San tersenyum saat mengangkat kamera videonya, bersemangat untuk merekam reaksi Yunho terhadap berita yang akan diceritakan padanya. San melihat alat tes kehamilan di tangannya dan merasakan jantungnya berdegup kencang.
Ia akan mengabari Yunho, kekasihnya, bahwa ia hamil. Ia sangat gugup hingga merasa seperti ingin muntah, tapi bukan karena morning sickness. Telapak tangannya berkeringat saat banyak pikiran mengalir di kepalanya.
Di satu sisi ia berpikir bahwa Yunho akan bereaksi dengan baik terhadap berita tersebut, tapi kemudian di sisi lain berpikir bahwa Yunho tidak akan menerima berita tersebut dengan baik. Dan bagian dari dirinya ini memikirkan semua kemungkinan negatif yang akan terjadi ketika ia menginformasikan Yunho.
Salah satu kemungkinannya adalah Yunho akan membencinya. Sementara kemungkinan lain bisa jadi Yunho minta putus dengannya, mengatakan bahwa ia tidak menginginkan bayi itu.
San meletakkan kameranya saat pikiran tentang Yunho akan meninggalkannya dan tidak ingin bertanggungjawab, muncul di benaknya. Ia tidak ingin menggugurkan kandungan. Ia menginginkan bayinya, dan jika Yunho tidak mau, ia tidak tahu harus bagaimana.
"Apa yang harus kulakukan?" San meletakkan kameranya. Mengeluarkan ponsel dan mengirim pesan pada sahabatnya, Wooyoung, menanyakan apakah San bisa ke rumahnya karena San membutuhkan saran.
Wooyoung membalas bahwa ia bisa.
San menghela napas saat memasukkan ponselnya ke dalam sakunya bersama dengan testpack. Sebelum meninggalkan rumah, ia menulis pesan kepada Yunho, yang pergi keluar untuk membeli bahan makanan.
Pintu rumah Wooyoung terbuka dan memperlihatkan penghuninya yang tersenyum saat melihat San berdiri di depan pintu.
"Hei Sannie," riang Wooyoung.
"Hai Woo. Terima kasih sudah menerima kedatanganku."
"Ya, tidak masalah, plus, kau adalah sahabatku. Pintu rumah ini selalu terbuka untukmu." Wooyoung membuka pintu lebar-lebar untuk San.
San tersenyum saat melepas sepatunya dan berjalan masuk.
"Jadi, ada apa? Kau serumah dengan Yunho kan?" Mereka berjalan ke ruang tamu dan duduk di sofa.
San menghela napas saat menunduk.
"San? Kau kenapa?" Cemas Wooyoung.
"Ini... sesuatu terjadi padaku."
"Apa itu?"
San mengeluarkan tes kehamilan dari sakunya dan mengulurkannya pada Wooyoung.
Wooyoung melihatnya dan matanya membelalak saat melihat tanda positif di tes kehamilan.
"Kau—"
"Hamil? Ya."
"Wow, selamat!" Wooyoung memeluk San, membuat San tersenyum.
"Terima kasih."
"Jadi, Yunho sudah tahu?"
San menggelengkan kepalanya. "Belum kuberitahu."
"Kenapa?"
"Maksudku, aku berencana memberitahunya sambil merekam reaksinya terhadap berita ini, tapi aku mendapatkan pemikiran ini. Pikiran negatif tentang apa reaksinya. Aku takut dia tidak terima. Aku tidak tahu harus bagaimana Woo." Tangan San sedikit gemetar seiring dengan pecahnya suaranya.
"Hei." Wooyoung memegang tangan San.
San menatap Wooyoung saat air matanya mengalir.
"Tenanglah San, kau tidak boleh stres karena itu akan membahayakan bayinya."
San menghembuskan napas saat menatap Wooyoung. Wooyoung memberinya senyuman hangat.
"Haruskah aku memberitahunya?" Tanya San.
"Ya. Ia pantas tahu. Kan dia ayah bayinya."
"Tapi bagaimana jika ia menunjukkan reaksi yang tidak diharapkan?" San masih terisak dengan air mata yang mengalir di pipinya.
"San, ia mencintaimu dan aku tahu dia akan menyayangi bayinya juga."
"Kau pikir begitu?"
Wooyoung menghapus air mata San. "Aku tahu karena aku tidak pernah melihat seseorang menatapmu dengan tatapan penuh cinta di matanya selain Yunho."
Bel pintu berbunyi.
"Siapa?" Tanya Wooyoung.
"Yunho kali? Aku bilang padanya bahwa aku di sini."
Wooyoung mengangguk dan bangkit dari sofa, lalu berjalan menuju pintu. Membukanya dan melihat Yunho.
"Woo, San ada?"
"Ada. Sini masuk." Wooyoung memberi jalan untuk Yunho.
Yunho tersenyum saat masuk dan melihat San duduk di sofa.
"Sannie?" Sapa Yunho, membuat San menoleh.
"Kalian bicaralah." Setelah berkata begitu Wooyoung berjalan keluar ruangan.
"Kok kamu di sini?" Yunho duduk di samping San.
"Ada yang harus kubicarakan dengan Wooyoung karena aku butuh sarannya."
Mata Yunho tertuju pada testpack di tangan San. "Apa itu?"
San menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya saat menunjukkan benda itu pada Yunho.
Yunho membaca kata-kata pada alat tes kehamilan itu dan menoleh pada San. "Kau hamil?" Lirihnya.
San mengangguk.
"Wah, kita akan punya anak," semangat Yunho, membuat San menatapnya terkejut.
"K-kau tidak marah?"
"Kenapa harus marah? Kita akan punya bayi dan menjadi orang tua. Aku jadi tidak sabar, San."
"Syukurlah, kupikir kau akan membenciku."
"Membencimu?"
"Ya, kupikir kau akan minta putus denganku."
"Tidak, aku tidak akan pernah melakukan itu San. Kau sangat berarti bagiku dan aku sangat mencintaimu, jadi aku tidak mungkin melepaskanmu dan bayi kecil kita." Yunho meletakkan tangannya di perut San, membuat San tersenyum.
San menyandarkan kepalanya di bahu Yunho saat Wooyoung kembali memasuki ruangan.
"Sudah?" Tanya Wooyoung.
"Ya, kami bahagia."
"Kan? Sudah kubilang ia akan senang mendengar beritanya, San. Artinya ia peduli dan mencintaimu."
San merasa bahagia karena Yunho tidak hanya menerima beritanya dengan baik, tapi juga karena San akan berkeluarga dengan pria yang dicintainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRIMROSE 🌹 bottom!San [⏯]
Fanficbottom!San / San centric Buku terjemahan ©2018, -halahala_