Masa Kecil (A)

1 0 0
                                    

  * kisah yang di kisahkan *

Akhir bulan ke empat di akhir tahun sembilan puluhan, sepasang suami istri berdebar menanti kelahiran buah hati pertamanya, perasaan haru biru sesak mendebarkan dada dan bahagia yang tak terkira hadir di antara perasaan takut dan kalut pada masa itu.
Setelah banyak persoalan, masalah restu yang tak kunjung di dapat melarikan diri dan pergi tanpa izin rasanya terlupakan sejenak dengan hadirnya sang buah hati tangisnya yang memekakan telinga, namun memberi angin segar dan semangat baru. Kelahirannya memberi kebahagiaan untuk keluarga dari pihak sang suami dan membuat berang untuk keluarga sang istri.
Cinta memang sering kali melumpuhkan logika ya, membuat banyak hal yang tak mungkin menjadi mungkin membuat banyak orang nekat melakukan berbagai cara untuk bisa bersama, cinta bisa menjadi egois untuk satu sisi dan menjadi bentuk pengorbanan paling berani yang di apresiasi untuk sisi lainnya. Entahlah kisah ini harus banyak ku syukuri atau ku tangisi, yang jelas berkat kisah cinta yang rumit ini hingga saat ini aku terlahir, aku hidup dan kadang aku ingin terenyum bangga dengan keberanian ibu ku namun satu waktu pun aku ingin memprotesnya karena melepas mimpinya, karena membuat hubungan dengan orang tuanya memburuk kenapa cinta bisa membuatnya berpikir pendek, kenapa membuat keputusan paling berani yang akhirnya tetap membuat dia kecewa, membuatnya mengeluarkan air mata banyak banyak. Satu waktu aku berharap bisa menyuarakan ini kepadanya "Ma, terima kasih untuk seluruh keputusan yang telah kamu ambil, aku menyayangimu dengan sangat hingga rasanya sangat sesak"
Setelah proses kelahiran yang membuat banyak suka cita, masalah yang sedang berjalan seolah tak memberi banyak waktu untuk bergembira. Beberapa pekan setelahnya keluarga dari pihak sang istri datang ke rumah keluarga sang suami, terjadi sidang dadakan. Sang suami di cecar dengan banyak pertanyaan, di salahkan layaknya penjahat sadis yang tak berakal padahal ia hanya ingin hidup bahagia bersama wanita yang dicintanya.
Masalah kian merumit, hingga akhirnya sang istri harus kembali di bawa pulang oleh pihak keluarga untuk menyelesaikan dahulu pedidikan yang sedang ia jalani, harus meninggalkan sang anak yang baru beberapa pekan terlahir dan sang suami tercinta.
Meski berat nyatanya itu memang keputusan yang paling tepat, setidaknya untuk membuat keluarga dari pihak sang istri lebih melunak, untuk membuat sang anak yang baru terlahir bisa di terima pula dengan tangan terbuka, untuk menyederhanakan masalah yang tercipta.
Barangkali, keluarga dari pihak sang istri ingin membuatnya sadar bahwa keputusan yang telah ia ambil salah, bahwa meninggalkan keluarga yang sudah hidup berkecukupan serta pendidikan yang terjamin hanya akan membuatnya hidup menderita. Bahwa cinta yang ia rasakan hanya perasaan sesaat yang mudah goyah.
Setelah di pikir pun, keluarga mana yang ingin memberikan anak perempuannya kepada lelaki yang bahkan pekerjaan pun tak menetap dan berasal dari keluarga biasa saja, anaknya akan di buat susah setelah oleh mereka di sayang-sayang, di berikan kehidupan yang layak.
Cinta hanya omong kosong belaka yang mungkin di anggap lelucon oleh mereka, anak muda dan obsesinya barangkali yang mereka simpulkan.



*Jangan lupa vote+komen*
Jika berkenan beri saran dan masukan




Masih Manusia🌑
29 November 2020

Rumah Tak Selalu Perihal BangunanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang