chap 2

2.3K 190 20
                                    

"Besok malam, datanglah ke rumahku. Adikku baru saja pulang dari London. Dan Kaasan mengadakan pesta kecil-kecilan untuk menyambutnya sekaligus mengumumkan kepada semua kolega, kalau dia juga bagian utama dari perusahaan Uchiha. "

"Sasuke, maksudmu? "

"Ya. Sebenarnya sudah hampir satu minggu dia kembali ke Jepang. Tapi istrinya sakit. Jadi acara penyambutannya ditunda. "

"Sasuke sudah menikah? Kapan! " Sasori terlihat mengernyit bingung.

"Beberapa bulan yang lalu. Mereka menikah diLondon. Saat itu aku tidak mengundangmu, karna kau baru saja kehilangan Ibumu. Jadi aku takut kau masih berduka atas kepergiannya. "

"Lalu sekarang mereka akan tinggal disini? "

"Ya. Kaasanku yang membujuknya untuk kembali. "

"Aku tidak menyangka, adikmu yang selalu dingin kepada setiap perempuan itu akan takluk dengan gadis London. "

"Tidak. Sebenarnya istrinya Sasuke itu orang Jepang juga. Tapi dia sudah lama menetap disana. "

"Benarkah?"

"Hmm.. " Itachi mengangguk pelan dengan gumamannya.
"Kau datanglah bersama istrimu. Nanti aku kenalkan dengan istrinya sasuke juga. "

"Ya. Akan aku usahakan. "

"Baiklah aku pergi dulu. Sampai bertemu nanti." Itachi beranjak dari duduknya kemudian pergi meninggalkan Sasori. Sahabat baiknya.

Sasori dan Itachi berteman sejak kelas Delapan. Saat itu Sasori adalah murid pindahan dari Kyoto karna dia dan keluarganya baru saja pindah ke Tokyo.

Ayahnya Sasori meneruskan perusahaan kakeknya yang berada di Tokyo.
Dan setelah ayahnya meninggal lima tahun yang lalu,, Sasorilah yang memegang perusahaan itu dan semakin mengembangkannya.

Hingga akhirnya perusahaan Sasori semakin sukses dan menjadi salah satu dari sepuluh perusahaan terbesar di Jepang. Dan perusahaan Sasori termasuk kedalam perusahaan yang mencapai kesuksesan dalam waktu yang singkat.

Saat ayahnya meninggal, Sasori masih berumur dua puluh tahun. Dan saat itu dia masih kuliah di Universitas yang sama dengan Itachi, sehingga dirinya harus bisa membagi tugasnya agar bisa mengurus perusahaannya dan juga menyelesaikan kuliahnya.

Sasori remaja terus bekerja keras demi mencapai kesuksesan karena suatu saat nanti dia sangat berharap agar bisa bertemu dengan Sakura dan menikah dengan gadis yang selalu disukainya itu.

Tapi harapannya pupus saat kurang lebih satu setengah tahun yang lalu, Ibunya memaksanya untuk segera menikah dengan hanare. Teman kuliahnya yang selalu datang kerumahnya untuk menjaga ibunya yang dulu sering sakit-sakitan.
Hingga delapan bulan yang lalu ibunya Sasori pun meninggal karena penyakitnya yang sudah tidak bisa disembuhkan lagi.

--**--

-
-
-
-
-

"Bahkan sampai saat ini aku masih menunggunya Kaasan. Aku sangat berharap bisa bertemu kembali dengannya suatu saat nanti. "
Sasori menangis disamping pusara Ibunya. Dia selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi makam kedua orangtuanya seminggu sekali.

"Maafkan aku jika suatu saat nanti aku meninggalkan Hanare dan lebih memilih Sakura, jika memang kami ditakdirkan untuk hidup bersama nantinya. " Sasori kembali berucap dengan raut wajah pilunya.

"Aku tidak bisa terus-menerus membohongi diriku sendiri bahwa semuanya baik-baik saja. Rasanya disini sangat sesak. " sasori memukul-mukul pelan dadanya. "Sampai rasanya bernafas pun sangat sulit."

"Disaat semua orang bisa merasakan kebahagiaannya. Tapi aku tidak. Dan disini, aku selalu tetap menunggu dengan berbagai harapan."
Untuk yang kesekian kalinya Sasori mencurahkan segala isi hatinya didepan makam ibunya.

Dia tahu, ibunya bisa mendengar dan merasakan semua kesedihannya. Karena dulu, ibunya juga sangat berharap agar Sakura bisa menjadi menantunya suatu hari nanti.

Tapi karena sampai belasan tahun mereka tidak kunjung bertemu dengan Sakura dan keluarganya, maka akhirnya ibunya pun menyuruhnya untuk menikahi hanare dengan alasan karena dia khawatir kalau putranya itu akan semakin terluka karena harapan yang belum pasti.
Dan dengan terpaksa sasori pun menyetujuinya.

-----

Sasori melangkahkan kakinya memasuki kedai eskrim terdekat didaerah situ. Dan ingatannya kembali berputar ketika saat ia berumur sembilan tahun dan waktu itu Sakura masih berumur tujuh tahun karena selisih umur mereka terpaut dua tahun.

"Aku tidak mengerti kenapa kau suka sekali makan es krim?"

"Karena perempuan harus sering memakannya. Kaasan bilang padaku, kalau aku sering memakan eskrim maka aku akan bertambah manis. " ucap Sakura seraya tersenyum lucu kearah Sasori yang membuat wajahnya langsung memerah seketika.

Sasori tersenyum kecil saat mengingat kembali kejadian itu. Setelah memesan eskrim berwarna pink, kemudian dia duduk dibangku paling pojok dekat jendela.

"Bagaimana rasanya? "

"Mmmm,,,, sudah kubilang sangat manis. Dan ini sepertiku. "

"Benarkah. "

Sakura mengangguk. "Kau mau mencobanya? "

"Apa boleh? "

"Tentu saja. "

Dan---

Cup

--sasori kecil mengecup kilat bibir sakura yang membuat pemiliknya melongo dengan apa yang baru saja dilakukannya itu.

"Nyatanya kau benar-benar lebih manis dari eskrim itu, Sakura.. " ucap Sasori tersenyum kecil sembari menyentuh bibirnya.

*****

-
-
-

Sasuke melangkahkan kakinya memasuki kamarnya. Dan saat melihat pintu balkon yang terbuka, tanpa pikir panjang dia langsung berjalan kesana. Dan--

GREP..

Memeluk tubuh istri tercintanya dari belakang yang sedang bersandar dipinggir pagar.

"Kau sudah pulang? "

"Hmm." Sasuke mengeratkan pelukannya.
"Apa yang sedang kau pikirkan, hm? "

"Tidak ada. "

"Kalau begitu ayo masuk! Disini dingin. "

"Sebentar lagi. "

"Tapi badanmu dingin, sayang. Aku tidak ingin kau sakit lagi. "

Hening sejenak diantara mereka. Sampai suara Sakura menyadarkan Sasuke bahwa istrinya itu sedang menyimpan kegelisahan yang mendalam.

"Aku ingin menjadi seperti angin yang bisa bertiup kemana pun dia mau. Tanpa ada beban yang dipikulnya. Tanpa ada perasaan yang terus menghantuinya. Terasa ringan, dan damai." Sakura memejamkan matanya seraya tersenyum.

"Sayang,,,"

"Aku seorang penjahat Sasuke,, aku seorang penjahat." ucap Sakura dengan suara pelan bahkan terdengar seperti bisikan.

"Tidak sayang.! Dengar, "Sasuke memutar tubuh Sakura menghadap kearahnya. "Aku tidak peduli bagaimana perasaanmu terhadapku. Tapi satu hal yang perlu kau tahu,, bahwa aku sangat mencintaimu, dan akan selalu seperti itu sampai kapanpun. " Sasuke membelai lembut pipi sakura sebelum kemudian diapun memeluk tubuh mungil itu.

"......."

..........

Cinta Sejati(Tanpamu) - (End) PdfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang