya.
"Ya elo bocilnya, masa patung pancoran!"
"Lucuuuuu banget deh lawakannya Shasha," Kata Arka sambil bergerak maju untuk mencubit pipi Shasha.
Reaksi yang Shasha berikan langsung menepis tangan Arka. "Ih najis banget tangan lo, bau!" Shasha menutup hidungnya seakan tangan Arka bau.
Kemudian Arka juga mencium tangannya, wangi kok. "Gaya bener lo ngata-ngatain najis, nih tangan gua baik ya sama lo, buat nolongin lo nih tadi!"
"Nggak ada yang nanya!" Shasha memelototi Arka, serem juga nih!
"Iya-iya emang bau dah tangan gua,"
"Emang,"
"Lo beneran di apart aja ya? Gua mau keluar sebentar. Tadi juga udah gua pesenin Mcd bentar lagi datang, harus lo abisin semua," Ucap Arka.
"Mau pergi kemana sih? Nggak usah kesini lagi, please?" Shasha terdengar memohon tapi Arka akan tetap kembali ke apart Shasha.
"Nggak! Nanti balik lagi gua, awas aja lo kunci-in gua bakal dobrak!" Setelah mengatakan itu Arka langsung keluar dari kamar Shasha.
🌞🌞🌞
Sementara itu Arka baru saja sampai di tempat tujuan-nya, ia turun dari mobil-nya dan langsung masuk.
"Mbak saya beli itu dong," Ucap Arka kepada pelayan.
"Beli apa mas?" Pelayan-nya terlihat bingung dengan ucapan Arka.
"Itu mbak, yang buat ngetes hamil apa enggak,"
Pelayan langsung mengerti apa yang dimaksud Arka. "Testpack mas?"
"Nah iya mbak, saya beli 3 ya mbak," Setelah-nya pelayan menyiapkan pesanan Arka, sambil menunggu pelayan Arka melihat sekeliling, jangan sampai ada yang tau kalau dia membeli testpack.
"Ini mas testpacknya," Pelayan memberikan pesanan Arka dan Arka segera membayar-nya. Kemudian ia keluar dari apotek sambil membatin
Mari kita buktikan apakah sebentar lagi gua akan menjadi ayah, hahaha.
Halo guys!! Makasi ya yang udah baca. Sehat sehat ya kalian🤍
Ayo tebak apakah Shasha ini hamidun anak Arka, apakah Arka yang masih bocil akan menjadi ayah????
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Husband
Teen FictionMenikah di umur 18 tahun tidak pernah direncanakan oleh Arka. Akibat kejadian pada malam itu mengahruskan ia menikahi seorang wanita yang ia tak kenali. -Arka Yudha Pradipta Semua ini tak pernah terbesit dalam pikiran Shasha. Ia harus menikah dengan...